Opini (30/10-2013) – Tes HIV yang dilakukan
oleh banyak orang yang tidak terkait dengan risiko tertular HIV mengesankan
semua orang bisa tertular HIV. Ini bisa menyesatkan.
Maka, ada dua pertanyaan terkait dengan tes HIV, yaitu:
(1) Siapa-(siapa) saja yang harus menjalani tes HIV?
(2) Kapan seseorang harus menjalani tes HIV?
Jawaban dari dua pertanyaan di atas akan memberikan gambaran betapa tes HIV
yang dilakukan oleh orang-orang yang sama sekali tidak terkait dengan perilaku
berisiko tertular HIV akan mengesankan semua orang berisiko tertular HIV.
Seperti yang dilakukan oleh Wagub DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama aka.
Ahok dan jajarannya mengesankan perilaku semua pejabat berisiko tertular HIV.
Jawaban pertanyaan nomor (1) adalah: yang dianjurkan tes HIV adalah orang
per orang yang pernah melakukan perilaku bersiko, al. pernah atau sering
melakukan hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan
berganti-ganti pasangan atau dengan orang yang sering berganti-ganti pasangan,
seperti pekerja seks komersial (PSK).
Sedangkan jawaban pertanyaan nomor (2) terkait langsung dengan jawaban
pertanyaan nomor (1) yaitu: seseorang yang sudah pernah melakukan perilaku
berisiko dianjurkan menjalani tes HIV.
Maka, ketika orang-orang yang tidak pernah melakukan perilaku berisiko
menjalani tes HIV, secara pribadi atau massal, mengesankan bahwa semua orang
bisa tertular HIV biar pun tidak pernah melakukan perilaku berisiko.
Kesan itulah kemudian yang menyuburkan mitos (anggapan yang salah) bahwa
HIV/AIDS (juga) menular melalui cara-cara di luar perilaku seksual berisiko,
transfusi darah, dan penggunaan jarum suntik secara bergantian.
Pada gilirannya orang-orang yang perilakunya berisiko pun akan menganggap
penularan HIV/AIDS tidak semata-mata karena perilaku berisiko yang dilakukanya.
Di tahap berikutnya orang-orang yang tertular, al. melalui hubungan seksual
akan menyangkal karena sudah ada kesan bahwa HIV/AIDS juga menular melalui
cara-cara selain hubungan seksual, transfusi darah jarum suntik.
Tentu saja kesan itu sangat merugikan langkah-langkah penanggulangan
HIV/AIDS karena orang kemudian tidak takut lagi melakukan perilaku berisiko.
Ini terjadi karena kemudian banyak yang beranggapan bahwa penularan HIV juga
terjadi secara alamiah.
Anggapan itu pun muncul ketika penulis menjadi narasumber pada sebuah
ceramah di lingkungan pegawa Kota Parepare, Sulsel (8/9-2005), seorang peserta
mengatakan bahwa HIV/AIDS juga bisa menular secara alamiah.
Maka, amatlah sulit memupus anggapan bahwa HIV/AIDS juga bisa menular
secara alamiah kepada setiap orang biar pun tidak pernah melakukan perilaku
berisiko. Buktinya, tes HIV dilakukan terhadap orang-orang yang tidak melakukan
perilaku berisiko.
Satu lagi batu sandungan dalam penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia.***
- AIDS Watch Indonesia/Syaiful
W. Harahap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.