Tanggapan Berita (2/2-1013) – "Temuan kasus HIV di Mimika
semakin menurun. Sedangkan, penderita AIDS semakin meningkat." Ini
disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Mimika, Erens Meokbun, dalam berita ”Kasus
HIV di Mimika Relatif Menurun” di www.republika.co.id (17/1-2013).
Disebutkan bahwa temuan kasus baru HIV di Kab Mimika, Papua, selama tahun
2012 cenderung menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2012 terdeteksi
150 kasus HIV/AIDS baru, sedangkan jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS di Kab
Mimika dari tahun 1996 sampai akhir 2012 tercatat 3.266.
Terkait dengan pernyataan Moekbun tsb. ada beberapa hal yang jadi
perhatian, yaitu:
Pertama, mengapa temuan kasus HIV baru di Kab Mimika menurun dari tahun ke tahun?
Kedua, bagaimana penemuan kasus HIV baru dari tahun ke tahun di Kab Mimika?
Ketiga, temuan kasus HIV baru menurun bukan berarti insiden infeksi HIV baru juga
menurun karena kasus-kasus HIV yang baru terdeteksi bisa saja tertular di
tahun-tahun sebelumnya. Orang-orang yang terdeteksi HIV minimal sudah tertular
tiga bulan sebelum tes HIV. Jika HIV terdeteksi pada masa AIDS maka penularan
HIV terjadi antara 5-15 tahun sebelum tes HIV.
Disebutkan bahwa ”penderita AIDS meningkat”. Ini juga tidak jelas
maksudnya, karena:
(1) Apakah kasus-kasus HIV banyak terdeteksi pada masa AIDS?
(2) Apakah kasus-kasus HIV yang terdeteksi banyak yang mencapai masa AIDS?
Disebutkan bahwa sosialisasi tentang bagaimana penularannya dan bagaimana
cara mencegah atau menghindari diri dari penularan virus HIV.
Selama cara-cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS yang disampaikan ke
masyarakat tidak akurat, maka selama itu pula masyarakat tidak bisa mengetahui
cara-cara yang konkret untuk melindungi diri agar tidak tertular HIV.
Selain itu kalau di Kab Mimika ada lokasi pelacuran, maka diperlukan
langkah penanggulangan yang konkret berupa intervensi langsung berupa program
’wajib kondom 100 persen’ bagi laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan
pekerja seks komersial (PSK).
Program ini perlu untuk menurunkan insiden infeksi HIV baru pada laki-laki
dewasa karena faktor risiko (cara penularan) HIV/AIDS terbanyak di Kab Mimika
terjadi melalui hubungan seksual yang tidak memakai kondom, al. dengan PSK.
Tapi, program ’wajib kondom 100 persen’ hanya bisa efektif jika lokalisasi
pelacuran ditangani langsung oleh pemerintah kabupaten melalui dinas sosial.
Selama praktek pelacuran tidak dilokalisir dan tidak ada program kondom,
maka selama itu pula insiden infeksi HIV baru pada laki-laki dewasa yang
melacur dengan PSK akan terus terjadi. Mereka inilah yang akan menjadi mata
rantai penyebaran HIV di masyarakat, al. melalui hubungan seksual tanpa kondom
di dalam dan di luar nikah.
Kasus-kasus HIV/AIDS yang terdeteksi pada ibu rumah tangga menunjukkan
suami mereka tertular HIV, al. melalui hubungan seksual tanpa kondom dengan
PSK. ***[AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap]***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.