Tanggapan Berita (27/5-2013)
– “Dari jumlah penderita mayoritas generasi muda. Sedangkan faktor menularnya
HIV/AIDS adalah virus dan pola penularan terjadi karena hubungan seks bebas
ataupun pemakaian jarum suntik yang tak steril atau dari penderita ke orang
sehat.” Ini pernyataan dalam berita “Penderita HIV/AIDS di Sukoharjo Capai
133 Orang, Pelajar Diajak Perangi Pergaulan Bebas” di www.solopos.com
(25/5-2013).
Ada beberapa hal yang tidak
akurat dalam pernyataan di atas, yaitu:
(1) Disebutkan cara penularan HIV
‘karena hubungan seks bebas’. Ini tidak akurat karena penularan HIV melalui
hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah, terjadi karena kondisi hubungan
seksual (salah satu mengidap HIV/AIDS dan suami atau laki-laki tidak memakai
kondom) bukan karena sifat hubungan seksual (zina, melacur, jajan, selingkuh,
‘seks bebas’, dll.).
(2) Disebutkan pula cara
penularan HIV melalui ‘pemakaian jarum suntik yang tak steril atau dari
penderita ke orang sehat’. Ini juga tidak akurat karena bukan karena tidak
steril, tapi karena dalam jarum suntik dan tabung ada darah yang mengandung
HIV. Kondisi ini biasanya terjadi pada penyalahguna narkoba (narkotika dan
bahan-bahan berbahaya) dengan jarum suntik secara bersama-sama dengan
bergantian.
Informasi yang tidak akurat
itulah yang membuat banyak orang tidak mengetahui cara penularan dan
pencegahan HIV yang benar.
Data kasus kumulatif HIV/AIDS di ‘Kota
Makmur’ yang disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo,
Guntur Subiyantoro, sampai Mei 2013 mencapai 133 dengan 58 kematian.
Disebutkan terkait dengan kondisi
itu digelar aksi Dasiat (pemuda siaga sehat) di halaman SMAN 1 Sukoharjo. Ini
dimaksudkan, seperti dikatakan oleh Guntur, diharapkan mampu meminimalisasi
pergaulan bebas.
Langkah Guntur ini tidak
menyentuh akar persoalan karena yang menyebarluaskan HIV/AIDS adalah laki-laki
dewasa. Mereka menularkan HIV ke pekerja seks komersial (PSK) dan ada pula yang
tertular HIV dari PSK.
Kasus HIV/AIDS pada ibu-ibu rumah
tangga dan bayi menunjukkan perilaku suami mereka yang berisiko tertular HIV,
al. melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan PSK.
Yang perlu dilakukan adalah
program yang konkret yaitu menurunkan insiden infeksi HIV baru pada laki-laki
melalui hubungan seksual dengan PSK. Ini dapat dilakukan melalui program ‘wajib
memakai kondom’ bagi laki-laki ketika melakukan hubungan seksual dengan PSK.
Tanpa program ‘wajib memakai
kondom’ bagi laki-laki yang melacur, maka insiden infeksi HIV baru pada
laki-laki dewasa akan terus terjadi yang kelak bermuara pada ibu-ibu rumah
tangga dan bayi.
Pada gilirannya kelak Pemkab
Sukoharjo tingga menunggu waktu saja untuk ‘panen AIDS’.***
- AIDS Watch
Indonesia/Syaiful W. Harahap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.