Tanya-Jawab AIDS No
13/Februari 2013
Pengantar. Tanya-Jawab
ini adalah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dikirim melalui surat,
telepon, SMS, dan e-mail. Jawaban disebarluaskan tanpa menyebut identitas yang
bertanya dimaksudkan agar bisa berbagi informasi yang akurat tentang HIV/AIDS.
Yang ingin bertanya, silakan kirim pertanyaan melalui: (1) Surat ke LSM ”InfoKespro”, PO Box 1244/JAT, Jakarta
13012, (2) Telepon (021) 4756146, (3) e-mail aidsindonesia@gmail.com, dan (4) SMS 08129092017. Redaksi.
*****
Tanya: Saya seorang
perempuan. Insya Allah tiga bulan lagi saya menikah. Calon suami saya pernah
melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan pekerja seks komersial (PSK)
sekitar 3,5 tahun yl. Akhir-akhir ini dia merasa ketakutan tertular HIV karena
sudah hampir dua bulan dia batuk kering. Dia juga pernah widuran beberapa
wsaktu setelah melakukan hubungan seksual dengan PSK. Bulan lalu dia tes HIV
dengan hasil nonreaktif. Tapi, sampai sekarang dia masih ketakutan. (1) Apakah
ada kemungkinan hasil tes tsb. salah? (2) Di kota saya di mana tes HIV yang
direkomendasi Kemenkes?
Nn ”XYZ” (via SMS, 13/2-2013)
Jawab: (1) Perilaku
calon suami Anda berisiko tinggi tertular HIV, yaitu melakukan hubungan seksual
tanpa kondom dengan PSK karena PSK meladeni banyak laki-laki. Bisa saja ada di
antara laki-laki yang dilayani PSK mengidap HIV/AIDS sehingga PSK tadi tertular
HIV. Nah, kalau PSK yang melayani suami Anda mengidap HIV/AIDS, maka ada risiko
tertular HIV pada calon suami Anda. Soalnya, tidak bisa dikenali PSK yang
mengidap HIV/AIDS.
Celakanya,
orang-orang yang tertular HIV tidak otomatis menunjukkan gejala-gejala yang
khas AIDS pada fisik dan keluhan kesehatan. Secara statistik gejala terkait
AIDS yang muncul pada orang-orang yang sudah mengidap HIV/AIDS terjadi antara
5-15 tahun setelah tertular HIV.
Tapi,
biar pun tidak ada gejala yang khas AIDS ybs. sudah bisa menularkan HIV kepada
orang lain, seperti melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.
Anda
tidak menjelaskan di mana calon suami Anda tes HIV. Soalnya, ada standar baku
yang harus ditetapkan pada tes HIV, yaitu konseling (bimbingan) sebelum dan
sesudah tes HIV, kesediaan, dan hasilnya rahasia. Selain itu setiap hasil tes
HIV harus dikonfirmasi dengan jenis tes HIV lain. Misalnya, tes HIV dilakukan
dengan reagent ELISA. Maka, contoh darah tsb. dites lagi dengan reagent
lain, seperti Western blot. Nah, apakah tempat tes HIV calon suami Anda
menjalankan standar baku?
Cemas,
was-was dan khawatir merupakan kondisi yang jamak dihadapi orang-orang yang
pernah melakukan perilaku berisiko.
Selain
HIV/AIDS ada lagi penyakit yang bisa ditularkan melalui hubungan seksual tanpa
gejala yang khas, yaitu virus hepatitis B.
Sedangkan
sifilis (raja singa) akan menunjukkan gejala pada penis, tapi yang sering
menjadi masalah adalah laki-laki yang tertular sifilis membeli obat di kaki
lima. Gejalanya bisa saja hilang, tapi sifilisnya tetap ada di dalam darah
sehingga berisiko ditularkan kepada istrinya kelak.
(2)
Selain tes HIV ada baiknya calon suami Anda juga menjalani tes penyakit lain,
seperti virus hepatitis B dan sifilis. Tes sifilis dan hepatitis B bisa di
laboratorium swasta, sedangkan tes HIV sebaiknya di Klinik VCT (tempat tes HIV
sukarela yang gratis dengan konseling dan kerahasiaan) di rumah sakit umum di
daerah Anda. Anda juga bisa bertanya ke Dinas Kesehatan atau Komisi
Penanggulangan AIDS (KPA) di daerah Anda.
Akan
lebih baik tes HIV dan penyakit lain sebelum menikah karena jika ada penyakit
tsb. pada calon suami Anda, maka ada risiko penularan pada hubungan seksual
suami-istri kelak. ***
- AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.