05 Maret 2013

Penanggulangan AIDS di Prov Bengkulu: Bagi-bagi Kondom Gratis?

Tanggapan Berita (5/3-2013) – “Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Bengkulu mencatat hingga kini tercatat 2.000 orang yang memanfaatkan jasa konseling dan tes HIV/AIDS di RSUD M Yunus, Bengkulu.” Ini lead pada berita “Pengguna jasa konseling HIV/Aids capai 2.000 orang” di  www.antarabengkulu.com (27/2-2013).

Dalam berita tidak dijelaskan apa alasan 2.000 orang itu datang ke klinik untuk konseling dan tes HIV. Selain itu tidak pada ada penjelasan tentang latar belakang 2.000 orang yang datang konseling.

Dikabarkan kasus kumulatif HIV/AIDS di Prov Bengkulu tercatat 480. Tapi, tidak dijelaskan apakah 480 kasus ini terdeteksi dari 2.000 orang yang datang konseling dan tes HIV.

Belakangan ini program pemerintah untuk menanggulangi penyebaran HIV, terutama melalui hubungan seksual, adalah Pemutusan Melalui Transmisi Seksual (PMTS).

Tapi, yang perlu diingat adalah:

Pertama, tidak semua laki-laki ’hidung belang’ bisa dijangkau untuk program PMTS yang melacur dengan pekerja seks komersial (PSK) langsung karena tidak ada lokalisasi pelacuran yang diregulasi.

Kedua, program PMTS juga tidak bisa menjangkau laki-laki yang melacur dengan PSK tidak langsung, seperti cewek panggilan ke hotel, pemijat, cewek diskotek, cewek kafe, dll.

Ketiga, waktu yang dibutuhkan melalui program sosialisasi PMTS tidak bisa ditentukan dan tidak pula bisa dijamin akan berhasil

Keempat, selama sosialisasi program laki-laki yang menjadi sasaran tetap melakukan perilaku berisiko sehingga ada risiko tertular HIV.

Persoalan besar di Bengkulu, seperti juga di seluruh Indonesia, adalah pelacuran tidak dilokalisir sehingga tidak bisa dilakukan intervensi hukum sebagai jalur program.

Persoalan kian rumit karena tingkat pemakaian kondom pada laki-laki ’hidung belang’ di Indonesia hanya 20 persen, sehingga 80 persen laki-laki yang melacur dengan PSK yang tidak memakai kondom berisiko tertular HIV.

Pada gilirannya mereka akan menularkan  HIV kepada istrinya. Kalau istrinya tertular HIV, maka ada pula risiko penularan HIV kepada bayi yang dikandungnya kelak.

Menurut Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Bengkulu, Abdi Setia Kusuma,  pembangian kondom hanya untuk orang yang berisiko tinggi seperti di lokaliasi Pulau Baai Kota Bengkulu.

Persoalan yang tidak dilihat Abdi adalah:
(1) Tidak ada mekanisme untuk memantau kepatuhan memakai kodom pada laki-laki ’hidung belang’.

(2) Keputusan untuk memakai kondom ada pada laki-laki ’hidung belang’.

(3) Posisi tawar PSK sangat rendah ketika meminta laki-laki ’hidung belang’ memakai kondom.

Maka, yang diperlukan adalah langkah yang konkret yaitu program berupa intervensi untuk memaksa laki-laki memakai kondom ketika melakukan hubungan seksual dengan PSK.

Tanpa program yang konkret untuk mencegah infeksi HIV baru pada laki-laki ’hidung belang’, maka penyebaran HIV/AIDS di Bengkulu akan terus terjadi yang kelak bermura pada ’ledakan AIDS’.***

- AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.