Denpasar, aidsindonesia.com (12/4/2014) - Gubernur
Bali, Made Mangku Pastika, mengatakan permasalahan HIV&AIDS di Bali tidak
bisa semata-mata dikaitkan karena Pulau Dewata merupakan daerah pariwisata.
Namun, penanganannya diperlukan juga kesadaran dari masyarakat karena
sebenarnya semua sudah tahu penularan HIV&AIDS lewat kontak seksual
sehingga 'jajan seks' sebaiknya dihindari.
Berdasarkan data yang diterima pihaknya, lebih dari 20
persen pekerja seks komersial (PSK) di Bali sudah mengidap HIV&AIDS. "Itu yang ketahuan. Tetapi, hal
seperti ini yang tidak ketahuan tentu tinggi," kata Made Mangku Pastika.
Pastika
menilai cara efektif untuk mengatasi penyebaran HIV&AIDS akibat keberadaan
tempat terduga lokalisasi dan kafe remang-remang adalah mempersulit operasinya,
penolakan masyarakat dan konsumen juga menahan diri.
"Jika
tidak ada yang membeli, tentu tidak ada yang mau jualan. Hukum pasar makin
banyak konsumennya, maka makin banyak yang jualan," katanya.
Di sisi
lain, Pemprov Bali juga telah mengupayakan berbagai langkah antisipasi yakni
meningkatkan sosialisasi secara berkelanjutan menjangkau seluruh lapisan masyarakat
dan meningkatkan kerja sama dengan berbagai LSM peduli AIDS. (haluanriaupos.com/ds).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.