Pengantar. Tanya-Jawab
ini adalah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dikirim melalui surat,
telepon, SMS, dan e-mail. Jawaban disebarluaskan tanpa menyebut identitas yang
bertanya dimaksudkan agar bisa berbagi informasi yang akurat tentang HIV/AIDS.
Yang ingin bertanya, silakan kirim pertanyaan ke “AIDS Watch Indonesia”
(http://www.aidsindonesia.com)
melalui: (1) Surat ke PO Box 1244/JAT, Jakarta 13012, (2) Telepon (021)
4756146, (3) e-mail aidsindonesia@gmail.com,
dan (4) SMS 08129092017. Redaksi.
*****
Tanya: Saya, cewek 21
tahun, sudah beberapa kali melakukan hubungan seksual dengan tiga cowok
berbeda. Jarak tidak melakukan hubungan sekssual antara cowok pertama dan cowok
kedua dua tahun. Jarak hubungan seksual antara cowok kedua dan ketiga juga
dua tahun.
Hubungan seksual dengan cowok
pertama tanpa pakai kondom. Tapi, penis hanya masuk sekali (tanpa digoyang).
Penis cuma masuk setengah ke dalam vagina saya.
Dua tahun kemudian saya
melakukan hubungan seksual dengan cowok kedua juga tanpa kondom, tapi Mr ‘P’
hanya masuk setengah dan saya tidak goyang. Penis hanya masuk sekali saja.
Setelah itu dua kali kami melakukan hubungan seksual pakai kondom.
Hubungan seksual dengan cowok
ketiga sama dengan yang saya lakukan dengan cowok kedua. Penis cowok ketiga
hanya masuk setengah dan tanpa digoyang. Penis langsung dikeluarkan lagi.
Tapi, semalam saya melakukan hubungan
seksual dengan cowok ketiga. Terjadi pergesekan penis ke vagina tapi dia pakai
kondom.
Saya tahu betul ketiga cowok
itu belum pernah melakukan hubungan seksual sebelum mereka lakukan dengan saya.
Saya yakin mereka bersih.
Hubungan seksual dengan cowok
pertama dan kedua sudah saya lakukan empat tahun yang lalu. Tidak ada tanda-tanda terkait HIV/AIDS pada diri saya.
Itu artinya saya aman dari HIV. Tapi, tadi malam saya melakukan hubungan
seksual dengan cowok ketiga. Ini yang membuat saya risau.
(1) Apakah dengan cara itu saya
bisa tertular HIV atau penyakit kelamin lain?
(2) Apa tanda-tanda tertular
HIV atau penyakit kelamin lain karena baru semalam saya melakukan hubungan
seksual?
(3) Bertolak dari perilaku itu
saya ingin sekali konseling dan tes HIV. Mohon
bantuan ke mana saya bisa melakukan konseling dan tes HIV yang baik.
Via SMS (15/8-2013)
Jawab: (1) Yang
diperlukan adalah kejujuran. Jika Anda jujur, maka dari cerita yang Anda
sampaikan risiko Anda tertular HIV/AIDS rendah. Tapi, tertular penyakit lain,
disebut IMS (infeksi menular seksual, seperti kencing nanah/GO, raja
singa/sifilis, virus hepatitis B, dll.) bisa saja terjadi.
Yang perlu diperhatikan adalah:
(a) Tidak ada kepastian
seberapa dalam penis masuk ke vagina agar terjadi penularan. Yang jelas ketika
penis ereksi sudah ada cairan, disebut semen, yang keluar dari penis. Nah,
kalau laki-laki yang mengeluarkan semen itu mengidap HIV/AIDS, maka ada virus
di dalam semen yang bisa ditularkan. Biar pun
penis hanya masuk sebagian cairan semen sudah ada di vagina.
(b) Tidak ada pula kepastian
apaka risiko tertular HIV melalui hubungan seksual terkait dengan goyangan
karena seperti disebutkan tadi ketika penis ereksi dan masuk ke dalam vagina
sudah ada semen yang keluar dari penis di dalam vagina. Jika semen mengandung
HIV/AIDS ada risiko penularan.
(c) Begitu pula dengan IMS
tidak ada kepastian seberapa lama hubungan seksual dilakukan agar terjadi
penularan IMS.
(d) Jika tertular HIV tidak ada
gejala-gejala yang khas AIDS sampai pada masa AIDS (secara statistik antara
5-15 tahun setelah tertular HIV). Tapi, jika sudah tertular HIV kalau ada
penyakit maka akan sulit sembuh.
(e) Jika tertular IMS, kecuali
virus hepatitis B, gejala akan cepat muncul dalam hitungan minggu. Misalnya,
perish ketika kencing. Keluar nanah, dll. Sedangkan virus tidak ada gejala yang
khas ketika tertular.
(2) Karena Anda baru melakukan
hubunga seksual tadi malam, maka gejala IMS akan muncul beberapa pekan ke depan
jika memang cowok tsb. mengidap IMS.
Selain itu Anda pun tidak bisa
memastikan apakah tiga cowok itu bebas HIV/AIDS karena bisa saja mereka
penyalahguna narkoba (narkotika dan bahan-bahan berbahaya) dengan jarum suntik
secara bergantian dengan sesama penyalahguna. Ada risiko tertular HIV karena
bisa saja satu di antara mereka mengidap HIV/AIDS sehingga jarum suntik bisa
menjadi media penularan HIV.
Status HIV seseorang tidak bisa
dilihat dari penampilan fisik karena tidak ada tanda-tanda yang khas AIDS pada
orang-orang yang sudah mengidap HIV/AIDS. Status HIV hanya bisa diketahui
melalui tes HIV.
Lagi pula Anda juga tidak bisa
memastika bahwa mereka belum pernah melakukan hubungan seksual karena tidak
bisa dibuktikan secara medis.
(3) Rencana Anda untuk
konseling tepat karena hasil konseling akan menentukan apakah Anda harus tes
HIV atau tidak. Konseling akan menghilangkan kekhawatiran terkait dengan risiko
tertular HIV berdasarkan kejadikan yang Anda alami.***