11 September 2013

Pria Gay Kebingungan Setelah Hasil Tes HIV Positif


Tanya Jawab AIDS No 4/September 2013

Pengantar. Tanya-Jawab ini adalah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dikirim melalui surat, telepon, SMS, dan e-mail. Jawaban disebarluaskan tanpa menyebut identitas yang bertanya dimaksudkan agar bisa berbagi informasi yang akurat tentang HIV/AIDS. Yang ingin bertanya, silakan kirim pertanyaan ke “AIDS Watch Indonesia” (http://www.aidsindonesia.com) melalui: (1) Surat ke PO Box 1244/JAT, Jakarta 13012, (2) Telepon (021) 4756146, (3) e-mail aidsindonesia@gmail.com, dan (4) SMS 08129092017. Redaksi.

*****
Tanya: Saya seorang pria gay. Waktu demam dengan gejala radang tenggorokan dan diare saya berobat ke dokter umum. Dokter tsb. menganjurkan tes HIV. Karena saya tidak paham tentang prosedur tes HIV saya setuju saja darah saya diambil untuk sampel tes HIV. Dokter itu kemudian memberitahu saya bahwa hasil tes reaktif. Itu artinya saya positif mengidap HIV/AIDS.

Tapi, dokter tsb. sama sekali tidak memberikan jalan keluar kepada saya bagaimana selanjutnya yang apa yang harus saya lakukan. Saya bingung karena tidak tahu harus ke mana dan bagaimana. Saya pasrah tertular HIV.

Saya cari-cari di Internet dan menemukan situs ini. Saya ingin menjalani pengobatan tapi tidak tahu harus ke mana.

Via SMS (9/9-2013) dari Kota “P” di Kalbar

Jawab: Terima kasih atas usaha Anda mencari jawaban atas kebingunganmu dan menemukan situs ini. Memang, salah satu persoalan besar adalah banyak terjadi perlakuan yang tidak sesuai dengan standar prosedur tes HIV yang baku, yaitu: (1) Konseling atau bimbingan sebelum dan sesuah tes (memberikan informasi yang akurat tentang HIV/AIDS, yaitu tes HIV, penangangan, dampak kalau positif, dll.), (2) Anonimitas (contoh darah tidak diberi tanda-tanda yang bisa menunjukkan pemilik darah), (3) Informed consent (persetujuan ybs. Untuk kesediaan darah diambil dan dites HIV), dan (4) Rahasia (yang boleh mengetahui hasil tes HIV hanya dokter atau konselor dan pasien).

Tes HIV yang dilakukan oleh dokter itu pun perlu juga dipertanyakan apakah sudah dilakukan tes konfirmasi. Setiap hasil tes HIV, nonreaktif atau reaktif, harus dikonfirmasi dengan tes lain. Misalnya, tes HIV dengan reagen ELISA, maka dikonfirmasi dengan tes Western blot. Tapi, belakangan WHO memberikan langkah baru yaitu tes pertama dengan ELISA, konfirmasi dengan tes ELISA juga tiga kali tapi dengan reagen dan teknik yang berbeda.

Karena Anda sudah terpapar HIV, maka yang perlu dipikirkan adalah langkah ke depan, yaitu tes darah untuk mengetahui CD4 Anda serta pendampingan. Ini penting karena menjadi patokan untuk memulai minum obat antiretroviral (ARV).

Saya sudah kontak seorang konselor di Kota Pontianak dan sudah memberikan nomor ponselmu kepadanya. Semoga semua berjalan baik. Tetap semangat karena tertular HIV/AIDS bukan akhir dari segalanya tapi awal dari kehidupan baru.***

- AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.