Tanggapan Berita (12/2-2013) –
"Faktor risiko terbesar penyebab IMS adalah melalui PSK (pekerja seks
komersial-pen.) yakni mencapai 20 sampai 30 persen, sementara Lelaki Suka
Lelaki (LSL) mencapai sekitar 10 persen." Ini pernyataan Staf Klinik
Bestari Dinas Kesehatan Kota Medan, Evy Ohara, Mkes, dalam berita “30 Persen Penderita IMS Tertular Melalui PSK” (Antara,
22/1-2013).
IMS juga dikenal sebagai
‘penyakit kelamin’ adalah infeksi menular seksual yaitu penyakit-penyakit yang
ditularkan melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah
dari yang mengidap IMS kepada orang lain, seperti kencing nanah (GO), raja
singa (sifilis), virus hepatitis B, klamidia, jengger ayam, dll.
Terkait dengan pernyataan Evy ada
fakta yang tidak diungkapkan yaitu:
Pertama, yang menularkan
IMS kepada PSK adalah laki-laki dewasa yang dalam kehidupan sehari-hari bisa
sebagai seorang suami, pacar, selingkuhan, PIL (pria idaman lain), teman
‘kumpul kebo’, suami di bawah tangan, dll. yang bekerja sebagai pegawai,
karyawan, copet, rampok, petani, nelayan, aparat, mahasiswa, dll.
Kedua, fakta itu
menunjukkan laki-laki yang mengidap IMS di Kota Medan jauh lebih banyak daripada
jumlah PSK yang mengidap IMS yaitu laki-laki yang menularkan IMS kepada PSK dan
laki-laki yang tertular IMS dari PSK.
Ketiga, jika PSK yang
mengidap IMS itu juga tertular HIV/AIDS dari laki-laki yang menularkan IMS
kepadanya, maka laki-laki yang tertular IMS dari PSK juga berisiko tertular
HIV/AIDS.
Celakanya, dalam Perda AIDS Kota
Medan sama sekali tidak ada disebutkan pelacuran. Yang ada adalah
‘tempat-tempat berisiko terjadi penularan HIV/AIDS’ (Lihat: Perda AIDS Kota
Medan-http://www.aidsindonesia.com/2012/10/perda-aids-kota-medan.html).
Maka, amatlah wajar kasus IMS dan
HIV/AIDS yang terdeteksi terus bertambah di Kota Medan karena penyebarannya,
al. melalui PSK, terus terjadi. Soalnya, dalam Perda AIDS Kota Medan tidak ada
pasal yang konkret untuk menanggulangi penularan HIV pada laki-laki yang
melacur.
Disebutkan oleh Evy sepanjang
tahun 2012 Klinik Bestari melayani 1.004 penderita IMS, dari jumlah itu 60
persen adalah PSK yaitu 603.
Jika setiap malam seorang PSK
melayani tiga laki-laki, maka setiap malam ada 1.809 (603 PSK x 3
laki-laki/malam) laki-laki dewasa penduduk Kota Medan yang berisiko tertular
IMS dan bisa juga sekaligus HIV/AIDS.
Sedangkan LSL ada fenomena yang
menjadi salah satu faktor pendorong penyebaran HIV/AIDS di Indonesia (Lihat: Laki-laki Suka (Seks) Laki-laki (LSL) dalam Epidemi AIDS di Indonesia - http://www.aidsindonesia.com/2012/11/laki-laki-suka-seks-laki-laki-lsl-dalam.html).
Penyebaran HIV/AIDS di Kota Medan
memang didorong oleh perilaku laki-laki ‘hidung belang’ (Lihat: Di Kota Medan
Laki-laki ’Hidung Belang’ Mendorong Penyebaran HIV/AIDS- http://www.aidsindonesia.com/2012/11/di-kota-medan-laki-laki-hidung-belang.html).
Kasus kumulatif HIV/AIDS di Kota
Medan sudah dilaporkan 3.410 mulai tahun 2006 sampai Desember 2012 yang terdiri
atas 2379 HIV dan 1.031 AIDS.
Tapi, perlu diingat angka ini
hanya sebagian kecil dari kasus yang ada dimasyarakat karena penyebaran
HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es. Kasus yang dilaporkan ()
digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut,
sedangkan kasus yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai
bongkahan es di bahwa permukaan air laut (Lihat Gambar).
Maka, tidaklah mengherankan kalau
kemudian banyak istri di Kota Medan yang terdeteksi mengidap IMS atau HIV/AIDS
atau dua-duanya sekaligus. Ini akan terus terjadi selama Pemko Medan tidak
mempunyai program yang konkret untuk menanggulangi penularan HIV pada laki-laki
yang melacur.***
- AIDS Watch
Indonesia/Syaiful W. Harahap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.