07 Juli 2013

“Ledakan AIDS” Mengancam 18 Provinsi



* 15 provinsi lain ’menyimpan’ kasus HIV yang tidak terdeteksi

Opini (7/7-2013) – Dalam laporan rutin triwulan Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, tentang kasus kumulatif HIV dan AIDS tertanggal 17 Mei 2013 ada 10 provinsi dengan kasus AIDS terbanyak dan 18 provinsi dengan kasus HIV di atas 1.000. Sebaliknya, ada 15 provinsi dengan kasus HIV yang dilaporkan di bawah 1.000.

Laporan kasus AIDS dari 10 provinsi menunjukkan angka mulai dari 859 (Banten) - 7.795 (Papua). Angka ini tentu saja hanya yang terdeteksi di berbagai saranan kesehatan kemudian dilaporkan ke dinas kesehatan setempat (Tabel 1).

Karena penyebaran HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es artinya kasus yang terdeteksi digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan es di bawah permukaan air laut (Gambar 4).

Itu artinya ada potensi ’ledakan’ kasus AIDS yaitu kasus-kasus yang tidak terdeteksi di masyarakat. Kasus-kasus yang tidak terdeteksi tsb. menjadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS secara horizontal antar pendudu, al. melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Cewek Gratifikasi

Celakanya, orang-orang yang menularkan HIV dan yang tertular HIV tidak menyadari dirinya sudah menularkan HIV dan tertular HIV karena tidak ada tanda-tanda yang khas AIDS pada fisik mereka sebelum masa AIDS yang secara statistik antara 5-15 tahun setelah tertular HIV (Gambar 1).

Penyebaran HIV di masyarakat, al. melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah, tidak terkendali karena tidak semua pronvinsi, kabupaten dan kota di Indonesia tidak menjalankan program penanggulangan yang konkret.

Peraturan daerah (Perda) tentang pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS yang diterbitkan di 19 provinsi, 31 kabupaten dan 17 kota sama sekali tidak berisi pasal pencegahan dan penanggulangan yang konkret. Semua pasal hanya normatif denga mengedepankan moral yang justru bertentangan dengan HIV/AIDS sebagai fakta medis.

Salah satu mata rantai penyebaran HIV adalah laki-laki dewasa yang tertular HIV melalui perilaku berisiko yaitu: (a) pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan perempuan yang berganti-ganti, dan (b) pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondomdengan perempuan yang sering berganti-ganti, seperti pekerja seks komersial (PSK) langsung dan PSK tidak langsung.

PSK langsung adalah pekerja seks yang mangkal di lokasi atau lokalisasi pelacuran, sedangkan PSK tidak langsung adalah cewek panggilan di penginapan, losmen, hotel melati dan hotel berbintang, cewek bar, cewek kampus, anak sekolah, cewek SPG, ibu-ibu, cewek kafe, cewek pub, dan cewek pemijat, dll.

Belakangan terbongkar pula cewek yang merupakan hadiah dalam konteks gratifikasi seks. Cewek ini termasuk PSK tidak langsung dan risikonya tertular dan menularkan HIV sama saja dengan PSK langsung (Lihat: Gratifikasi Seks (Akan) Mendorong Penyebaran HIV/AIDS di Indonesia - http://www.aidsindonesia.com/2013/01/gratifikasi-seks-akan-mendorong.html). 

Daerah-daerah yang sudah menerbitkan Perda AIDS sama sekali tidak mempunyai program untuk menurunkan insiden infeksi HIV baru pada laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan PSK langsung (program hanya bisa dilakukan pada PSK yang ada di lokasi atau lokalisasi pelacuran).

Celakanya, semua daerah di Indonesia justru menutup lokasi dan lokalisasi pelacuran.

Dengan kondisi itu banyak daerah kemudian yang membusungkan dada: Di daerah kami tidak ada pelacuran!

Itu benar. Tapi, tunggu dulu. Yang tidak ada adalah pelacuran yang dilokalisir. Sedangkan praktek pelacurna terjadi di banyak tempat.


Maka, jika disimak Tabel 2 potensi ledakan AIDS merupakan konsekuensi dari penanggulangan yang tidak komprehensif. Ada 18 provinsi dengan kasus HIV yang terdeteksi lebih dari 1.000. Karena penyebaran HIV terkait dengan fenomena gunung es, maka kasus yang ada di masyarakat menjadi ’bom waktu’ ledakan AIDS.

Abaikan Peringatan

Artinya, kalau di daerah tsb. ada praktek pelacuran maka insiden infeksi HIV baru akan terus terjadi. Kasus HIV/AIDS yang terdeteksi pada ibu-ibu rumah tangga menunjukkan suami mereka melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan perempuan lain, al. PSK baik di daerah sendiri maupun di luar daerah bahkan di luar negeri.


Pengidap HIV/AIDS yang sudah terdeteksi juga sudah menularkan HIV kepada orang lain sebelum mereka terdeteksi. Di samping itu ada pula kasus yang tidak terdeteksi dan ini pun menjadi potensi yang besar sebagai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat (Gambar 2).

Sedangkan di Tabel 3 ada 15 provinsi dengan kasus HIV yang dilaporkan di bawah 1.000. Tapi, perlu diingat angka itu hanya yang dilaporkan sehingga kasus yang sebenarnya tidak diketahui. Artinya, kasus itu menggambarkan kondisi semu penyebaran HIV.

Biar pun kasus yang terdeteksi sedikit, tapi potensi penyebaran di masyarakat terus terjadi (Gambar 3). Kasus yang dilaporkan sampai tahun 2013 merupakan bagian kecil dari kasus yang ada di masyarakat.

Bertolak dari data laporan kasus HIV dan AIDS yang merupakan kasus yang tidak menggambarkan kondisi ril di masyarakat, maka kasus yang terdeteksi dan yang tidak terdeteksi merupakan ’bom waktu’ untuk bermuara pada ’ledakan AIDS’ (Gambar 4).

Di awal epidemi HIV/AIDS di Indonesia pakar epidemiologi sudah mengingatkan pemerintah bahwa jika HIV/AIDS sudah ’masuk’ ke masyarakat akan sulit ditanggulangi. Celakanya, ketika itu dan sampai sekarang pemerintah menganggapnnya sebagai ’anjing menggonggong kafilah berlalu’. 

Bahkan, peringatan Direktur Eksekutif UNAIDS (Badan khusus PBB untuk HIV/AIDS) juga tidak digubris pemerintah (Lihat: AIDS di Indonesia Menjadi Sorotan-http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2010/10/06/aids-di-indonesia-menjadi-sorotan-280815.html).

Celakanya, gonggongan (penyebaran HIV) kian nyaring (kencang) dan kafilah (HIV/AIDS) tidak juga berlalu. Bahkan, HIV/AIDS menjadi ’bom waktu’ yang akan bermuara pada ’ledakan AIDS’.***

- AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.