* Istri tua tidak diketahui
status HIV-nya sehingga bisa jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS
Liputan (23/4-2013) – Pertumbunan ekonomi yang membawa berkah
berupa lapangan kerja dengan penghasilan yang besar tidak berbanding lurus
dengan perilaku seksual yang aman dari risiko tertular HIV/AIDS. Itulah yang
terjadi di Kota Banjarmasin dan Kota Banjarbaru, keduanya di Prov Kalimantan
Selatan (Kalsel).
Aktivis Perkumpulan Keluarga
Berencara Indonesia (PKBI) Kalsel mendampingi beberapa perempuan dengan status
istri muda yang tertular HIV dari suaminya. “Suami-suami mereka meninggal
karena penyakit terkait HIV/AIDS,” kata Hapni, Direktur PKBI Kalsel pada satu
kegiatan di sebuah lokasi pelacuran di Kota Banjarbaru (1/4-2013).
Yang menjadi persoalan besar
adalah istri-istri muda itu, rata-rata istri ketiga, kebingungan untuk
memberitahu istri pertama dan kedua.
Hapni pun mengaku bingung dan
heran melihat perilaku laki-laki yang meninggal itu karena sudah punya tiga
istri tetap saja jadi pelanggan pekerja seks komersial (PSK) di berbagai
tempat.
Itu menunjukkan jargon moral yang
mengatakan ‘daripada berzina lebih baik beristri lebih dari satu’ ternyata
tidak benar karena tidak ada jaminan kalau beristri lebih dari satu otomatis
tidak akan berzina (lagi).
Kegiatan pelacuran di Kota
Banjarmasin dan Kota Banjarbaru, seperti juga di kota-kota lain di Indonesia,
tidak bisa diintervensi karena terjadi di sembarang tempat dan sembarang waktu
(Lihat: Menyingkap Penyebaran HIV/AIDS di Kota Banjarmasin, Kalsel - http://www.aidsindonesia.com/2013/04/menyingkap-penyebaran-hivaids-di-kota.html).
Ada lagi seorang suami yang bekerja sebagai
PNS meninggal dengan penyakit terkait AIDS. Laki-laki ini juga mempunyai tiga
istri. Celakanya, “Istri ketiga tidak mau menjalani tes HIV,” kata Robert Erik
Latumahina, aktivis di PKBI Kalsel.
Mereka meminta bantuan petugas
puskesmas dekat rumah laki-laki itu untuk membujuk istri ketiga tadi menjalani
tes HIV.
Namun, persoalan baru muncul
karena istri ketiga yang didampingi PKBI tidak mau memberitahu nama dan alamat
istri-istri suaminya yang lain.
Kondisi itu tentulah merupakan
bencana bagi laki-laki di Kota Banjarmasin dan Kota Banjarbaru khususnya dan
Kalsel umumnya karena istri-istri yang suaminya meninggal karena penyakit
terkait AIDS dan mereka tidak mau menjalani tes HIV akan menjadi mata rantai
penyebaran HIV/AIDS jika mereka menikah.
Kasus kumulatif HIV/AIDS di
Kalsel dilaporkan Kemenkes RI per Desember 2012 mencapai 326 yang terdiri atas
192 HIV dan 134 HIV. Angka ini menempatkan Kalsel pada peringkat ke-27 secara
nasional berdasarkan kasus AIDS. Dari jumlah tsb. dilaporkan 41 kasus
terdeteksi pada ibu rumah tangga dan tujuh bayi.
Tentu saja kasus yang dilaporkan
itu tidak menggambarkan kasus yang ril di masyarakat karena penyebaran HIV/AIDS
erat kaitannya dengan fenomena gunung es. Kasus yang terdeteksi atau dilaporkan
(326) digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air
laut, sedangkan kasus yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai
bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut (Lihat gambar).
Untuk itulah diharapkan agar
laki-laki yang akan menikah dengan perempuan yang pernah menikah lebih
berhati-hati karena ada perempuan yang pernah menikah dengan laki-laki pengidap
HIV/AIDS. Langkah yang dapat dilakukan adalah menjalani tes HIV.
Sedangkan perempuan yang akan
menikah dengan laki-laki, perjaka atau duda, perlu juga hati-hati karena ada di
antara mereka yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom
dengan PSK. Seperti diketahui di Kota Banjarmasin dan Kota Banjarbaru ada tiga lokasi
pelacuran dan di beberapa hotel juga ada ‘cewek pemandu karaoke’ yang bisa
diajak ngamar.
Sudah saatnya pemerintah
provinsi, kabupaten dan kota
di Kalsel menjalankan program yang konkret dan sistematis untuk mencegah
penyebaran HIV, al. melalui intervensi terhadap laki-laki agar memakai kondom
jika melacur.
Tanpa program yang konkret, maka
penyebaran HIV/AIDS di Kalsel akan terus terjadi yang kelak akan bermuara pada
’ledakan AIDS’.***
- AIDS Watch Indonesia/Syaiful
W. Harahap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.