Tanya-Jawab AIDS No 3/Oktober 2013
Pengantar. Tanya-Jawab ini adalah
jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dikirim melalui surat, telepon, SMS, dan e-mail. Jawaban
disebarluaskan tanpa menyebut identitas yang bertanya dimaksudkan agar bisa
berbagi informasi yang akurat tentang HIV/AIDS. Yang ingin bertanya, silakan
kirim pertanyaan ke “AIDS Watch Indonesia” (http://www.aidsindonesia.com) melalui:
(1) Surat ke PO Box 1244/JAT, Jakarta 13012, (2) Telepon (021) 4756146, (3)
e-mail aidsindonesia@gmail.com, dan
(4) SMS 08129092017. Redaksi.
*****
Tanya: Saya melakukan
kegiatan berisiko tertular HIV pada bulan Agustus lalu. Saya memakai kondom.
Saya melakukannya lewat depan dan belakang. Selain itu saya juga dioral oleh
cweknya. Kondom saya lepas karena banyak darah di dinding luar kondom. Tapi
darah tidak sampai terkena kulit saya. Tangan dan penis saya cuci dengan sabun.
Dua minggu kemudian saya demam, flu dan sakit kepala. Itu terjadi selama lima hari. Tujuh minggu
kemudian saya tes di laboratorium swasta. Hasilnya negatif. Tapi saya tidak
percaya karena saya pernah baca artikel bahwa virus tidak bisa terdeteksi pada
masa jendela. Sampai hari ini saya mengalami stres dan depresi berat.
Sampai-sampai saya ingin mengakhiri hidup.
(1)
Apakah pada priode jendela HIV tidak bisa terdeteksi di dalam darah melalui tes
darah?
(2) Apakah ada tes lain yang bisa
mendeteksi HIV pada pirode jendela?
(3) Apakah stres dan depresi berat bisa
membut kondisi fisik turun terus menjadi deman seperti tanda-tanda HIV?
(4) Apa yang harus saya lakukan
menunggu lewat masa jendela?
Kalau hanya menunggu saya takut stres
dan depresi akan bertambah berat.
(5) Apakah saya hanya bisa berdiam diri
saja?
Saya benar-benar menyesal.
Via SMS (15/10-2013) di Kota Y
Jawab: Sabar. Infeksi HIV bukan akhir
dari segala-galanya. Banyak orang yang terular HIV tetap bisa melakukan
kegiatan keseharian. Apalagi sekarang sudah ada obat antiretroviral (ARV) untuk
menekan laju pertambahan virus di dalam darah.
(1) Dalam tes HIV dengan reagen ELISA
yang dicari adalah antibody HIV. Secara teoritis antibody HIV yang diproduksi
tubuh ketika HIV masuk ke dalam tubuh itu baru bisa terdeteksi paling cepat tiga
bulan setelah tertular HIV. Ketika Anda tes itu artinya belum tiga bulan, maka
hasilnya bias negatif palsu (virus ada dalam darah tapi tidak terdeteksi karena
belum ada antibody HIV di dalam darah yang dites) atau positif palsu (virus
tidak ada tapi reagen reaktif yang mungkin karena ada virus lain dalam darah).
(2) Standar prosedur tes HIV yang baku
mewajibkan setiap tes HIV dikonfirmasi dengan tes lain. Misalnya, tes HIV
dengan ELISA (Enzyme-linked immunosorbent assay) maka contoh darah yang sama dites lagi dengan tes lain, seperti Western blot. Belakangan WHO
merekomendasikan tes konfirmasi dengan reagen ELISA tiga kali tapi dengan reaten dan teknik yang berbeda. Tes
yang bisa mendeteksi virus pada masa jendela adalah PCR (polymerase chain reaction), tapi ini jarang dipakai
karena mahal.
(3) Soal dampak stres dan depresi
silakan konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Terkait dengan tanda atau
gejala HIV tidak ada yang khas. Artinya, demam yang Anda derita tidak otomatis
terkait dengan infeksi HIV.
(4) dan (5) Anda bisa konsultasi dengan
konselor. Saya akan kabari Anda secepatnya.***
- AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.