Salabintana, Kab Sukabumi, 22
Oktober 2013 - Selain praktek pelacuran, yang kasat mata yang melibatkan
pekerja seks komersial (PSK) langsung dan praktek pelacuran tidak kasat mata
yang melibatkan PSK tidak langsung ada pula praktek gigolo (KBBI: 1
laki-laki bayaran yang dipelihara seorang wanita sebagai kekasih; 2
laki-laki sewaan yang pekerjaannya menjadi pasangan berdansa) yang menyediakan
jasa layanan seks dalam berbagai tameng terhadap perempuan-perempuan yang
menginginkan kepuasan seks.
PSK langsung adalah PSK yang ada
di tempat-tempat pelacuran, jalanan, taman,dll. sedangkan tidak langsung adalah
cewek pemijat, cewek bar, cewek kafe, cewek pub, ABG, anak sekolah, mahasiswi,
ayam kampus, ibu-ibu, cewek gratifikasi seks, dll.
Gigolo adalah laki-laki dewasa
yang perilakunya berisiko tinggi tertular HIV karena melakukan hubungan seksual
dengan perempuan yang berganti-ganti.
Di wilayah Kabupaten Sukabumi dan
Kota Sukabumi, dua-duanya di Jawa Barat, ada gigolo berasal dari Jakarta yang
sudah meminum obat antiretroviral (ARV) membuka ’layanan seks’. Gigolo ini
adalah laki-laki yang mengidap HIV/AIDS.
Gigolo tadi dijadikan pemuas seks
dalam bentuk ’arisan’ oleh beberapa perempuan di dua wilayah itu. ”Ada yang
’di-booking mingguan, ada pula bulanan,” kata sumber ”AWI” di Sukabumi.
Melihat gelagat itu Komisi
Penanggulangan AIDS (KPA) Kab Sukabumi mendekati gigolo yang ’praktek’ di
Sukabumi sebagai upaya advokasi agar mereka tidak melayani perempuan-perempuan
’haus seks’ karena ada risiko penyebaran HIV.
”Kami sudah berhasil menemui
mereka,” kata dr Asep Suherman, Sekretaris KPA Kab Sukabumi. Namun, dr Asep hanya bisa mengurut data kara
gigolo itu tidak bersedia diajak diskusi jika tidak dibayar.
Kasus kumulatif HIV/AIDS di Kab Sukabumi sampai September 2013 tercatat 84,
dari jumlah ini 15 di antaranya ibu rumah tangga. Yang meminum obat ARV
tercatat 19.
”Wani piro.” Itulah jawaban gigolo yang ditemui KPA Kab Sukabumi ketika
diajak diskusi sebagai upaya untuk memberikan pemahaman kepada mereka terkait
dengan perilaku yang mereka lakukan.
”Ya, saya mundur karena kami tidak mempunyai dana,” kata dr Asep dengan
nada kecewa.
Jangankan untuk biaya penjangakuan, dana untuk opeasional KPA Kab Sukabumi
yang diajukan Bupati H
Sukmawijaya sebesar Rp 700
juta ternyata ’disunat’ separuh oleh DPRD Kab Sukabumi sehingga anggaran KPA
Kab Sukabumi hanya Rp 350 juta.
Dalam kaitan itulah Pak Bupati berharap agar wartawan ikut mendukung
program penanggulangan HIV/AIDS. Hal ini disampaikan Sukmawijaya pada pengarahan ”Temu Media” dengan wartawan Kab Sukabumi di Salabintana
(22/10-2013).
Wartawan media cetak dan elektronik serta online mendukung ajakan Pak
Bupati. Temu media diselenggarakan oleh KPA Kab Sukabumi-KPA Jabar dengan
dukungan HCPI-AusAID yang diikuti oleh
26 wartawan yang merupakan pembekalan untuk meliput dan menulis berita dan
laporan tentang HIV/AIDS.***
- AIDS Watch
Indonesia/Syaiful W. Harahap
hebat ya bupatinya, peduli sekali pendanaan penanggulangan AIDS
BalasHapusmungkin di KPA belum ada program penjangkauan untuk gigolo ? Yg ada cuma GWL, PSK
BalasHapusvimax
BalasHapussemenax
obat kuat herbal
vigrx plus
vakum penis
cobra oil
obt kuat paten
obat kuat sex
obat kuat alami
obat kuat ampuh
obat kuat pria
procomil spray
sex toys mic
boneka full body
sex toys
alat sex pria
alat bantu sex pria
alat sex wanita
alat sex
dildo
alat bantu sex wanita
alat bantu sex
neosize xl
obat perangsang
perangsang wanita
obat perangsang wanita
Nama:fahri adam. umur:21 tahun. saya siap melayani tante-tante yang membutuh khan.sebagai patner tidur.teman curhat.kawin kontrak. Bagi tante-tante hyperseks rahasia terjamin aman. hub 087867577214 pin7fD6c5f8
BalasHapusyang Butuh Kehangatan hub: 085382094000
BalasHapusbisa Dijadiin Brondong Simpanan
Posisi di Bangka diluar Bangka Siap dijemput