21 April 2013

Menyoal Pemakaian Kondom pada Pelacuran di Kota Manado, Sulut


Tanggapan Berita (22/4-2013) – “Harley mengatakan, pembagian kondom tersebut tujuannya untuk mencegah penularan virus HIV, dari PSK kepada orang yang menyewanya.” Ini pernyataan Ketua Pelaksana Harian Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Manado, Sulut, Harley Mangindaan, dalam berita “Januari-Maret KPA Manado Bagikan 31.854 Kondom” di www.aktual.co (19/4-2013).

Pernyataan Harley itu menggelapkan fakta karena ada kemungkinan pekerja seks komersial (PSK) pengidap HIV/AIDS yang ‘praktek’ di Kota Manado tertular dari laki-laki dewasa penduduk Kota Manado.

Lain halnya kalau Harley melakukan tes HIV kepada semua PSK yang baru datang di Kota Manado. Tapi, tes itu pun tidak jaminan karena bisa saja ada di antara PSK baru yang menjalani tes HIV itu ada pada masa jendela (tertular HIV di bawah tiga bulan) sehingga hasil tes bisa negatif palsu (HIV sudah ada di dalam darah tapi tes nonreaktif karena belum ada antibody HIV).

Tentu saja bisa jadi bumerang jika ada di antara PSK baru yang hasil tes HIV-nya negatif palsu. Artinya, PSK yang mengidap HIV/AIDS itu praktek sebagai PSK karena hasilnya tes HIV-nya negatif (palsu). Maka, PSK itu pun menularkan HIV kepada laki-laki yang tidak memakai kondom ketika melalukan hubungan seksual dengan PSK tsb.

Disebutkan bahwa KPA Kota Manado membagikan 31.854 buah kondom pada kurun waktu Januari-Maret 2013 di 75 outlet, al. di cafe-cafe, hotel-hotel melati dan hot spot tempat mangkal para PSK dan lelaki hidung belang serta waria yang tersebar di Kota Manado.

KPA Kota Manado sendiri sudah membuat diskriminasi: Apakah praktek pelacuran atau perzinaan tidak ada di hotel berbintang?

Tentu saja praktek pelacuran terjadi di mana-,mana. Bahkan, cewek gratifikasi seks ‘diserahkan’ di hotel berbintang atau apartemen mewah. Ada anggapan cewek gratifikasi seks tidak pelacur sehingga tidak berisiko tertular HIV (Lihat: Gratifikasi Seks (Akan) Mendorong Penyebaran HIV/AIDS di Indonesia - http://www.aidsindonesia.com/2013/01/gratifikasi-seks-akan-mendorong.html). 

Pertanyaan yang sangat mendasar untuk KPA Kota Manado: Bagaimana cara yang dilakukan untuk memastikan semua laki-laki memakai kondom ketika melalukan hubungan seksual dengan PSK?

Ini pernyataan Staf KPA Manado, Jonny Kuncoro, tentang pertanyaan di atas: “ …. dalam inspeksi yang dilakukan oleh KPA dipimpin oleh ketua pelaksana harian KPA, di hot-hot spot yang ada di Manado, semuanya mengaku menggunakan kondom, demi keamanan.”

Disebutkan lagi oleh Jonny: "Semuanya mengaku menolak melayani tamu, kalau tidak menggunakan kondom."

Bagaimana cara membuktikan pengakuan para PSK itu?

Tingkat pemakaian kondom pada laki-laki ketika melakukan hubungan seksual dengan PSK sangat rendah. Di Jawa Barat, misalnya, hanya 22 persen laki-laki memakai kondom ketika melacur.

Lagi pula, apakah pengakuan bisa menjadi alat bukti yang memastikan semua laki-laki ’hidung belang’ memakai kondom ketika sanggama dengan PSK?

Tentu saja tidak!

Lagi pula tidak dijelaskan siapa yang ditanya oleh Ketua Pelaksana KPA ketika inspeksi: PSK atau laki-laki ‘hidung belang’?

Intervensi terhadap laki-laki ‘hidung belang’ pada hubungan seksual dengan PSK di Kota Manado mustahil  bisa dilakukan karena praktek pelacuran terjadi di sembarang tempat dan sembarang waktu.

Intervensi bisa dilakukan secara efektif kalau pelacuran dilokalisir agar germo memegang izin usaha sebagai pintu masuk jeratan hukum jika ada pelanggaran terhadap kewajiban memakai kondom bagi setiap laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan PSK.

Intervensi yang masuk akal adalah program pencegahan HIV dari-ibu-ke-bayi yang dikandungnya. Tentu saja diperlukan pula langkah konkret yang sistematif untuk mendeteksi HIV pada perempuan hamil.

Kondisinya kian runyam karena Perda AIDS Prov Sulawesi Utara pun sama sekali tidak memberikan langkah-langkah konkret untuk menanggulangi penyebaran HIV/AIDS (Lihat: Menguji Peran Perda HIV/AIDS Prov Sulawesi Utara* - http://www.aidsindonesia.com/2012/10/menguji-peran-perda-hivaids-prov.html). 

Selama KPA Kota Manado tidak mempunyai program yang realistis dengan pemantauan yang faktual, maka selama itu pula penyebaran HIV/AIDS akan terus terjadi di Kota Manado yang kelak bermuara pada ’ledakan AIDS’.***

- AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.