Medan, aidsindonesia.com (30/4/2014) - Penanganan kasus perilaku seks menyimpang, phedopilia (sodomi) sangat membutuhkan keseriusan semua pihak. Karena kasus sodomi memiliki faktor resiko yang dapat mengakibatkan infeksi karena luka pada anus. Dan bila pelaku teridap infeksi HIV maka otomatis akan menularkannya kepada korban, untuk itu diperlukan penanganan dini melibatkan lintas sektor.
Hal itu dikatakan Kepala Dinas Kesehatan Sumut, dr SH Surjantini MKes didampingi Projeck Officer GF AIDS, Andi Ilham Lubis SKM, MKM (29/4) menanggapi semakin maraknya terungkap kasus sodomi terhadap korban yang umumnya masih berusia belia akhir-akhir ini.
Dikatakan, hasil penelitian psikolog, saat ini di kota-kota besar tumbuh secara signifikan gay muda sehingga semakin tinggi resiko yang muncul dalam penyebaran virus HIV.
“Kasus anak seks yang merupakan perilaku kejiwaan sangat membutuhkan penanganan psikiater serius dan terpadu melalui aksi dari KPA (Komisi Penanggulangan Aids) di seluruh kabupaten/kota, kata Andi.
Bahkan dalam program ABAT, "Aku Bangga Aku Tahu", pada tahun 2015 remaja harus memperoleh informasi HIV secara konprehensif.
Sehingga dalam program ABAT, tambah Andi, untuk menangani kasus HIV bukan semata menjadi tanggung-jawab kesehatan namun semua sektor, seperti Dinas Pendidikan, Agama dan Dispora juga Dinas Parawisata, sehingga target untuk mencapai 95 persen remaja harus memiliki pengetahuan yang konprehensif pada tahun 2015.
Di sanalah peran dari KPA yang dipimpin Gubernur sebagai pimpinan KPA, sehingga dapat menggerakkan lintas sektor dalam penanggulangan HIV AIDS,” jelasnya. (A6/h/hariansib.co)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.