09 Juli 2013

AIDS pun Terdeteksi di Kota Padangsidimpuan

Tanggapan Berita (10/7-2013) – Menurut catatan Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan (450 km arah Barat Daya Kota Medan-pen.), hingga saat ini ada sembilan orang yang terdeteksi mengidap penyakit HIV/AIDS. Satu orang masih terinfeksi HIV dan 8 orang sudah positif HIV/AIDS. Keseluruhan mayoritas disebakan hubungan seks yang dilakukan dengan cara gonta-ganti pasangan (seks bebas). Ini lead pada berita ”Stop Seks Bebas! 9 Orang Terinfeksi HIV/AIDS” di www.metrosiantar.com  (9/7-2013).

Judul berita itu sendiri sensasional sehingga tidak faktual karena tidak ada kaitan langsung antara seks bebas (kalau seks bebas diartikan zina) dengan penularan HIV/AIDS.

Penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual terjadi karena kondisi hubungan seksual (salah satu mengidap HIV/AIDS dan suami atau laki-laki tidak memakai kondom setiap kali melakukan hubungan seksual) bukan karena sifat hubungan seksual (zina, seks bebas, melacur, selingkuh, dll.).

Pernyataan ’satu orang masih terinfeksi HIV’ tidak akurat karena semua orang yang sudah terdeteksi tertular HIV itu artinya ybs. sudah mengidap HIV/AIDS. Lagi pula infeksi HIV hanya terjadi suatu saat tidak terus-menerus.

Begitu pula dengan pernyataan ’8 orang sudah positif HIV/AIDS’ juga tidak akurat karena yang positif adalah infeksi HIV sedangkan AIDS adalah suatu masa ketika seseorang sudah tertular HIV yang secara statistik antara 5-15 tahun kemudian.

Disebutkan ’Keseluruhan mayoritas disebabkan hubungan seks yang dilakukan dengan cara gonta-ganti pasangan (seks bebas)’. Pernyataan ini pun ngawur.

Seseorang tertular HIV bukan karena hubungan seks dilakukan dengan cara gonta-ganti pasangan (seks bebas), tapi karena dilakukan tanpa kondom dengan yang mengidap HIV/AIDS di dalam dan di luar nikah.

Tidak semua ganti-ganti pasangan merupakan ’seks bebas’, seperti kawin-cerai merupakan kegiatan yang ganti-ganti pasangan tapi sifat hubungan seksualnya sah. Namun, kawin-cerai juga merupakan perilaku berisiko tertular HIV karena bisa saja salah satu dari pasangan itu pernah berpasangan dengan pengidap HIV/AIDS.

Ini pernyataan Kepala Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan, drg Doriah Hafni Lubis: “Delapan orang sudah dalam penanganan yang serius. Mereka kita tempatkan di pusat karantina para penderita HIV/AIDS di Medan.”

Kalau pernyataan drg Doriah itu benar, maka penangangan HIV/AIDS di Prov Sumatera Utara mundur seribu langkah ke ’zaman batu’.

Tidak ada gunanya mengarantina pengidap atau penderita HIV/AIDS karena virus yang mereka idap (HIV) tidak menular melalui udara, air dan pergaulan sehari-hari.

Dalam berita tidak ada penjelasan tentang jenis kelamin, umur dan pekerjaan sembilan penduduk yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS tsb. Data ini perlu untuk memberikan gambaran terkait dengan perilaku ybs. sehingga tertular HIV.

Yang perlu dilakukan adalah memberikan konseling kepada mereka agar menjaga diri dengan cara menghindari kegiatan yang bisa menularkan HIV kepada orang lain. Selajutnya melakukan tes CD4 untuk menjalankan terapi obat antiretroviral (ARV). Badan Kesehatan Sedunia-PBB (WHO) menganjurkan agar pengidap HIV dengan CD4 di bawah 350 sudah harus meminum obat ARV.

Drg Doriah mengatakan: “Hubungan seks bebas dengan pasangan yang berganti-ganti, menjadi penyebab paling utama dari penyebaran dan terjangkitnya seseorang terhadap HIV/AIDS tersebut.”

Pernyataan drg Doriah ini mendorong masyarakat melakukan stigma (cap buruk) dan diskriminasi (perlakuan berbeda) terhadap pengidap HIV/AIDS karena dikesankan mereka semua tertular karena perilaku ganti-ganti pasangan.

Hujatan itu tentu akan menyakitkan bagi bayi yang tertular HIV dari ibunya dan ibu-ibu yang tertular HIV dari suaminya.

Karena sudah ada sembilan penduduk yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS, maka penyebaran HIV/AIDS sudah terjadi di masyarakat Kota Padangsidimpuan, al. melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Sebelum terjadi penyebaran yang cepat Pemkot Padangsidimpuan harus segera menjanlakan program penanggulangan yang konkret.

Selama Pemkot Padangsidimpuan tidak menjalakan program yang konkret, maka selama itu pula penyebaran HIV/AIDS terjadi yang kelak bermuara pada ’ledakan AIDS’.***

- AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.