26 September 2013

Kesewenang-wenangan terhadap Perempuan


Cara-cara yang dilakukan Polisi Pamongpraja Kodya Surabaya dalam menangkap perempuan yang mereka sebut sebagai WTS (maaf, istilah ini sangat tidak bermoral karena Tuhan tidak memberikan hak kepada manusia untuk menentukan mereka tidak mempunyai susila). Yang sangat disayangkan berita yang disiarkan ”Patroli” di “INDOSIAR” (13 September 2003) sama sekali tidak objektif karena wartawan yang meliput kejadian itu sudah menempatkan diri sebagai polisi pamongpraja.

Ada beberapa hal yang membuat berita itu tidak objektif.

Pertama, tidak ada UU yang menetapkan perempuan yang berkeliaran di jalanan harus ditangkap. Kalau mengacu kepada perzinaan maka yang berhak menangkap adalah polisi sebagai penyidik sesuai dengan KUHAP. Hal itu pun kalau ada bukti, misalnya, tertangkap basah. Lagi pula, apakah perzinaan hanya di jalanan? Mengapa polisi pamongpraja dan polisi tidak merazia hotel-hotel berbintang? Dalam kaitan ini wartawan sudah membenarkan tindakan polisi pamongpraja menindas perempuan tanpa bukti.

Kedua, sesuai dengan standar prosedur operasi tes HIV setiap orang yang akan menjalani tes, baik sukarela maupun survailans, harus mendapat konseling (bimbingan) dan bersifat anonim. Setelah mendapat konseling baru mereka diminta menjalani tes dengan persetujuan (informed consent) lisan atau tertulis. Dalam berita itu tidak dipersoalkan apakah ada konseling, anomim dan informed consent.

Ketiga, ada dua perempuan yang menolak ditangkap tetapi tidak digubris polisi pamongpraja. Mengapa wartawan “INDOSIAR” tidak mengembangkannya? Soalnya, tidak ada bukti mereka berzina ketika itu.

Keempat, ada polisi pamongpraja yang tersenyum menatap pekerja seks yang ditangkap. Kalau saja wartawan “INDOSIAR” peka dan mata hatinya tidak buta tentulah polisi itu menjadi berita. Apakah dia lebih suci dari pekerja seks itu?

Kelima, apakah “INDOSIAR” tidak memiliki hati nurani? Untuk apa menyorot wajah perempuan yang ditangkap itu? Masya Allah. Sombong sekali.

Tanggapan ini dibuat semata-mata karena rasa kemanusiaan. Di saat ada perempuan yang terpuruk tapi wartawan “INDOSIAR” justru menohok mereka. Apa pun tanggapan Anda hanya Tuhan yang Maha Mengetahui apa yang ada di hati kita. ***

- AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.