Jakarta, aidsindonesia.com (22/4/2014) - Meningkatnya perilaku seksual berisiko menyebabkan prevalensi penderita HIV/AIDS di kalangan pria meningkat tujuh kali lipat sejak 2007. Otomatis mereka menularkan kepada pasangan tetap atau isteri, dan ke anak.
Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi, mengatakan prevelansi HIV/AIDS di kalangan pria meningkat 0,1% menjadi 0,7% sejak tahun 2007 sampai 2012. Mereka terdiri dari pembeli seks yang tidak menggunakan pengaman.
Akibat dari perilaku tersebut saat ini ada 1.664 anak di Indonesia yang positif HIV/AIDS, dan harus menjalani pengobatan Antriretroviral (ARV) selama hidupnya. Mereka lahir dari ibu-ibu yang terular virus mematikan itu dari suami yang berperilaku seks berisiko.
“Mula-mula belum ditemukan, tetapi tiap tahun semakin bertambah oleh karena perilaku laki-laki yang berperilaku seks berisiko. Angka ini baru dilaporkan,” kata Nafsiah seusai meresmikan gedung baru RSUP Fatmawati, di Jakarta, Senin (21/4).
Menkes mengatakan, upaya pencegahan penularan dari ibu ke bayi sudah tersedia melalui layanan Prevention Mother to Child Transmission (PMTCT). Di Indonesia, program ini dilakukan dengan konseling dan testing HIV sukarela, pemberian obat ARV, persalinan yang aman, serta pemberian makanan bayi. PMCT ini diperlukan karena menurut WHO kecenderungan infeksi HIV pada perempuan dan anak meningkat.
Program PMTCT ini, kata Menkes, sangat efektif mencegah penularan dari ibu ke anak. Terbukti, dari 1.500 ibu hamil yang diberikan ARV, hanya 106 di antaranya yang melahirkan bayi positif.
“Berarti sebagian besar bisa dicegah, tetapi ternyata banyak ibu positif yang terlambat deteksi dan mendapatkan pengobatan dini,” kata Menkes.
Tetapi yang memegang kunci pencegahan terletak pada laki-laki. Menghindari seks berisiko mencegah ibu dan anak tertular. Kemkes sendiri terus gencar mengampanyekan pentingnya hal ini.
Soal penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak ini adalah bagian dari tema Hari Kartini 2014, yang diperingati kemarin, 21 April. Menkes mengatakan, Raden Ajeng Kartini sendiri meninggal saat bersalin. Kemkes mengaitkan ketokohan Kartini dengan angka kematian ibu di Indonesia yang masih tinggi, terutama pada perempuan yang berpendidikan rendah. (D-13/YUD/beritasatu.com).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.