Opini (22/8-2006) - “Anak-anak yang
ditinggalkan akan memiliki gen yang lebih baik dan dapat menjadi pemain
sinetron.” Itulah pernyataan Wapres Jusuf Kalla pada promosi pariwisata tentang
turis Timur Tengah datang ke Puncak, Jawa Barat, untuk mencari janda atau
melakukan pernikahan singkat (”Wapres Dituntut Minta Maaf atas
Pernyataannya”, Harian “KOMPAS”, 1 Juli 2006).
Pernyataan Wapres Jusuf Kalla itu
bukan lagi sekedar ‘wacana’ karena di Kampung Blok Subur, sebuah desa di
kawasan Puncak, Kab. Bogor,
Jawa Barat, sejak tahun 1980-an sudah dikenal ‘kawin kontrak’ antara perempuan
desa itu dan dari daerah lain dengan turis asal Timur Tengah. Desa itu dikenal
sebagai ‘Kampung Janda’. Sekarang ‘kawin kontrak’ sudah ‘merambat’ ke beberapa
kampung di kawasan Puncak. Perempuan yang dikawinkan berasal dari berbagai
daerah, seperti Cianjur, Sukabumi, Karawang dan Indramayu yang dibawa oleh
calo. Lama perkawinan bervariasi mulai dari hitungan hari, minggu, bulan dan
tahunan.
Di kala epidemi HIV sudah
terdeteksi di semua negara maka ada kemungkinan seorang penduduk atau turis
menjadi mata rantai penyebaran HIV antar penduduk di satu negara atau antar
negara.. Kalau turis, dari dalam atau luar negeri, yang melakukan pernikahan
singkat di Puncak itu HIV-positif maka selain meninggalkan anak yang memiliki
gen yang lebih baik juga sekaligus menularkan HIV kepada ‘istrinya’.
Selanjutnya, ‘istri’ yang diceraikannya setelah ‘nikah singkat’ itu pun menjadi
mata rantai penyebaran HIV. Kepada anak yang dikandungnya atau kepada turis
lain atau penduduk yang kelak mengawininya.
Ada salah kaprah dalam bentuk mitos (anggapan
yang salah) tentang HIV/AIDS. Disebutkan HIV menular karena zina, pelacuran,
seks oral dan seks anal, serta homoseksual. Ini terjadi karena materi KIE
(komunikasi, informasi dan edukasi) selalu dibalut dengan moral sehingga tidak
akurat. Padahal, penularan HIV melalui hubungan seksual tanpa kondom, di dalam
atau di luar nikah, (bisa) terjadi kalau salah satu atau kedua-dua pasangan
yang melakukan hubungan seksual mengidap HIV/AIDS.
Banyak yang tidak menyadari dirinya sudah tertular HIV karena mereka merasa
tidak melakukan zina. Biar pun dilakukan dengan pekerja seks tapi mereka
‘menikah’dulu sehingga hubungan seksual yang mereka lakukan sah. Ada lagi yang
tidak merasa berisiko tertular HIV biar pun dia menikahi pekerja seks karena
hubungan seksual mereka lakukan di dalam ikatan pernikahan. Bahkan, dari sisi
moral laki-laki yang menikahi pekerja seks tadi menjadi ‘pahlawan’, tapi dari
sisi penularan HIV dia berisiko karena sebelum dinikahinya istrinya merupakan
orang yang perilakunya berisiko tinggi tertular HIV yaitu berganti-ganti
pasangan.
Padahal, kegiatan mereka itu berisiko tinggi tertular HIV. Perempuan yang
mereka ‘nikahi’ sering berganti-ganti pasangan sehingga berisiko tertular HIV
karena ada kemungkinan salah satu dari laki-laki yang pernah ‘menikah’
dengannya HIV-positif.
Persoalan besar pada epidemi HIV adalah penularan terjadi secara diam-diam
tanpa disadari karena tidak ada tanda, gejala atau ciri-ciri yang khas AIDS
pada fisik seseorang yang sudah tertular HIV sebelum mencapai masa AIDS (antara
5 – 10 tahun setelah tertular HIV). Pada kurun waktu itulah terjadi penularan
HIV tanpa disadari.
Laporan UNAIDS, menyebutkan sejak awal epidemi sampai Desember 2005 secara
global tercatat 40,3 juta penduduk dunia yang hidup dengan HIV/AIDS. Kematian
mencapai 3,1 juta. Infeksi baru pada tahun 2005 mencapai 4,9 juta. Kasus
kumulatif HIV/AIDS di Indonesia yang dilaporkan Depkes 10.156, sedangkan
kalangan ahli memperkirakan antara 80.000 – 120.000.
Dalam laporan terbaru UNAIDS (AIDS epidemic update December 2005)
disebutkan bahwa peningkatan kasus AIDS di Afrika Utara dan Timur Tengah terus
berlanjut. Penularan terjadi melalui hubungan seksual dan jarum suntik pada
penggunaan narkoba. Dilaporkan pula bahwa program pelayanan dan pencegahan HIV
di kawasan ini berlangsung secara sporadis. Pengetahuan tentang HIV/AIDS
rendah. Kegiatan pencegahan, termasuk di kalangan yang berisiko tinggi, jarang
dilakukan.
Di kawasan Afrika Utara dan Timur Tengah diperkirakan 510.000 kasus
HIV/AIDS dengan perkiraan tertinggi 1,4 juta. Sampai akhir 2004 di Arab Saudi
dilaporkan 8.919 kasus kasus HIV/AIDS (arabnews.com – 3 September
2005). Bertolak dari fakta ini maka sangat beralasan kalau ada kekhawatiran
terjadi penularan HIV kepada perempuan yang dijadikan istri pada pernikahan
singkat.
Turis tidak menyadari dirinya sudah tertular HIV, sedangkan perempuan yang
dijadikan ‘istri singkat’ pun tidak menganggap pernikahan itu berisiko karena
mereka melakukannya dalam ikatan pernikahan yang sah.
Sebuah organisasi mahasiswa keagamaan pernah mengusulkan agar dilakukan
nikah mut’ah di lokalisasi pelacuran (Panji Masyarakat, No. 13, Tahun
I, 14 Juli 1997). Biar pun hubungan seksual ‘halal’ tapi penularan HIV dan PMS
(penyakit menular seksual, seperti sifilis, GO, klamidia, hepatitis B, dll.)
tetap bisa terjadi karena penularan HIV dan PMS melalui hubungan seksual tidak
ada kaitannya dengan sifat hubungan seksual (di dalam atau di luar nikah) tapi
erat kaitannya dengan kondisi hubungan seksual (salah satu atau kedua-duanya
HIV-positif dan laki-laki tidak memakai kondom).
Sejak AIDS diidentifikasi pertama kali (1981) dan HIV diakui oleh WHO
sebagai virus penyebab AIDS (1986) kalangan medis sudah mengetahui cara-cara
penularan dan pencegahan yang realistis.
Tapi, karena di awal epidemi
kasus HIV/AIDS banyak terdeteksi di kalangan gay dan pekerja seks maka AIDS pun
dikait-kaitkan dengan moral dan agama. Akibatnya, fakta medis HIV/AIDS pun
hilang dan yang muncul hanya mitos. Mitos ini menyesatkan. Penularan HIV pun
terjadi diam-diam karena banyak orang yang tidak menyadari dirinya sudah
tertular HIV biar pun perilakunya berisiko tinggi. Soalnya, perilaku berisiko
itu dilakukan di dalam ikatan pernikahan yang sah.***
- AIDS Watch Indonesia/
Syaiful W. Harahap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.