Tanya-Jawab AIDS
No 15/Januari 2013
Pengantar. Tanya-Jawab
ini adalah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dikirim melalui surat,
telepon, SMS, dan e-mail. Jawaban disebarluaskan tanpa menyebut identitas yang
bertanya dimaksudkan agar bisa berbagi informasi yang akurat tentang HIV/AIDS.
Yang ingin bertanya, silakan kirim pertanyaan melalui: (1) Surat ke LSM ”InfoKespro”, PO Box 1244/JAT, Jakarta
13012, (2) Telepon (021) 4756146, (3) e-mail aidsindonesia@gmail.com, dan (4) SMS 08129092017. Redaksi.
*****
Tanya: Jika ada seseorang yang tidak pernah melakukan perilaku berisiko
tertular HIV jenis apa pun (termasuk lahir dari ibu yang HIV-negativ) yang
berisiko tertular HIV selama hidupnya. (1) Jika orang itu menjalani tes HIV,
apakah akan menghasilkan "non-reaktif"? (2) Saya bingung tentang hasil
tes "non-reaktif", sebenarnya seperti apa, sih, penjelasannya? (3) Apakah
ybs. pernah terpajan virus tersebut namun virusnya sudah tidak aktif lagi atau
malah tidak pernah terpajan sama sekali? (4) Kalau memang seseorang tidak
pernah terinfeksi HIV kenapa tidak menggunakan hasil "negatif" saja, mengapa
harus "non-reaktif"? (5) "Non-reaktif" lebih mendefinisikan
bahwa sebenarnya virusnya ada namun sudah jinak. Inilah yang saya tangkap sehingga masih terdapat keraguan
pada seseorang yang dites tersebut karena takut sewaktu-waktu akan hasil tes
akan reaktif kembali walaupun sudah tidak pernah lagi melakukan prilaku
berisiko.
Tn “Vy”, via email 29/1-2013
Jawab: (1) Justru patut
dipertanyakan, kalau tidak pernah melakukan perilaku yang berisiko tertular
HIV, untuk apa menjalani tes HIV? Tes HIV dianjurkan kepada orang-orang yang
pernah atau sering melakukan perilaku berisiko tertular HIV, al. pernah atau
sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah
dengan pasangan yang berganti-ganti atau dengan yang sering berganti-ganti
pasangan.
Tes HIV dengan reagent ELISA hasilnya bisa positif palsu atau negatif
palsu. Positif palsu adalah hasil tes reaktif tapi HIV tidak ada di dalam darah
karena ELISA mendeteksi antibody lain. Tes HIV dengan ELISA bukan mencapi virus
(HIV), tapi mencari antibody HIV. Sedangkan negatif palsu adalah HIV ada di
dalam darah tapi hasil tes nonreaktif karena belum ada antibody HIV di dalam
darah. Antibody HIV ini terbentuk setelah tertular HIV menimal tiga bulan atau
tiga bulan setelah melakukan perilaku berisiko tertular HIV.
Itulah sebabnya standar prosedur operasi tes HIV yang baku adalah hasil tes
HIV pertama harus dikonfirmasi dengan tes lain, misalnya tes HIV pertama dengan
ELISA, maka contoh darah dites untuk konfirmasi dengan Wester blot. Tapi, WHO
memberikan cara lain untuk konfirmasi yaitu tes HIV dilakukan dengan reagent
ELISA tapi tes dilakukan tiga kali dengan reagent dan cara yang berbeda.
(2), (3), (4) dan (5) Reaktif
dan nonreaktif adalah istilah medis di laboratorium terkait dengan tes HIV. Hasil
tes reaktif dan nonreaktif tidak terkait dengan virus jinak atau tidak jinak. Yang
berhak menganalisis hasil tes reaktif dan nonreaktif adalah dokter. Diagnosis
dikaitkan dengan hasil konseling sebelum tes. Maka, sebaiknya tes HIV dilakukan
di Klinik VCT (tempat tes HIV secara sukarela yang gratis dengan konseling dan
kerahasiaan) di rumah sakit pemerintah atau lembaga yang ditunjuk pemerintah. .
***[AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap]***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.