Tanggapan Berita (2/2-2013)
– “Merauke Mampu Tekan Jumlah Penderita HIV/AIDS.” Ini judul berita di tabloidjubi.com
(21/1-2013).
Pernyataan pada judul berita
tidak akurat, karena:
Pertama, kalau yang dimaksud
‘jumlah pendirita HIV/AIDS’ adalah angka yang dilaporkan, maka pernyataan itu
menyesatkan karena angka laporan kasus HIV/AIDS dilakukan secara kumulatif.
Artinya, kasus lama ditambah kasus baru. Begitu seterusnya sehingga angka
laporan kasus tidak akan pernah turun atau berkurang biar pun banyak
penderitanya yang meninggal.
Kedua, kalau yang dimaksud
dengan ’tekan jumlah penderita HIV/AIDS’ adalah menekan kasus yang baru
terdeteksi, maka perlu dipertanyakan: Mengapa penemuan kasus baru berkurang?
Disebutkan
pula: “Kabupaten Merauke berhasil menekan lajunya penyakit HIV/AIDS. Sehingga dalam beberapa
tahun terakhir, jumlahnya menurun drastis dan menempati urutan ke lima.”
Yang terjadi bukan menekan laju
atau penyebaran HIV/AIDS, tapi kasus baru sedikit yang terdeteksi sehingga
angka laporan kasus tidak banyak bertambah. Lagi-lagi patut dipertanyakan:
Mengapa kasus HIV/AIDS baru kian sedikit yang terdeteksi?
Kalau saja wartawan memahami
HIV/AIDS dengan komprehensif, maka yang layak dikembangkan sebagai berita
jurnalistik adalah: Mengapa kasus baru sedikit yang terdeteksi?
Disebutkan lagi: ”Padahal,
sepuluh tahun silam, berada pada urutan pertama. Semua ini bisa berjalan karena
kerjasama dan komunikasi yang dibangun dengan semua stakeholder terkait.”
Dari pernyataan di atas jelas sudah bahwa yang ditekan itu adalah angka
laporan kasus HIV/AIDS yang terdeteksi, bukan menekan laju penyebaran HIV/AIDS
dan bukan pula menekan insiden infeksi HIV baru.
Pertanyaan untuk KPA Kab Merauke: Apakah dengan sedikit kasus baru yang
terdeteksi otomatis insiden infeksi HIV baru juga sedikit?
Tentu saja tidak. Soalnya, orang-orang yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS
melalui tes HIV sesuai dengan standar
yang baku minimal sudah tertular tiga bulan. Kalau ada yang terdeteksi HIV di
masa AIDS, maka itu artinya mereka tertular HIV antara 5-15 tahun sebelum tes
HIV.
Insiden infeksi HIV baru akan terus terjadi selama di wilayah Kab Merauke
ada laki-laki penduduk Merauke yang melacur tanpa kondom di Merauke, di luar
Merauke atau di luar negeri.
Laki-laki dewasa penduduk Kab Merauke yang tertular HIV di Merauke, di luar Merauke atau di luar
negeri akan menjadi mata rantai penyebaran HIV di Merauke, al. melalui hubungan
seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.
Kalau yang dimaksud menekan jumlah penderita HIV/AIDS adalah angka berupa
laporan kasus baru, jika ini terjadi karena semakin sedikit yang menjalani tes
maka kasus-kasus yang tidak terdeteksi kelak akan menjadi ’bom waktu’ ledakan
AIDS.
Perda AIDS Kab Merauke sendiri tidak memberikan langkah yang konkret untuk
menanggulangi HIV/AIDS (Lihat: “Menembak”
PSK di Perda AIDS Kab Merauke, Papua - http://www.aidsindonesia.com/2012/09/menembak-psk-di-perda-aids-kab-merauke.html).
Selama masih ada laki-laki dewasa penduduk Merauke yang melacur tanpa
kondom, maka selama itu pula penyebaran HIV/AIDS di Merauke akan terus terjadi.
Dampaknya al. akan bisa dilihat dari jumlah perempuan, terutama ibu rumah
tangga, yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS. ***[AIDS Watch Indonesia/Syaiful
W. Harahap]***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.