Tanggapan Berita (18/2-2013)
– "Ada cara untuk mengetahui penyakit HIV/AIDS
yaitu melalui inisiatif masyarakat sendiri maupun petugas untuk memeriksa
masyarakat yang diduga berisiko terkena HIV/AIDS." Ini lead pada
berita “Kemkes: Masyarakat Harus Inisiatif Periksa HIV/AIDS”
di www.beritasatu.com (13/2-2013).
Jika langkah itu merupakan
kebijakan pemerintah, dalam hal ini Kemenkes
RI, maka amatlah warjar kalau
kemudian insiden infeksi HIV baru terus terjadi, karena:
Pertama, yang dianjurkan
untuk menjalani tes HIV bukan masyarakat, tapi orang per orang yang perilaku
berisiko tertular HIV (al. pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa
kondom di dalam dan di luar nikah dengan pasangan yang berganti-ganti atau
dengan yang sering berganti-ganti pasangan).
Kedua, tes HIV adalah
langkah di hilir. Artinya, pemerintah menunggu dulu ada penduduk yang tertular
HIV baru kemudian dites.
Ketiga, tidak bisa dilihat
secara fisik orang-orang yang perilakunya berisiko tertular HIV melalui
hubungan seksual. Lagi pula risiko tertular melalui hubungan seksual bukan
yanya sanggama dengan pekerja seks komersial (PSK), tapi juga dalam pernikahan
bisa terjadi penularan jika salah salah satu mengidap HIV/AIDS.
Yang diperlukan adalah langkah
yang konkret di hulu yaitu intervensi berupa program yang bisa memaksa
laki-laki memakai kondom jika melalukan hubungan seksual dengan PSK.
Kasus HIV/AIDS yang terdeteksi pada ibu rumah tangga
menunjukkan suami mereka tertular HIV, al.melalui pelacuran. Dengan kasus
kumulatif HIV/AIDS sampai September 2012 secara nasional sebesar 131.685 yang
terdiri atas 92.251 HIV dan 39.434 AIDS
dengan 7.293 kematian tentulah
diperlukan langkah yang konkret.
Program itu hanya efektif
dilakukan jika pelacuran dilokalisir. Celakanya, di Indonesia pelacuran
merajalela di sembarang tempat dan sembarang waktu karena tidak dilokalisir.
Disebutkan oleh Dirjen P2PL,
Kementrian Kesehatan RI, Tjandra Yoga Aditama: "Penemuan kasus HIV/AIDS
sebanyak mungkin penting untuk mendukung pencegahan dan penanganan penyakit
ini, apalagi Indonesia
yang kasusnya relatif terlambat diketahui, makanya usaha penemuan kasus terus
ditingkatkan agar bisa segera tertangani."
Penemuan kasus terjadi di hilir. Artinya, ada dulu yang tertular HIV baru
ditemukan. Celakanya, sebelum ditemukan ybs. sudah menularkan HIV kepada orang
lain tanpa disadarinya karena ybs. tidak menunjukkan gejala-gejala yang khas
AIDS pada fisiknya.
Disebutkan pula: ” .... pihaknya menegaskan pentingnya upaya yang
menyeluruh mulai dari pendidikan agama, penanaman nilai-nilai keluarga serta
upaya dari berbagai lembaga kesehatan terkait dan pemerintah daerah.”
Tidak ada kaitan langsung antara pendidikan agama dengan penularan HIV
karena beristri lebih dari satu dan kawin-cerai yang merupakan perilaku
berisiko tidak bertentangan dengan agama tertentu. Beristri lebih dari satu dan
kawin-cerai merupakan perilaku berisiko tertular HIV karena: (1) Jika beristri
lebih dari satu ada kemungkinan salah satu dari mereka mengidap HIV/AIDS jika
istri tsb. pernah menikah; (2) Pada kawin-cerai bisa terjadi salah satu atau
kedua-duanya juga pernah menikah dengan pasangan yang perilakunya berisiko
tertular HIV.
Di negara yang menerapkan agama dan kitab suci sebagia UUD pun tetap saja
ada kasus HIV/AIDS karena bisa saja penduduknya, terutama laki-laki, tertular
di luar negaranya. Arab Saudi, misalnya, sudah melaporkan lebih 15.000 kasus
AIDS.
Selama pemerintah tidak menjalankan program yang konkret berupa intervensi terhadap laki-laki ’hidung belang’ agar memakai kondom jika melacur, maka selama itu pula insiden infeksi HIV baru akan terus terjadi.
Laki-laki yang tertular HIV menjadi mata rantai penyebaran HIV di
masyarakat, al. melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar
nikah. Penyebaran HIV pun pada waktunya akan menjadi ’ledakan AIDS’. ***
- AIDS Watch
Indonesia/Syaiful W. Harahap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.