Tanggapan Berita (20/2-2013)
– ”Pergaulan Bebas Tingkatkan Kasus HIV” Ini judul berita di Okezone
(13/2-2013).
‘Pergaulan bebas’
adalah jargon moral yang dihembuskan oleh kalangan dewasa untuk memojokkan
remaja. Celakanya, mereka juga dahulu menjadi korban juga. Maka, jargon itu
akan terus berulang ketika remaja yang sekarang sudah pada masa dewasa kelak.
Terkait dengan
HIV/AIDS kalau ‘pergaulan bebas’ diartikan sebagai hubungan seksual pranikah di
kalangan remaja, maka sama sekali tidak ada kaitannya dengan peningkatan kasus
HIV/AIDS.
Pertama,
penularan HIV melalui hubungan seksual bukan karena sifat hubungan seksual
(‘pergaulan bebas’), tapi karena kondisi hubungan seksual (salah satu mengidap
HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom ketika sanggama).
Kedua, kasus
HIV/AIDS yang banyak terdeteksi belakangan ini justru pada ibu rumah tangga.
Ini menunjukkan suami mereka, dalam hal ini laki-laki dewasa, tertular HIV, al.
melalui hubungan seksual dengan pekerja seks komersial (PSK) karena tidak
memakai kondom.
Dua fakta itu
mematahkan premis yang dijadikan judul berita di okezone itu.
Disebutkan bahwa “Pergaulan bebas anak masa kini
menjadi faktor banyaknya kasus HIV yang meningkat di Indonesia.”
Pernyataan di atas menunjukkan
opini wartawan yang menulis berita ini. Yang menjadi faktor pendorong
penyebaran HIV/AIDS di Indonesia adalah laki-laki dewasa, al. yang tertular
melalui pelacuran, perselingkuhan, gratifikasi seks, dll (Lihat: Gratifikasi Seks (Akan) Mendorong Penyebaran HIV/AIDS
di Indonesia- http://www.aidsindonesia.com/2013/01/gratifikasi-seks-akan-mendorong.html).
“Perkembangan kasus HIV saat ini
berbeda jauh dengan apa yang ada 10 tahun yang lalu. Sebagai contoh, 10 tahun
yang lalu orang yang mengidap HIV biasanya hanya akan menjangkiti satu pelaku.
Tetapi sekarang penularannya bisa menjangkiti istri atau bahkan anaknya sendiri.”
Ini pernyataan Kolonel dr Alexander K Ginting S, Sp, PFCP Pokja HIV/AIDS di
RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat.
Ginting tidak akurat. Dari dulu
mata rantai penyebaran HIV adalah laki-laki yaitu laki-laki yang mengidap
HIV/AIDS menularkan HIV kepada PSK selanjutnya ada pula laki-laki yang tertular
HIV dari PSK. Nah, laki-laki yang menularkan HIV kepada PSK dan laki-laki yang
tertular HIV dari PSK menjadi mata rantai penyebaran HIV di masyarakat, al.
melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.
Disebutkan bahwa “Perubahan ini
terjadi akibat adanya perilaku masyarakat yang mulai bergeser menjadi terlalu
bebas. Bukan hanya pada anak remaja, tetapi orang dewasa juga mengalami hal
yang sama.”
Promiskuitas sudah terjadi sejak
lama, al. pelacuran, pergundigan, ‘kumpul kebo’, dll. Maka, yang perlu
dilakukan adalah intervensi berupa program yang memaksa laki-laki memakai
kondom kalau melacur atau melakukan hubungan seksual, di dalam dan di luar
nikah, dengan perempuan yang berganti-ganti.
Jika pemerintah tidak menjalankan
program yang konkret, maka penyebaran HIV/AIDS akan terus terjadi di Indonesia.
***
- AIDS Watch
Indonesia/Syaiful W. Harahap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.