06 Januari 2013

Mahasiswa: Pemprov Kepri Lamban Menangani HIV/AIDS


Add caption
Tanggapan Berita (7/1-2013) – Pemerintah Provinsi Kepri dan Pemerintah Kota Tanjungpinang dinilai lamban dalam penanganan kasus-kasus HIV/AIDS. Penilaian itu disampaikan oleh kelompok mahasiswa Aliansi Jaringan Informasi Mahasiswa Kota Tanjungpinang dan Himpunan Mahasiswa Kabupaten Kundur saat menggelar aksi sempena Hari HIV/AIDS Sedunia (Penanganan HIV/AIDS di Kepri Lamban, haluanmedia.com, 4/12-2012).

Sinyaleman kolompok mahasiswa itu benar, tapi alasan mereka tidak tepat, yaitu: kelambanan penanganan  dibuktikan dengan terus meningkatnya jumlah penderita, terutama kalangan anak muda, yang terpapar penyakit mematikan itu setiap tahunnya.

Pertama, pelaporan kasus HIV/AIDS di Indonesia dilakukan secara kumulatif. Artinya, kasus lama ditambah kasus baru. Begitu seterusnya sehingga angka kasus tidak akan pernah turun biar pun banyak pengidap HIV/AIDS yang meninggal.

Kedua, kasus-kasus baru adalah kasus yang terjadi jauh hari sebelumnya.

Ketiga, kasus HIV/AIDS banyak terdeteksi pada kalangan muda terjadi pada penyalahguna narkoba (narkotika dan bahan-bahan berbahaya) dengan jarum suntik secara bergantian karena mereka wajib tes HIV ketika henak menjalani rehabilitasi.

Keempat, HIV/AIDS bukan penyakit mematikan karena belum ada laporan kematian karena HIV atau AIDS.

Kelima, kasus demi kasus yang terdeteksi terjadi karena di antara mereka ada yang sudah masuk masa AIDS, tertular antara 5-15 tahun sebelumnya, sehingga mulai muncul penyakit yang sulit disembuhkan.

Maka, penanangan yang perlu dipertanyakan mahasiswa adalah: Apa langkah konkret Pemprov Kep Riau untuk menurunkan insiden infeksi HIV baru pada laki-laki yang melacur?

Di tahun 1990-an Riau termasuk Kep Riau, waktu itu belum dimekarkan, memulangkan pekerja seks komersial (PSK) yang terdeteksi HIV/AIDS ke kampung asalnya. Nah, kalau di tahun 2000-an terdeteksi kasus HIV/AIDS di Kep Riau itu berarti penularan terjadi di tahun 1990-an, terutama pada laki-laki yang melacur tanpa kondom karena ada beberapa PSK yang dipulangkan.

Ini pernyataan Imaduddin, koordinator aksi: “Seharusnya pemerintah daerah lebih peduli lagi terhadap penanganan dan pencegahan penyebaran HIV/Aids. Tanjungpinang yang merupakan Kota Melayu yang mengedepankan agama ternyata peningkatan penyebarananya HIV/Aids sangat tinggi dan yang tertular di kalangan muda sangat banyak tiap tahunnya.”

Pertanyaan untuk Imaduddin: Apakah Anda bisa menjamin tidak ada rekan-rekan Anda yang melacur tanpa kondom?

Kalau Anda bisa menjamin, maka tidak ada persoalan besar yang dihadapi terkait dengan penyebaran HIV melalui hubungan seksual.

Tapi, kalau Anda tidak bisa menjamin, maka yang perlu Anda lakukan adalah Anda mengajak rekan-rekan Anda agar tidak ada lagi yang melacur tanpa kondom.

Sedangkan Direktur Program di Yayasan Bentan Serumpun (YBS) Tanjungpinang-Bintan, Dedy Satria, mengatakan bahwa jumlah penderita HIV/Adis yang meninggal di Kota Tanjungpinang pada tahun 2012 sebanyak 22 orang. Data Dinas Kesehatan Prov Kepri menunjukkan kematian terkait HIV/AIDS mencapai  544.

Sayang, Dedy dan wartawan tidak membawa data 22 kematian tersebut ke ranah sosial. Kematian 22 pengidap HIV/AIDS itu terjadi pada masa AIDS. Artinya, mereka sudah tertular HIV antara 5-15 tahun. Pada rentang waktu itu mereka sudah menularkan HIV kepada orang lain tanpa mereka sadari. Pasangan seks dari 22 yang meninggal itu berisiko tertular HIV.

Kalau saja mahasiswa lebih arif, maka yang mereka lakukan adalah mengevaluasi program penanggulangan HIV/AIDS, al. Perda AIDS Kepri, apakah ada langkah-langkah yang konkret.

Soalnya, Perda AIDS Kepri sendiri sama sekali tidak memberikan cara penanggulangan yang konkret (Lihat: Menakar Efektivitas Perda AIDS Provinsi Kepulauan Riau-http://www.aidsindonesia.com/2012/09/menakar-efektivitas-perda-aids-provinsi.html).

Kalau mahasiswa hanya berkoar-koar tanpa menyampaikan fakta terkait dengan penanggulangan, maka sama saja dengan pemerintah yang mereka kritik. ***[AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap]***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.