30 Januari 2013

Utopia, 2015 Tidak Ada Penderita HIV/AIDS baru di Kab Singkawang

Tanggapan Berita (39/1-2013) – Dalam rentang waktu dari tahun 2002 hingga 2012, 1.092 warga Kota Singkawang, Kabupaten Bengkayang, dan Kabupaten Sambas  (semua di Kalimantan Barat/Kalbar-pen.) dinyatakan positif mengidap HIV/AIDS. Berbagai upaya dilakukan agar tercapai target tak ada penderita baru pada 2015. Ini lead pada berita “Sebanyak 1.092 Orang Positif HIV/AIDS di Kalbar” di kompas.com (25/1-2013).

Disebutkan “Berbagai upaya dilakukan agar tercapai target tak ada penderita baru pada 2015”.

Pertanyaannya adalah: Apa langkah konkret Pemkab Singkawang untuk mencegah insiden infeksi HIV baru, al. pada laki-laki dewasa yang melacur di Singkawang atau di luar Singkawang?

Kasus-kasus penularan HIV yang terjadi sebelum tahun 2012 akan terdeteksi setelah masa AIDS yaitu antara 5-15 tahun kemudian yaitu antara tahun 2017 sampai 2027. Ini jika tidak ada langkah konkret yang sistematis untuk mendeteksi HIV/AIDS di masyarakat karena orang-orang yang sudah mengidap HIV/AIDS tidak menyadari dirinya sudah tertular HIV karena tidak ada tanda-tanda yang khas AIDS pada fisik mereka. Tapi, pada rentang waku itu penularan sudah terjadi, al. melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Maka, tidaklah mungkin tidak ada infeksi HIV baru di Kalbar pada tahun 2015 karena banyak yang mengidap HIV/AIDS di masyarakat tapi tidak terdeteksi. Mereka inilah yang menjadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS.

Selain itu, apakah Pemkab Singkawang bisa menjamin tidak ada laki-laki dewasa penduduk Singkawang yang melacur tanpa kondom di Singkawang atau di luar Singkawang?

Sekretaris Eksekutif Komisi Penanggulanan AIDS Kota Singkawang, Mardiana Maya Satrini,  mengatakan dalam Asian Summit di Bali beberapa waktu lalu, Singkawang ditetapkan sebagai salah satu kota yang harus mencapai target tanpa pengidap HIV/AIDS baru pada 2015.

Disebtukan untuk mencapai target tidak ada kasus baru pada tahun 2015, al. dengan memperbanyak tempat pemeriksaan infeksi kelamin. Seluruh puskesmas di Kota Singkawang berjumlah lima unit sudah memiliki peralatan pemeriksaan tersebut.     

Pemeriksaan infeksi kelamin adalah langkah di hilir. Artinya, Pemkab Singkawang menunggu ada dulu penduduk yang tertular infeksi kelamim baru kemudian ditangani di puskesma.

Yang diperlukan adalah langkah di hulu, al. program konkret untuk menurunkan insiden infeksi HIV baru pada laki-laki melalui hubungan seksual dengan pekerja seks komersial (PSK).

Persoala klasik akan muncul karena Pemkab Singkawang akan berdalih: Tidak ada pelacuran di Singkawang.

Ya, itu benar karena memang tidak ada pelacuran yang dilokalisir dengan regulasi. Tapi, praktek pelacuran terjadi di sembarang tempat dan sembarang waktu.

Nah, kalau pelacuran terjadi di banyak tempat tentulah tidak bisa dijangkau sehingga program penanggulangan, al. intervensi agar laki-laki memakai kondom, tidak bisa dijalankan secara efektif. Ini tentu saja akan terus membuat penderita HIV/AIDS baru karena laki-laki yang tertular  HIV dari pekerja seks akan menularkan HIV kepada istri atau pasangannya. ***[AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap]***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.