19 Juni 2013

AIDS di Boyolali, Jateng: Ditanggulangi di Hilir dengan Klinik VCT



Tanggapan Berita (20/6-2013) – ”Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali  (Jateng-pen.) bakal menambah layanan klinik voluntary and conseling testing (VCT) untuk menangani para penderita HIV/AIDS di Kota Susu.” Ini lead pada berita ”VCT HIV/AIDS: Boyolali Tambah Layanan VCT” di www.solopos.com (10/6-2013).

Layanan VCT adalah tempat untuk melakukan tes HIV sesuai dengan standar yang baku. Layanan ini merupakan langkah di hilir. Artinya, Pemkab Boyolali menunggu ada dulu penduduk yang tertular HIV baru ditangani di layanan VCT.

Data Dinkes Kab Boyolali menunjukkan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai Mei 2013 ditemukan 16 kasus baru. Dua di antaranya meninggal. Jumlah total kasus HIV/AIDS di Boyolali mencapai 120.

Yang perlu dilakukan Dinkes Boyolali adalah menjalankan program penanggulangan yang konkret di hulu yaitu menurunkan insiden infeksi HIV baru pada laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan pekerja seks komersial (PSK).

Celakanya, Dinkes Boyolali akan menampik hal itu karena di Boyolali tidak ada pelacuran.

Tapi, tunggu dulu. Yang tidak ada adalah pelacuran yang dilokalisir berdasarkan regulasi. Sedangkan praktek pelacuran terjadi di sembarang tempat dan sembarang waktu.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Boyolali, Yulianto Prabowo, dalam penanganan terhadap penderita HIV/AIDS selain gencar melakukan sosialisasi dan pembentukan warga peduli AIDS (WPA) di tingkat desa. Penambahan klinik VCT diharapkan bisa meningkatkan pelayanan kepada para penderita.

Sosialiasi tanpa program yang konkret tidak ada manfaatnya secara langsung untuk menurunkan insiden infeksi HIV baru, terutama pada laki-laki. Kasus-kasus HIV/AIDS yang terdeteksi pada ibu-ibu rumah tangga menunjukkan terjadi penyebaran HIV melalui laki-laki, dalam hal ini suami.

Sedangkan WPA juga tidak ada efeknya secara langsung karena tidak mungkin seorang istri meminta suaminya memakai kondom kalau melacur. Begitu pula dengan penduduk tentulah tidak bisa memaksa setiap orang di komunitas itu agar tidak melacur.

Selama Pemkab Boyolali tidak menjalankan program yang konkret pada praktek pelacuran, maka selama itu pula penyebaran HIV/AIDS akan terus terjadi di Kab Boyolali yang kelak bermuara pada ’ledakan AIDS’.***

- AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.