Ungaran, aidsindonesaia.com (25/4/2014) – Penyebaran HIV/AIDS di Kabupaten Semarang diduga sudah merambah kalangan ibu rumah tangga di pedesaan. Diduga mereka terinfeksi penyakit ini dari suaminya yang masuk dalam golongan pria beresiko tinggi.
Karenanya, Tim Penggerak PKK Ka bupaten Semarang be ker ja - sama dengan Komisi Pe nang gu - langan AIDS (KPA) menggelar pe meriksaan tes HIV, voluntary counseling test (VCT), secara bertahap di desa-desa di 19 ke ca - matan yang ada. “Memang sudah ada satu (ibu ru mah tangga) yang positif (HIV/ AIDS). Sehingga kami me la kukan pemeriksaan pada ibu-ibu rumah tangga di desadesa,” kata Ketua Tim Peng ge - rak PKK Kabupaten Semarang Bi n tang Narsasi Mundjirin ke - marin.
Tahap pertama, PKK meng - ge lar uji coba VCT di Kecamatan Ber ingin. Sasaran awal adalah ibu-ibu rumah tangga pengurus TimPeng gerakPKK. Kegiatanitu diharapkan tersosialisasi dan me nye bar ke ibu-ibu rumah tangga lain. “Kami sebenarnya khawatir ada reaksi yang negatif. Bisa saja mereka protes, lho ke napa harus tes HIV/AIDS? Para bapak juga bisa marah karena tersinggung. Tapi kalau nanti reaksi para ibu dan bapak-ba pak nya baik, maka VCT akan di lan jutkan di daerah lain,” ucap nya.
Menurut Bintang, pemeriksa an VCT tidak jauh beda dengan pupsmear atau pemeriksaan ada tidaknya kanker. Pemeriksaan tersebut sebagai deteksi dini, se - kaligus pencegahan penyebaran yang lebih luas atas penularan penyakit mematikan tersebut. Pa salnya, ibu rumah tangga sa - ngat berpotensi tertular oleh sua minya yang dimungkinkan bergaya hidup seks bebas dalam pergaulannya. Karena itu, ma - sya rakat diminta untuk tidak kha watir atas upaya pemerik saan tersebut.
“Semua ini tujuannya untuk kesehatan ibu dan anak karena itu penting. Jangan sampai bapak’e sing penak ibu’e sing rekoso. Alhamdulillah ma sya ra - kat di Bringin tidak menolak saat pemeriksaan VCT,” ucapnya. KPA Kabupaten Semarang mendata penderita HIV/AIDS di Kabupaten Semarang secara ko mulatif hingga 2014 ini men - capai 90 orang. Terbaru, tahun ini ada lima warga dari k e lom - pok laki-laki suka laki-laki (LSL) serta dari lelaki seks berisiko (LSB).
Anggota KPA Muhammad Yu suf menyatakan, dua ke lom - pok lelaki itu menjadi target pen - cegahan HIV/AIDS pada 2015. Berdasarkan survei pada 2011–2013, penderita HIV/ - AIDS di LSL meningkat tiga kali lipat dan LSB meningkat tujuh kali lipat. Peningkatan jumlah penderita dari LSL karena ko - mu nitas tersebut perilakunya se makin terbuka seiring mereka bisa lebih diterima masyarakat.
“Dan untuk LSB perlu peng - awasan karena kelompok ini ma - yoritas pelanggan pekerja seks komersial (PSK) yang ber po - tensi menularkan kepada ke - luar ganya jika sudah beristri,” kata Yusuf. (agus joko/http://koran-sindo.com/).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.