* 13 Diantaranya Meninggal Dunia
Bireuen, AIDS Watch Indonesia - (30 Maret 2014) - Hingga akhir Maret, jumlah penderita HIV/AIDS yang ditangani
jajaran Dinkes Bireuen tercatat 24 orang, 13 orang di antaranya sudah meninggal
dunia dalam setahun terakhir.
“Jumlah penderita HIV/AIDS
yang terdata dan berobat di Bireuen 24 orang. Mungkin saja ada beberapa
penderita lainnya yang belum terdeteksi,” kata Kadiskes Bireuen, dr Yurizal
kepada Serambi Sabtu (29/3). Yusrizal dimintai konfirmasi terkait adanya
informasi pasien HIV dari luar Bireuen yang berobat ke Bireuen.
Kadiskes yang didampingi
Kabid Pengendalian Masalah Kesehatan, Dinkes Bireuen dr Irawati MKes mengakui
beberapa penderita HIV yang ditangani Dinkes Bireuen memang berasal dari
luar Bireuen. “Mereka warga kabupaten/kota lain datang berobat ke Bireuen dan
diketahui terjangkit virus mematikan,” katanya.
Disebutkan, saat mereka
berobat ke Bireuen dari awal sudah diinformasikan, pasien telah mendapat
perawatan di tempat lain dan berobat lanjutan ke Bireuen. Disebutkan,
berdasarkan data awal tahun 2013, jumlah penderita HIV yang didapatkan tenaga
medis di Bireuen berjumlah 12 orang. Artinya, dalam setahun terakhir terjadi
peningkatan 100 persen, sehingga jumlahnya menjadi 24 orang.
Dari jumlah tersebut, 13
orang diantaranya sudah meninggal dunia, sedangkan lainnya dalam pengawasan dan
berobat di Bireuen. Kemudian dari jumlah tersebut dua diantaranya masih di
bawah umur yaitu berusia 5 dan 9 tahun. Terungkapnya mereka sebagai penderita
penyakit tersebut berdasarkan hasil uji sampel darah di laboratorium yang
dilakukan tim medis Dinkes Bireuen dan RSUD Bireuen.
Para penderita HIV itu sekarang
menjalani pengobatan. Mereka minum obat seumur hidup untuk meningkatkan
kekebalan, tapi tak bisa menghilangkan virus mematikan itu dari dalam tubuhnya.
Cara mendeteksi penyakit itu, menurut dr Irawati, pada periode tertentu petugas
medis memeriksa kesehatan dan darah orang-orang yang digolongkan rentan terkena
HIV.
Selain itu ada juga yang ditemukan
saat pemeriksaan darah rutin di puskesmas atau rumah sakit serta balai
pengobatan lainnya. Pencegahan agar tidak terjangkit HIV, kata Irawati, dapat
dilakukan dengan pendidikan/penyuluhan intensif yang ditujukan pada perubahan
cara hidup dan perilaku seksual.
Juga diperlukan sosialisasi
bahaya HIV/AIDS kepada usia remaja sampai usia tua. Selain itu, kata Irawati,
yang lebih utama adalah memperdalam agama dan menjalankan perintah Allah serta
menjauhi larangan-Nya dengan ikhlas dan benar.(yus/tribunNews.com).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.