Pernyataan Ririe ini tidak akurat
dan merupakan penyangkalan terkait dengan perilaku penduduk Kab Subang, Jabar,
yang berisiko tertular HIV.
Biar pun ada laki-laki atau
perempuan pengidap HIV/AIDS dari daerah lain yang singgah di warung atau
restoran di pantrura (pantai utara Pulau Jawa, yaitu jalur transportasi darah
Bekasi-Cirebon) tidak akan terjadi penularan HIV kalau tidak ada penduduk
pantura yang melayani mereka melakukan hubungan seksual tanpa kondom.
Tidak ada kaitan langsung antara
daerah perlintasan dengan penyebaran HIV/AIDS karena penularan HIV/AIDS tidak
bisa dilakukan melalui udara, air dan pergaulan sehari-hari.
Daerah atau negara yang sama
sekali tidak menjadi tujuan wisata dan perlintasan pun tetap saja banyak kasus
HIV/AIDS yang terdeteksi karena bisa saja penduduknya tertular di luar daerah
atau negaranya.
Penyangkalan terhadap perilaku
berisiko justru akan mendorong penyebaran HIV/AIDS karena menjadikan pihak lain
sebagai yang bersalah sebagai ‘kambing hitam’.
Disebutkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kab Subang sampai akhir
2012 jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS mencapai 539 dengan 98 kematian.
Bertolak dari kondisi kasus
HIV/AIDS dikabarkan Yayasan Mutiara Hati Subang mengadakan pelatihan dan
pembentukan warga peduli HIV/AIDS di Kecamatan Compreng.
Pertanyaan untuk Ririe: Apakah di
jalur pantura terjadi praktek pelacuran?
Kalau jawabannya tidak, maka tidak ada persoalan terkait dengan penyebaran
HIV dengan faktor risiko hubungan seksual.
Tapi, kalau jawabannya tidak, maka ada persoalan besar terkait dengan
penyebaran HIV/AIDS melalui hubungan seksual secara horizontal di masyarakat.
Terkait dengan pernyataan Ririe: ” .... tempat perlintasan dari berbagai
daerah. Bisa saja orang yang singgah menularkannya ketika sedang beristirahat
di pantura ....” membuktikan di jalur pantura di wilayah Kab Subang terjadi
praktek pelacuran.
Maka, yang diperlukan bukanlah sekedar pembentukan warga peduli AIDS, tapi
program yang konkret untuk mencegah penularan HIV dari pelancong yang singgah
dan melacur di jalur pantura kepada pekerja seks di sana.
Selama tidak ada program yang konkret berupa intervensi melalui regulasi
yang memaksa laki-laki memakai kondom ketika melakukan hubungan seksual dengan
pekerja seks di jalur pantura, maka selama itu pula penyebaran HIV/AIDS di sana
akan terus terjadi. ***[AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap]***
selamat siang...
BalasHapuskami dari ormas Gabungan Inisiatif Rakyat Subang ( GIRAS ) Meminta kerjasamanya dalam sosialisasi tentang program yayasan mutiarahati. terimakasih