Kasus HIV/AIDS terus
terdeteksi, terutama pada ibu-ibu rumah tangga dan bayi. Di Kota Tasikmalaya,
Jabar, misalnya, sampai April 2013 secara kumulatif sudah terdeteksi 226 kasus
HIV/AIDS dengan 57 kematian. Dari jumlah ini 17 kasus terdeteksi pada
ibu rumah tangga.
Salah satu mata rantai
yang menyebarkan HIV adalah laki-laki yang dikenal sebagai LBT (laki-laki
berisiko tinggi) yaitu laki-laki yang sering melakukan hubungan seksual dengan
pekerja seks komersial (PSK) baik di Kota Tasikmalaya maupun di luar Kota
Tasikmalaya.
Untuk itu sekarang sasaran
utama program pencegahan HIV melalui transmisi seksual adalah laki-laki
berisiko tinggi. “Mereka dinilai menjadi kunci untuk menghentikan penyebaran
HIV/AIDS,” kata dr Rustam Sadeli, Sekretaris KPA Kota Tasikmalaya, di sela-sela
Temu Media bersama
belasan wartawan Kota Tasikmalaya yang diselenggarakan oleh KPA Kota
Tasikmalaya dan MRO KPA Prov Jabar/HCPI-AusAID (30/4-2013).
Prevalensi (perbandingan
yang mengidap HIV/AIDS dan yang tidak mengidap HIV/AIDS) pada pada lelaki
berisiko tinggi meningkat tujuh kali lipat. Kalau tahun 2007 prevalensinya
hanya 0,1 (dari 100 LBT ada 10 LBT yang mengidap HIV/AIDS), di tahun 2013
meningkat menjadi 0,7 (dari 100 LBT ada 70 LBT yang mengidap HIV/AIDS).
LBT yang mengidap
HIV/AIDS tsb. menjadi mata rantai penyebaran HIV di masyarakat. “Yang beristri
akan menularkan HIV kepada istrinya,” ujar dr Rustam.
Risiko penularan HIV
pada ibu-ibu rumah tangga dari suami yang merupakan LBT sangat tinggi karena
tingkat pemakaian kondom pada LBT sangat rendah yaitu 3 persen. Artinya, dari
100 LBT yang melakukan hubungan seksual dengan PSK hanya 3 LBT yang memakai
kondom.
“Kita tidak lagi pada
situasi mencari-cari kesalahan perilaku, tapi mengajak laki-laki yang
perilakunya berisiko untuk secara sukarela menjalani tes HIV,” pinta dr Rustam.
Untuk itu Pemkot
Tasikmalaya menyediakan Klinik VCT (tempat tes HIV sukarela yang gratis dengan bimbingan
dan kerahasiaan) di RSU Tasikmalaya dan beberapa puskesmas
Karena LBT tidak bisa
dikenali, bahkan oleh istri, maka dianjurkan pula kepada ibu-ibu yang hamil
untuk menjalani tes HIV di Klinik VCT. Dengan mengetahui status HIV seorang ibu
yang hamil akan menjalani pengobatan sehingga bisa dicegah penularan HIV kepada
bayi yang dikandungnya.
Kesediaan LBT dan
ibu-ibu rumah tangga yang hamil menjalani tes HIV merupakan langkah konkret
untuk memutus mata rantai penyebaran HIV/AIDS di Kota Tasikmalaya.
Tidak semua orang bisa
menghindari perilaku berisiko, seperti menikah dengan pengidap HIV/AIDS, menerima
transfusi darah atau memakai jarum suntik yang tercemar HIV/AIDS, sehingga ada
kemungkinan tertular HIV.
Untuk itulah, dr
Rustam berharap agar masyarakat tidak perlu mencaci, mencibir, mengejek atau
menjauhi saudara-saudara kita yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS.
HIV/AIDS tidak menular
melalui pergaulan sehari-hari, seperti bersalaman, main bersama, dan makan dan
minum bersama.
- AIDS Watch Indonesia/Syaiful
W. Harahap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.