20 November 2013

Kampanye AIDS yang Mengukuhkan Mitos*


Oleh Syaiful W. Harahap

Catatan: Naskah ini ditulis Mei 2000 dimaksudkan sebagai perbandingan apakah kampanye AIDS tahun ini, 13 tahun kemudian, tetap sama yaitu sebagai mitos

 11 penduduk dunia terinfeksi HIV. Ini menunjukkan epidemi HIV sudah merupakan ancaman utama terhadap keselamatan umat manLaporan terakhir UNAIDS menunjukkan setiap menitusia.

Jadi, karena vaksin untuk melumpuhkan HIV belum ditemukan maka upaya yang paling efektif untuk menghindarkan diri dari infeksi HIV adalah dengan cara melindungi diri sendiri secara aktif. Hal ini dapat dilakukan setiap orang, khususnya mencegah infeksi melalui faktor risiko hubungan seks yang tidak aman.

Melindungi diri pada faktor risiko infeksi melalui hubungan seks yang tidak aman kian penting artinya karena faktor risiko inilah yang merupakan jalur utama penyebaran HIV. Walaupun probabilitas infeksi per kontak melalui hubungan seks hanya berkisar antara 0,03% sampai 5,6% per kontak, tetapi pola penyebaran HIV melalui hubungan seks justru berkisar antara 22-96%. Hal ini terjadi karena setiap orang melakukan hubungan seks yang berulangkali sehingga probabilitas infeksi yang rendah itu menjadi tinggi.

Faktor risiko penyebaran HIV sangat bervariasi antara satu negara dengan negara lain. Di RRC, misalnya, faktor risiko utama justru melalui jarum suntik pada penggunaan narkoba (injecting drug use--IDU). Di negara lain melalui homoseksual dan lain-lain. Sedangkan di Indonesia jalur utama penyebaran HIV melalui faktor risiko heteroseksual, dan belakangan ini dipicu pula melalui jalur IDU.

Maka, amatlah beralasan kalau upaya pencegahan dititikberatkan pada faktor risiko hubungan seks. Soalnya, penyebaran HIV melalui transfusi darah tergantung kepada operator yang menyediakan darah sehingga seorang penerima transfusi hanya bisa pasif.

Di samping itu pencegahan melalui pemakaian jarum suntik bersama, khususnya di kalangan pengguna narkoba suntikan juga dapat dilakukan secara aktif karena seseorang dapat menolak memakai jarum yang sudah dipakai temannya atau orang lain. 

Dalam konteks IDU ini di banyak negara sudah diperkenalkan program pertukaran jarum suntik (needle-exchange program) yang bertolak dari filsafat harm reduction (pengurangan kerugian), seperti memakai helm jika naik motor atau memakai sabuk pengaman di mobil. Artinya, seseorang yang tidak bisa meninggalkan kebiasaan memakai narkoba melalui suntikan dianjurkan selalu memakai jarum suntik baru agar tidak terinfeksi atau menularkan penyakit-penyakit yang ditularkan melalui darah.

Untuk meningkatkan kepedulian masyarakat agar melindungi diri dari infeksi HIV perlu digalakkan KIE (komunikasi, informasi dan edukasi). Salah satu cara yang dikembangkan media massa, khususnya televisi, adalah dengan penyampaian informasi. Sayang, anjuran utama dan pertama yang muncul di layar televisi sangat tidak objektif karena sama sekali tidak berkaitan langsung dengan infeksi HIV malah sebaliknya menyuburkan mitos (anggapan yang keliru) seputar HIV.

Anjuran itu adalah "Hindari Seks Bebas". Jika kita bertolak dari pikiran yang jernih infeksi HIV bisa terjadi, khususnya melalui faktor risiko hubungan seks, kalau salah satu dari pasangan yang melakukan hubungan seks sudah HIV positif. Jadi, jika hubungan seks dilakukan tanpa memakai kondom maka akan ada risiko infeksi.

Jadi, kalau kedua pasangan itu HIV negatif, apa pun bentuk hubungan seksnya (heteroseksual atau homoseksual) dan sifat hubungan seksnya (di dalam atau di luar nikah) tetap tidak akan terjadi infeksi HIV. Tetapi, sebaliknya kalau salah satu dari pasangan itu HIV-positif maka risiko infeksi akan tetap terjadi kalau dilakukan tanpa kondom biar pun hubungan seksnya dilakukan secara heteroseksual dan di dalam ikatan pernikahan yang sah.

Jadi, di saat epidemi HIV sudah di ambang mata akan lebih arif kalau kita mengemukakan fakta yang objektif dan menganjurkan pencegahan yang realistis. Ini akan jauh lebih efektif daripada menyuarakan anjuran yang dibalut moral tetapi tidak objektif dan realistis.***

* Naskah ini dimut di Newsleter ”HindarAIDS” No. 45, 15 Mei 2000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.