Liputan - Sidrap (18/2-2013)
– Sumber penularan HIV selalu diidentikkan dengan perempuan yaitu pekerja seks
komersial (PSK) dan perempuan yang bekerja di tempat hiburan malam. Mereka selalu
dicap sebagai penyebab penularan HIV. Hal ini muncul dari peserta sosialisasi
HIV/AIDS dan Narkoba di Sidrap, Sulsel, yang dilaksanakan oleh Komisi
Penanggulangan AIDS (KPA) dan Badan Narkotika Kabupaten (BNK) Kabupaten
Sidenreng Rappang (Sidrap).
Bukan hanya laki-laki yang
beranggapan bahwa sumber penularan virus HIV adalah perempuan, akan tetapi
peserta sosialisasi dari kaum perempuan juga menilai bahwa kaumnyalah penyebab
penularan HIV.
Padahal, satu hal yang luput dari
perhatian peserta sosialisasi itu adalah bahwa yang menularkan HIV kepada PSK
dan perempuan pekerja tempat hiburan justru laki-laki, yang dalam kehidupan
sehari-hari bisa saja sebagai seorang suami. Selanjutnya ada pula laki-laki
lain yang tertular HIV dari PSK dan perempuan pekerja tempat hiburan malam.
Peserta sosialisasi juga menilai KPA
sebagai sumber porstitusi yang meningkat karena menyediakan outlet kondom pada
lokasi resti dengan gratis. “Penyebab
penularan HIV karena banyaknya café di Sidrap yang menyediakan pelayan. Juga karena
KPA memberikan dukungan dengan menyediakan kondom gratis.” Inilah yang sering
dilontarkan sebagian orang.
Itu adalah asumsi atau anggapan karena fakta menunjukkan laki-laki ’hidung
belang’ justru tidak mau memakai kondom ketika melakukan hubungan seksual
dengan PSK atau dengan perempuan pekerja hiburan malam.
Selain itu yang mendatangi PSK dan tempat hiburan justru laki-laki. Maka,
kuncinya ada pada laki-laki. Kalau laki-laki tidak ada yang mendatangi
pelacuran dan tempat hiburan malam tentulah tidak akan pernah terjadi pelacuran
dan perzinaan.
Menurut Supriadi, SKM, dari Dinas
Kesehatan Sidrap, kondom hanya dipakai kalau melakukan hubungan seksual dengan
berganti-ganti pasangan seks. “Perlu kami sampaikan bahwa penul;aran HIV tidak
bersumber dati perempuan, justru perempuanlah yang jadi korban penularan.
Buktinya yang banyak tertular virus HIV di Kabupaten Sidrap justru laki-laki,” kata
Supriadi.
Dari 59 kasus kumulatif HIV/AIDS ternyata 80 persen adalah laki-laki, 19
persen perempuan dan 1 persen anak-anak. Perempuan yang tertular umumnya istri
yang selama ini setia menunggu di rumah yaitu 2.
Sayang, data kasus HIV/AIDS tersebut tidak membuka wawasan peserta
sosialisasi yang terdiri dari ibu rumah tangga, tokoh masyarakat, tokoh agama,
remaja, pelajar serta aparat desa dan kelurahan. Peserta tetap menjadikan perempuan, dalam hal ini
PSK dan pekerja hiburan malam, sebagai ’kambing hitam’.
Belakangan ini café mulai marak di Sidrap dan KPA yang menyediakan kondom
gratis di cafe. Menurut Sekretaris KPA Kabupaten Sidrap, Drs. H. Sumadi, outlet
kondom di lokasi pelacuran dan hiburan malam bukan untuk menyuruh orang
melakukan zina atau melegalkan porstitusi, tapi untuk memudahkan laki-laki
’hidung belang’ mendapat kondom untuk mencegah penularan HIV dan IMS (seperti
sifilis, GO, virus hepatitis B, dll.).
Atika, bukan nama sebenarnya, salah seorang PSK di Sidrap mengatakan bahwa
kesadaran mereka meminta agar laki-laki memakai kondom terhambar karena
laki-laki menolak memakai kondom dengan alasan klasik: tidak enak dan sudah
membayar. Namun, masih menurut Atika, sudah ada PSK yang berani menilak laki-laki
yang tidak mau memakai kondom ketika melakukan hubungan seksual.
Kalau hanya menyediakan outlet kondom itu tidak akan efektif. Maka, Pemkab
Sidrap harus mempunyai langkah konkret berupa intervensi terhadap laki-laki
’hidung belang’ agar memakai kondom ketika melacur dengan PSK atau pekerja
hiburan malam. Tanpa program yang konkret, maka penyebaran HIV/AIDS di Sidrap
akan terus terjadi yang kelak bermuara pada ’ledakan AIDS’.***
- AIDS Watch
Indonesia/Santi Syafaat
huiyugytutguygyughjg
BalasHapus