Cara-cara yang dilakukan Polisi
Pamongpraja Kodya Surabaya dalam menangkap perempuan yang mereka sebut sebagai
WTS (maaf, istilah ini sangat tidak bermoral karena Tuhan tidak memberikan hak
kepada manusia untuk menentukan mereka tidak mempunyai susila). Yang sangat
disayangkan berita yang disiarkan ”Patroli” di “INDOSIAR” (13 September
2003) sama sekali tidak objektif karena wartawan yang meliput kejadian itu
sudah menempatkan diri sebagai polisi pamongpraja.
Ada beberapa hal yang membuat berita
itu tidak objektif.
Pertama, tidak ada UU yang menetapkan perempuan yang berkeliaran di
jalanan harus ditangkap. Kalau mengacu kepada perzinaan maka yang berhak
menangkap adalah polisi sebagai penyidik sesuai dengan KUHAP. Hal itu pun kalau
ada bukti, misalnya, tertangkap basah. Lagi pula, apakah perzinaan hanya di
jalanan? Mengapa polisi pamongpraja dan polisi tidak merazia hotel-hotel
berbintang? Dalam kaitan ini wartawan sudah membenarkan tindakan polisi
pamongpraja menindas perempuan tanpa bukti.
Kedua, sesuai dengan standar prosedur operasi tes HIV setiap
orang yang akan menjalani tes, baik sukarela maupun survailans, harus mendapat
konseling (bimbingan) dan bersifat anonim. Setelah mendapat konseling baru
mereka diminta menjalani tes dengan persetujuan (informed consent) lisan
atau tertulis. Dalam berita itu tidak dipersoalkan apakah ada konseling, anomim
dan informed consent.
Ketiga, ada dua perempuan yang menolak ditangkap tetapi tidak
digubris polisi pamongpraja. Mengapa wartawan “INDOSIAR” tidak
mengembangkannya? Soalnya, tidak ada bukti mereka berzina ketika itu.
Keempat, ada polisi pamongpraja yang tersenyum menatap pekerja seks
yang ditangkap. Kalau saja wartawan “INDOSIAR” peka dan mata hatinya
tidak buta tentulah polisi itu menjadi berita. Apakah dia lebih suci dari
pekerja seks itu?
Kelima, apakah “INDOSIAR” tidak memiliki hati nurani?
Untuk apa menyorot wajah perempuan yang ditangkap itu? Masya Allah. Sombong sekali.
Tanggapan ini dibuat semata-mata karena rasa kemanusiaan. Di saat ada
perempuan yang terpuruk tapi wartawan “INDOSIAR” justru menohok mereka.
Apa pun tanggapan Anda hanya Tuhan yang Maha Mengetahui apa yang ada di hati
kita. ***
- AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.