Tanggapan Berita (7/1-2013)
– “Kemungkinan banyak yang tak terungkap karena rendahya kesadaran induvidu
berisiko tinggi memeriksakan diri dan konsultasi ke tempat pelayanan HIV/AIDS
yang tersedia.” Ini pernyataan dalam berita “Agam Tiga Besar Kasus
HIV/AIDS” di Harian “Padang Ekspres” (5/1-2013) terkait dengan
jumlah kasus kumulatif di Kab Agam, Sumatera Barat, sampai tahun 2012 yang
mencapai 53 yang terdiri ats 1 HIV adan 52 AIDS.
Karena sudah diketahui latar
belakang mengapa kasus HIV/AIDS banyak yang tidak terdeteksi, maka diperlukan
langkah yang konkret untuk mendeteksi HIV/AIDS di masyarakat.
Celakanya, Pemkab Agam tidak
mempunyai program yang konkret untuk mendeteksi kasus HIV/AIDS di masyarakat
yang tidak terdeteksi.
Kepala Dinas Kesehatan Agam,
Indra, mengatakan, “Untuk mengatasi HIV/AIDS ini Dinas Kesehatan Kabupaten
agam bekerjasama dengan KPA Agam. Selama 2012, melakukan penyuluhan HIV/AIDS
dan membuat posko konsultasi dan posko wajib lapor bagi pengidap penyakit
HIV/AIDS di Puskesmas Biaro. ....”
Pertanyaan untuk Indra: Apakah di
wilayah Kab Agam ada pelacuran?
Indra tentu saja membantah: Tidak Ada!
Indra benar adanya. Tapi, tunggu dulu karena yang tidak ada adalah
lokalisasi pelacuran. Sedangkan
praktek pelacuran terjadi di sembarang tempat dan sembarang waktu.
Kalau praktek pelacuran terjadi di Kab Agam, maka yang diperlukan adalah
langkah konkret bukan sebatas penyuluhan.
Program yang diperlukan adalah intervensi berupa program yang mewajibkan
laki-laki dewasa memakai kondom jika melacur.
Tanpa program yang konkret, maka penyebaran HIV/AIDS dengan faktor risiko
hubungan seksual akan terus terjadi di Kab Agam. ***[AIDS Watch Indonesia/Syaiful
W. Harahap]***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.