Maumere, aidsindonesia.com (30/4/2014) - Razia aparat
Polisi Pamong Praja (Pol PP) Sikka di Belang Beach, Kelurahan Wailiti,
Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Senin (28/4/2014) malam, berhasil
menangkap seorang perempuan pekerja seks komersial (PSK) berinisial FDS alias
Ika (28).
Usai
ditangkap, FDS dijeblos ke dalam sel Pol PP Sikka karena diduga kuat mengidap
penyakit HIV/AIDS sejak lama. 'Ayam' dari Nelle, Sikka, ini kemudian
diserahkan ke Yakkestra, Dinas Sosial dan Nakertrans Sikka untuk dibina agar
tidak beroperasi lagi.
Kasat
Pol PP Sikka, Adeodatus Buang da Cunha, Selasa (29/4/2014), mengatakan,
perempuan yang diduga dari latar belakang keluarga tidak harmonis ini sering
beroperasi di Kabupaten Flores Timur, Lembata dan Sikka. Dalam operasinya,
jelas Buang yang memimpin penangkapan, FDS memasang tarif berbeda di setiap
kabupaten. Di Sikka, FDS
memasang tarif sekali 'esek-esek' Rp 25 ribu. Di Lembata dan Flores Timur, Rp
50 ribu.
Saat ditemui di kantornya, Buang
didampingi dua staf Yakkestra Flores yang akan mendampingi FDS yang sedang
berada di sel Pol PP Sikka. "Wanita
yang kami tangkap ini diduga terkena penyakit ganas. Di Maumere, FDS beroperasi
di Kali Mati dan di belakang Kantor Bupati Sikka.
Bulan lalu kami tangkap dia lalu serahkan
ka Dinas Sosial dan Naketrans Sikka. Tetapi wanita ini pindah lagi di Belang
Beach, Kelurahan Wailiti dan beroperasi di sana. Semalam saat kami tangkap dia baru selesai
melayani dua tamu. Kami
dengar informasi FDS dalam pengawasan LSM karena ada sesuatu yang tidak beres.
Maka itu, setelah ditangkap saya langsung
koordinasi dengan Yakkestra Flores, Dinas Sosial dan Nakertrans Sikka. Kami
tidak mau wanita ini dibiarkan tanpa pengawasan," tutur Buang.
Dia mengakui FDS sudah berulangkali
ditangkap aparat Pol PP dan Polres Sikka. Setelah dilepas dan membuat surat
pernyataan, FDS kembali beroperasi di belakang Kantor Bupati Sikka dan Kali
Mati, Kota Maumere.
"Di Kali Mati Maumere dia beroperasi
dengan pelanggannya dari kalangan menengah ke bawah seperti tukang ojek, buruh
dan sopir. Dia memasang tarif hanya Rp 20 ribu. Mereka 'main' beralaskan karung
dan daun. Lokasi itu tanah pemerintah yang dijadikan kebun oleh warga Kota
Uneng," ujar Buang.
Buang sudah menanyakan kepada FDS terkait
wilayah operasi dan pelanggannya. "Selama sebulan di Belang Beach,
pelanggannya anak sekolah, sopir, tukang ojek, buruh dan orangtua berambut
uban. Sehari dia harus bayar kamar Rp 100.000. Maka itu sehari dia harus dapat
pelanggan 10 orang agar bisa membayar sewa kamar. Juga untuk makan dan minum
sehari. Kalau sehari 10 orang, maka ada 300 orang yang dia layani sebulan. Ini
yang kita takutkan sehingga saya koordinasi, termasuk dengan manajemen RSUD TC
Hillers Maumere, agar ada langkah penanganan khusus," tegas Buang.
Buang mengungkapkan, di Kota Maumere ada
empat PSK yang perlu diawasi ketat oleh semua pihak. Keempat PSK ini
sering beroperasi di Kali Mati dan Pasar Alok, Maumere.
"Kami sudah tangkap, tapi mereka
kembali beroperasi. Saran saya mereka harus ditampung dan diawasi khusus
karena ada informasi mereka juga sudah terkena penyakit ganas," katanya. (tribunNews.com).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.