19 Februari 2013

Tidak Ada Kaitan Langsung ‘Pergaulan Bebas’ dan HIV/AIDS


Tanggapan Berita (20/2-2013) – ”Pergaulan Bebas Tingkatkan Kasus HIV” Ini judul berita di Okezone (13/2-2013).

‘Pergaulan bebas’ adalah jargon moral yang dihembuskan oleh kalangan dewasa untuk memojokkan remaja. Celakanya, mereka juga dahulu menjadi korban juga. Maka, jargon itu akan terus berulang ketika remaja yang sekarang sudah pada masa dewasa kelak.

Terkait dengan HIV/AIDS kalau ‘pergaulan bebas’ diartikan sebagai hubungan seksual pranikah di kalangan remaja, maka sama sekali tidak ada kaitannya dengan peningkatan kasus HIV/AIDS.

Pertama, penularan HIV melalui hubungan seksual bukan karena sifat hubungan seksual (‘pergaulan bebas’), tapi karena kondisi hubungan seksual (salah satu mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom ketika sanggama).

Kedua, kasus HIV/AIDS yang banyak terdeteksi belakangan ini justru pada ibu rumah tangga. Ini menunjukkan suami mereka, dalam hal ini laki-laki dewasa, tertular HIV, al. melalui hubungan seksual dengan pekerja seks komersial (PSK) karena tidak memakai kondom.

Dua fakta itu mematahkan premis yang dijadikan judul berita di okezone itu.

Disebutkan bahwa “Pergaulan bebas anak masa kini menjadi faktor banyaknya kasus HIV yang meningkat di Indonesia.”

Pernyataan di atas menunjukkan opini wartawan yang menulis berita ini. Yang menjadi faktor pendorong penyebaran HIV/AIDS di Indonesia adalah laki-laki dewasa, al. yang tertular melalui pelacuran, perselingkuhan, gratifikasi seks, dll (Lihat: Gratifikasi Seks (Akan) Mendorong Penyebaran HIV/AIDS di Indonesia- http://www.aidsindonesia.com/2013/01/gratifikasi-seks-akan-mendorong.html).

“Perkembangan kasus HIV saat ini berbeda jauh dengan apa yang ada 10 tahun yang lalu. Sebagai contoh, 10 tahun yang lalu orang yang mengidap HIV biasanya hanya akan menjangkiti satu pelaku. Tetapi sekarang penularannya bisa menjangkiti istri atau bahkan anaknya sendiri.” Ini pernyataan Kolonel dr Alexander K Ginting S, Sp, PFCP Pokja HIV/AIDS di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat.

Ginting tidak akurat. Dari dulu mata rantai penyebaran HIV adalah laki-laki yaitu laki-laki yang mengidap HIV/AIDS menularkan HIV kepada PSK selanjutnya ada pula laki-laki yang tertular HIV dari PSK. Nah, laki-laki yang menularkan HIV kepada PSK dan laki-laki yang tertular HIV dari PSK menjadi mata rantai penyebaran HIV di masyarakat, al. melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Disebutkan bahwa “Perubahan ini terjadi akibat adanya perilaku masyarakat yang mulai bergeser menjadi terlalu bebas. Bukan hanya pada anak remaja, tetapi orang dewasa juga mengalami hal yang sama.”

Promiskuitas sudah terjadi sejak lama, al. pelacuran, pergundigan, ‘kumpul kebo’, dll. Maka, yang perlu dilakukan adalah intervensi berupa program yang memaksa laki-laki memakai kondom kalau melacur atau melakukan hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah, dengan perempuan yang berganti-ganti.

Jika pemerintah tidak menjalankan program yang konkret, maka penyebaran HIV/AIDS akan terus terjadi di Indonesia. ***

- AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.