Tanya-Jawab AIDS No 4/Oktober 2013
Pengantar. Tanya-Jawab ini adalah
jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dikirim melalui surat, telepon,
SMS, dan e-mail. Jawaban disebarluaskan tanpa menyebut identitas yang bertanya
dimaksudkan agar bisa berbagi informasi yang akurat tentang HIV/AIDS. Yang
ingin bertanya, silakan kirim pertanyaan ke “AIDS Watch Indonesia” (http://www.aidsindonesia.com) melalui:
(1) Surat ke PO Box 1244/JAT, Jakarta 13012, (2) Telepon (021) 4756146, (3)
e-mail aidsindonesia@gmail.com, dan
(4) SMS 08129092017. Redaksi.
*****
Tanya: Saya seorang cewek
pacaran dengan seorang laki-laki mantan drug user. Dia
pernah dua kali rehab di salah satu tempat rehab di Jabar. Kami sudah tiga
tahun pacaran. Dia tidak lagi sebagai drug user karena hidupnya sudah baik.
Kami belum pernah ML (hubungan seksual-pen.). Kami hanya berciuman secara
wajar. Beberapa bulan yang lalu pacar saya terdeteksi mengidap HIV/AIDS. (1)
Apakah kami boleh menikah? (2) Bagaimana caranya agar tidak terjadi penularan
HIV ketika kami berhubungan badan? (3) Apakah saya berisiko tertular HIV kalau
dia pakai kondom? (4) Apakah kami bisa mendapatkan anak yang tidak mengidap
HIV/AIDS?
Via SMS (18/10-2013) di
Kota “S“
Jawab: (1) Tidak ada UU yang melarang pengidap HIV/AIDS
menikah karena menikah merupakan hak asasi. Yang jadi persoalan adalah terkait
dengan perilaku dan kesehatan pasangan yang akan menikah. Pengidap penyakit
menular, misalnya, tentu akan bisa menularkan penyakit ke pasangannya. Begitu
juga dengan pengidap penyakit genetik akan menurunkan penyakit tersebut ke anak
mereka.
(2) dan (3) Karena pacar Anda mengidap
HIV/AIDS, jika kelak kalian menikah maka suami harus selalu memakai kondom
setiap kali sanggama sejak mulai melakukan hubungan seksual sampai ejakulasi.
Secara teoritis jika suami selalu memakai kondom ketika sanggama risiko
penularan ke istri rendah karena air mani tidak tumpah di dalam vagina. Yang
perlu diperhatikan adalah kualitas kondom, tanggal kadaluarsa, cara membuka
bungkus dan cara pemakaian kondom.
(4) Jika yang mengidap HIV/AIDS suami,
maka bisa mendapatkan keturunan yang tidak tertular HIV tapi kehamilan
dilakukan melalui proses bayi tabung. Ini bisa dilakukan karena dalam sperma
tidak ada HIV.
Ada juga cara dengan
pemantuan virus di dalam darah suami. Jika suami meminum obat antiretroviral
(ARV), maka pertumbuhan virus kecil sehngga pada saat tertentu HIV tidak
terdeteksi di dalam darah. Nah, pada saat itulah dilakukan hubungan seksual
tanpa kondom agar terjadi kehamilan.
Persoalannya adalah
ketika kelak menikah pacar Anda belum tentu sudah minum obat ARV karena ada
ketentuan medis
Maka, pilihan Anda
adalah melalui proses bayi tabung.***
- AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.