Tahun 2011, kasus HIV/AIDS di Semarang naik menjadi 427 kasus
Semarang, aidsindonesia.com (25/4/2014) - Kasus HIV/AIDS di Kota Semarang tahun 2011 meningkat menjadi 427 kasus dibanding tahun 2010 yang hanya 285 kasus HIV dan 59 kasus AIDS (2011) meningkat dari 2010 (46 kasus).
"Peningkatan kasus HIV/AIDS ini mengembirakan dan menyedihkan. Mengembirakan karena penderita ketahuan dan dapat cepat diobati, menyedihkan karena kasusnya justru meningkat dari tahun sebelumnya," kata Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Widoyono di Semarang, Rabu (25/4).
Seluruh data tersebut merupakan data yang terkumpul dari rumah sakit dan klinik voluntary counselling and testing (VCT).
"Untuk laporan dari rumah sakit paling banyak dari Rumah Sakit dr. Kariadi," katanya.
Widoyono memperkirakan peningkatan kasus tersebut karena meningkatnya kesadaran masyarakat melakukan konsultasi sehingga ketahuan.
Di Kota Semarang sudah dapat sembilan klinik VCT, di antaranya di RSUP dr. Kariadi, RS Tugu, RSUD Kota Semarang Ketileng, RS Panti Wiloso Citarum, RS Bhayangkara, Griya ASA-PKBI, dan di PMI Kota Semarang.
"Jika berisiko datang saja ke klinik VCT. Rahasia dijamin, tes gratis, dan jika positif, obatnya juga gratis," katanya.
Mereka yang masuk golongan berisiko adalah 3M, yakni "man, money, dan mobile" atau laki-laki yang nilai ekonominya berada dan sering bepergian.
Widoyono mengaku Dinkes Semarang terus melakukan upaya untuk menekan meningkatnya kasus HIV/AIDS dengan delapan upaya, antara lain komunikasi perubahan perilaku pada kelompok berisiko seperti kepada sopir taksi, tukang ojek, pemandu karaoke, pengurus resosialisasi, dan wanita pekerja seks.
Upaya berikutnya adalah progam pemakaian kondom 100 persen, klinik penyakit kelamin karena penderita 10 kali lebih cepat tertular HIV/AIDS dan klinik ini ada di Lokalisasi Argorejo (Sunan Kuning) dan di Rowosari Atas (daerah Mangkang).
"Kemudian klinik VCT, program CST atau care support and treatment, yakni memberikan perawatan, pengobatan, dan dukungan," katanya.
Upaya Dinkes Semarang lainnya, tambah Widoyono, adalah dengan pengurangan dampak buruk pengguna narkoba suntik, program pencegahan penularan ibu ke anak karena jika ibunya penderita HIV, kemungkinan 30 persen anaknya juga tertular, dan upaya terakhir adalah dengan komunikasi publik. (antara/sinarharapan.co).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.