14 Oktober 2013

Mau Akhiri Hidup karana Takut (Sudah) Tertular HIV



Tanya-Jawab AIDS No 3/Oktober 2013

Pengantar. Tanya-Jawab ini adalah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dikirim melalui surat, telepon, SMS, dan e-mail. Jawaban disebarluaskan tanpa menyebut identitas yang bertanya dimaksudkan agar bisa berbagi informasi yang akurat tentang HIV/AIDS. Yang ingin bertanya, silakan kirim pertanyaan ke “AIDS Watch Indonesia” (http://www.aidsindonesia.com) melalui: (1) Surat ke PO Box 1244/JAT, Jakarta 13012, (2) Telepon (021) 4756146, (3) e-mail aidsindonesia@gmail.com, dan (4) SMS 08129092017. Redaksi.

*****
Tanya: Saya melakukan kegiatan berisiko tertular HIV pada bulan Agustus lalu. Saya memakai kondom. Saya melakukannya lewat depan dan belakang. Selain itu saya juga dioral oleh cweknya. Kondom saya lepas karena banyak darah di dinding luar kondom. Tapi darah tidak sampai terkena kulit saya. Tangan dan penis saya cuci dengan sabun. Dua minggu kemudian saya demam, flu dan sakit kepala. Itu terjadi selama lima hari. Tujuh minggu kemudian saya tes di laboratorium swasta. Hasilnya negatif. Tapi saya tidak percaya karena saya pernah baca artikel bahwa virus tidak bisa terdeteksi pada masa jendela. Sampai hari ini saya mengalami stres dan depresi berat. Sampai-sampai saya ingin mengakhiri hidup.

(1) Apakah pada priode jendela HIV tidak bisa terdeteksi di dalam darah melalui tes darah?

(2) Apakah ada tes lain yang bisa mendeteksi HIV pada pirode jendela?

(3) Apakah stres dan depresi berat bisa membut kondisi fisik turun terus menjadi deman seperti tanda-tanda HIV?

(4) Apa yang harus saya lakukan menunggu lewat masa jendela?

Kalau hanya menunggu saya takut stres dan depresi akan bertambah berat.

(5) Apakah saya hanya bisa berdiam diri saja?

Saya benar-benar menyesal.

Via SMS (15/10-2013) di Kota Y

Jawab: Sabar. Infeksi HIV bukan akhir dari segala-galanya. Banyak orang yang terular HIV tetap bisa melakukan kegiatan keseharian. Apalagi sekarang sudah ada obat antiretroviral (ARV) untuk menekan laju pertambahan virus di dalam darah.

(1) Dalam tes HIV dengan reagen ELISA yang dicari adalah antibody HIV. Secara teoritis antibody HIV yang diproduksi tubuh ketika HIV masuk ke dalam tubuh itu baru bisa terdeteksi paling cepat tiga bulan setelah tertular HIV. Ketika Anda tes itu artinya belum tiga bulan, maka hasilnya bias negatif palsu (virus ada dalam darah tapi tidak terdeteksi karena belum ada antibody HIV di dalam darah yang dites) atau positif palsu (virus tidak ada tapi reagen reaktif yang mungkin karena ada virus lain dalam darah).

(2) Standar prosedur tes HIV yang baku mewajibkan setiap tes HIV dikonfirmasi dengan tes lain. Misalnya, tes HIV dengan ELISA (Enzyme-linked immunosorbent assay) maka contoh darah yang sama dites lagi dengan tes lain, seperti Western blot. Belakangan WHO merekomendasikan tes konfirmasi dengan reagen ELISA tiga kali tapi dengan reaten dan teknik yang berbeda. Tes yang bisa mendeteksi virus pada masa jendela adalah PCR (polymerase chain reaction), tapi ini jarang dipakai karena mahal.

(3) Soal dampak stres dan depresi silakan konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Terkait dengan tanda atau gejala HIV tidak ada yang khas. Artinya, demam yang Anda derita tidak otomatis terkait dengan infeksi HIV.

(4) dan (5) Anda bisa konsultasi dengan konselor. Saya akan kabari Anda secepatnya.***

- AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.