Tanya-Jawab AIDS No 5/Mei 2013
Pengantar. Tanya-Jawab ini adalah jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang dikirim melalui surat, telepon, SMS, dan e-mail.
Jawaban disebarluaskan tanpa menyebut identitas yang bertanya dimaksudkan agar
bisa berbagi informasi yang akurat tentang HIV/AIDS. Yang ingin bertanya,
silakan kirim pertanyaan melalui: (1) Surat ke LSM ”InfoKespro”, PO Box 1244/JAT, Jakarta 13012, (2) Telepon (021)
4756146, (3) e-mail aidsindonesia@gmail.com,
dan (4) SMS 08129092017. Redaksi.
*****
Tanya: Saya seorang wanita berumur 30 tahun.
Berkeluarga. Saya sempat menjalin hubungan selama setahun dengan mantan pacar
saya. Terakhir kami melakukan hubungan suami istri bulan Juli 2011. Setelah itu
tidak pernah lagi melakukan hubungan seksual dengan orang lain selain suami
saya. Suami saya orang yang setia dan saya tahu persis hal itu. Pada bulan
Maret 2012 saya diare dan batuk. Baru satu hari sakit saya langsung ke dokter.
Saya ceritakan ke dokter bahwa saya pernah melakukan hubungan seksual berisiko.
Dokter meminta saya tes HIV di sebuah lab klinik swasta yang tadak terlalu
ternama. Tes HIV tsb. tepat 8 bulan setelah kegiatan berisiko terakhir. Biaya
tes Rp 400.000 dengan hasil negatif titer 0,18. Tes kedua saya lakukan di lab
klinik swasta ternama pada akhir Mei 2012 dengan hasil nonreaktif. (1) Apakan
hasil kedua lab tsb. sudah valid? (2) Apakah dengan hasil itu saya sudah
benar-benar bebas dari HIV? (3) Saya banyak membaca literatur, ada yang menyebutkan
bahwa ada hasil tes yang bisa berubah dalam waktu beberapa tahun. Apa penyebab
kasus tsb.? Mohon penjelasan karena saya butuh pencerahan. Soalnya setahun
belakangan ini saya dihantui rasa takut.
Via e-mail
Jawab: Yang jadi pertanyaan
adalah Anda tidak tahu persis seperti apa perilaku seks mantan pacar Anda.
Kalau perilakunya berisiko tertular HIV, misalnya, sebagai pelanggan pekerja
seks komersial (PSK) atau sering melakukan hubungan seksual dengan perempuan
yang berganti-ganti maka mantan pacar Anda itu adalah laki-laki yang berisiko
tertular HIV.
(1)
dan (2) Standar baku tes HIV adalah hasil tes pertama dikonfirmasi dengan tes
lain. Misalnya, tes pertama dengan reagent ELISA maka contoh darah yang sama
dites dengan tes lain sebagai konfirmasi, misalnya dengan tes Western blot.
Tapi, WHO memberikan cara lain yaitu hasil tes pertama dengan ELISA
dikonfirmasi dengan reagent ELISA yang berbeda dan dengan teknik yang berbeda
pula. Tidak dijelaskan tes pertama dengan reagent apa dan apakah dikonfirmasi. Begitu
juga dengan tes kedua tidak dijelaskan apakan ada tes konfirmasi.
Ada
pemahaman yang tidak tepat di masyarakat yaitu lebih percaya kepada
laboratorium klinik swasta ternama. Padahal, di lab swasta sering tidak
dilakukan sesuai dengan standar baku, al. konseling dan konfirmasi. Jika Anda
ragu-ragu dengan hasil tes di dua lab tsb., sebaiknya Anda konsultasi ke Klinik
VCT (tempat tes HIV gratis dengan konseling dan kerahasiaan) di rumah sakit
umum di daerah Anda.
(3) Tes HIV bukan vaksin. Artinya, biar
pun pada satu hari hasil tes negatif atau nonreaktif, bisa saja jadi positif
atau reaktif beberapa bulan atau tahun kemudian kalau ybs. melakukan perilaku
berisiko, seperi melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang berganti-ganti
atau dengan yang sering berganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks komersial
(PSK).
Jika Anda memutuskan untuk konseling,
silakan kabari agar Anda bisa dirujuk ke Klinik VCT terdekat dengan tempat
tinggal Anda.***
. - AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.