Tanggapan Berita (20/6-2013) – ”Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali (Jateng-pen.) bakal menambah layanan klinik
voluntary and conseling testing (VCT) untuk menangani para penderita HIV/AIDS
di Kota Susu.” Ini lead pada berita ”VCT HIV/AIDS: Boyolali Tambah
Layanan VCT” di www.solopos.com (10/6-2013).
Layanan VCT adalah tempat untuk melakukan tes HIV sesuai dengan standar
yang baku. Layanan ini merupakan langkah di hilir. Artinya, Pemkab Boyolali
menunggu ada dulu penduduk yang tertular HIV baru ditangani di layanan VCT.
Data Dinkes Kab Boyolali menunjukkan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai Mei
2013 ditemukan 16 kasus baru. Dua di antaranya meninggal. Jumlah total kasus HIV/AIDS
di Boyolali mencapai 120.
Yang perlu dilakukan Dinkes Boyolali adalah menjalankan program
penanggulangan yang konkret di hulu yaitu menurunkan insiden infeksi HIV baru
pada laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan pekerja seks komersial
(PSK).
Celakanya, Dinkes Boyolali akan menampik hal itu karena di Boyolali tidak
ada pelacuran.
Tapi, tunggu dulu. Yang tidak ada adalah pelacuran yang dilokalisir
berdasarkan regulasi. Sedangkan praktek pelacuran terjadi di sembarang tempat
dan sembarang waktu.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Boyolali, Yulianto
Prabowo, dalam penanganan terhadap penderita HIV/AIDS selain gencar melakukan
sosialisasi dan pembentukan warga peduli AIDS (WPA) di tingkat desa. Penambahan
klinik VCT diharapkan bisa meningkatkan pelayanan kepada para penderita.
Sosialiasi tanpa program yang konkret tidak ada manfaatnya secara langsung
untuk menurunkan insiden infeksi HIV baru, terutama pada laki-laki. Kasus-kasus
HIV/AIDS yang terdeteksi pada ibu-ibu rumah tangga menunjukkan terjadi
penyebaran HIV melalui laki-laki, dalam hal ini suami.
Sedangkan WPA juga tidak ada efeknya secara langsung karena tidak mungkin
seorang istri meminta suaminya memakai kondom kalau melacur. Begitu pula dengan
penduduk tentulah tidak bisa memaksa setiap orang di komunitas itu agar tidak
melacur.
Selama Pemkab Boyolali tidak menjalankan program yang konkret pada praktek
pelacuran, maka selama itu pula penyebaran HIV/AIDS akan terus terjadi di Kab
Boyolali yang kelak bermuara pada ’ledakan AIDS’.***
- AIDS Watch
Indonesia/Syaiful W. Harahap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.