24 Oktober 2013

Mencekoki Remaja dengan Informasi yang Salah


“ ….  cegah HIV DAN AIDS dengan cara yang efektif, yaitu hindari hubungan seks di luar nikah serta NARKOBA.”

Slogan itu ada di  brosur “AKU BANGGA AKU SEHAT” yang diterbitkan oleh Sekretariat Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi DKI Jakarta (tanpa tahun).

HIV/AIDS adalah fakta medis. Artinya, bisa diuji di laboratorium dengan teknologi kedokteran.

Maka, cara penularan pun bisa diketahui sehingga pencegahannya pun dapat dilakukan dengan cara-cara yang realistis yang bertumpu pada fakta media.

Dalam jumlah yang dapat ditularkan HIV hanya terdapat dalam:

a.  Cairan darah (laki-laki dan perempuan)

b. Air mani (laki-laki, dalam sperma tidak ada HIV)

c.  Cairan vagina (perempuan)

d.    Air susu ibu/ASI (perempuan)

Maka, penularan HIV bisa terjadi kalau salah satu dari cairan tsb. yang mengnadung HIV masuk ke dalam tubuh.

Itu artinya cara masuk cairan-cairan tsb. ke dalam tubuh tidak ada kaitannya dengan norma, moral dan agama karena cara masuk cairan tsb. juga bisa terjadi pada kegiatan-kegitan yang sama sekali tidak bertentangan dengan norma, moral dan agama bahkan dengan hokum.

Misalnya, transfusi darah. Ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan norma, moral, agama dan hokum. Begitu juga dengan jarum suntik dan alat-alat kesehatan selain jarum suntik pada penyalahguna narkoba (narkotika dan bahan-bahan berbahaya) karena merupakan perbuatan melawan hukum.

Penularan HIV melalui air mani dan cairan vagina terjadi ketika berhubungan seksual di dalam atau di luar nikah.

Artinya, penularan HIV melalui hubungan seksual terjadi karena kondisi hubungan seksual (salah satu dari pasangan yang melakukan hubungan seksual mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom) bukan karena sifat hubungan seksual (di luar nikah, ‘jajan’, melacur, seks anal, dll.).

Maka, informasi yang mengait-ngaitkan sifat hubungan seksual dengan penularan HIV tidak akurat sehingga merupakan mitos (anggapan yang salah).

Sedangkan narkoba, yang dijauhi bukan narkoba karena narkoba adalah obat selama dipakai sesuai dengan resep dokter. Yang dihindari adalah penyalahgunaan narkoba.

Di halaman depan brosur ada pula slogan “GENERASI MUDA BERPRESTASI BEBAS HIV DAN AIDS”.

Slogan itu mendorong stigma (cap buruk) dan diskriminasi (membeda-bedakan perlakuan) terhadap generasi muda yang mengidap HIV/AIDS karena dikesankan mereka tidak layak berprestasi karena tidak bebas HIV dan AIDS.

Generasi muda yang berprestasi adalah anak-anak muda, remaja putra dan remaja putri, yang tidak melakukan perilaku berisiko tertular HIV.

Generasi muda yang menghindari perilaku berisiko tertular HIV juga berpijak pada perilaku yang bertumpu pada norma, moral, agama dan hukum. Ini menjadi penting  karena selain terhindar dari risiko tertular HIV juga terhindar dari dampak buruk perbuatan yang bertentangan dengan norma, moral, agama dan hukum.

Selama generasi muda dicekoki dengan informasi yang tidak komprehensif, maka selama itu pula mereka tidak bisa menjalankan perilaku yang melindungi diri mereka dari penyakit dan aib serta perbuatan yang dilarang Tuhan dan agama.***

- AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap

23 Oktober 2013

“Arisan Gigolo” di Sukabumi, Jawa Barat: Mendorong Penyebaran HIV/AIDS di Masyarakat


Salabintana, Kab Sukabumi, 22 Oktober 2013 - Selain praktek pelacuran, yang kasat mata yang melibatkan pekerja seks komersial (PSK) langsung dan praktek pelacuran tidak kasat mata yang melibatkan PSK tidak langsung ada pula praktek gigolo (KBBI: 1 laki-laki bayaran yang dipelihara seorang wanita sebagai kekasih; 2 laki-laki sewaan yang pekerjaannya menjadi pasangan berdansa) yang menyediakan jasa layanan seks dalam berbagai tameng terhadap perempuan-perempuan yang menginginkan kepuasan seks.

PSK langsung adalah PSK yang ada di tempat-tempat pelacuran, jalanan, taman,dll. sedangkan tidak langsung adalah cewek pemijat, cewek bar, cewek kafe, cewek pub, ABG, anak sekolah, mahasiswi, ayam kampus, ibu-ibu, cewek gratifikasi seks, dll.

Gigolo adalah laki-laki dewasa yang perilakunya berisiko tinggi tertular HIV karena melakukan hubungan seksual dengan perempuan yang berganti-ganti.

Di wilayah Kabupaten Sukabumi dan Kota Sukabumi, dua-duanya di Jawa Barat, ada gigolo berasal dari Jakarta yang sudah meminum obat antiretroviral (ARV) membuka ’layanan seks’. Gigolo ini adalah laki-laki yang mengidap HIV/AIDS.

Gigolo tadi dijadikan pemuas seks dalam bentuk ’arisan’ oleh beberapa perempuan di dua wilayah itu. ”Ada yang ’di-booking mingguan, ada pula bulanan,” kata sumber ”AWI” di Sukabumi.

Melihat gelagat itu Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kab Sukabumi mendekati gigolo yang ’praktek’ di Sukabumi sebagai upaya advokasi agar mereka tidak melayani perempuan-perempuan ’haus seks’ karena ada risiko penyebaran HIV.

”Kami sudah berhasil menemui mereka,” kata dr Asep Suherman, Sekretaris KPA Kab Sukabumi. Namun, dr Asep hanya bisa mengurut data kara gigolo itu tidak bersedia diajak diskusi jika tidak dibayar.

Kasus kumulatif HIV/AIDS di Kab Sukabumi sampai September 2013 tercatat 84, dari jumlah ini 15 di antaranya ibu rumah tangga. Yang meminum obat ARV tercatat 19.

”Wani piro.” Itulah jawaban gigolo yang ditemui KPA Kab Sukabumi ketika diajak diskusi sebagai upaya untuk memberikan pemahaman kepada mereka terkait dengan perilaku yang mereka lakukan.

”Ya, saya mundur karena kami tidak mempunyai dana,” kata dr Asep dengan nada kecewa.

Jangankan untuk biaya penjangakuan, dana untuk opeasional KPA Kab Sukabumi yang diajukan Bupati H Sukmawijaya sebesar Rp 700 juta ternyata ’disunat’ separuh oleh DPRD Kab Sukabumi sehingga anggaran KPA Kab Sukabumi hanya Rp 350 juta.

Dalam kaitan itulah Pak Bupati berharap agar wartawan ikut mendukung program penanggulangan HIV/AIDS. Hal ini disampaikan Sukmawijaya pada pengarahan ”Temu Media” dengan wartawan Kab Sukabumi di Salabintana (22/10-2013).

Wartawan media cetak dan elektronik serta online mendukung ajakan Pak Bupati. Temu media diselenggarakan oleh KPA Kab Sukabumi-KPA Jabar dengan dukungan HCPI-AusAID yang  diikuti oleh 26 wartawan yang merupakan pembekalan untuk meliput dan menulis berita dan laporan tentang HIV/AIDS.***

- AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap