25 Agustus 2012

Di Keerom, Papua, Penularan HIV Dicegah dengan Kegiatan Pramuka


Tanggapan Berita. “ …. dalam kegiatan pramuka kita dapat melakukan upaya pencegahan penularan HIV/AIDS sedini mungkin. Selama ini pramuka hanya dikenal sebagai kegiatan yang diisi dengan kegiatan berkemah, tepuk tangan dan nyanyi-nyanyi saja, tetapi kalau ternyata kegiatan pramuka juga dapat menjadi cara untuk mencegah penularan HIV/AIDS khususnya pada generasi muda.” Ini pernyataan Wakil Bupati Keerom, Prov Papua, Muh. Markum, SH (Cegah HIV/AIDS dengan Aktif dalam Kegiatan Kepramukaan. Generasi Muda Harus Manfaatkan Waktu Luang dengan Kegiatan Positif, www.keeromkab.go.id, 14/8-2012).

Berita ini diterbitkan di situs Pemkab Keerom, tapi tetap sebagai karya jurnalistik sehingga layak diselisik. Kab Keerom dengan ibu kota Waris adalah kabupaten yang di sebelah timur berbatasan langsung dengan Papua Nugini.

Tahun 2011 dilaporkan 34 kasus HIV/AIDS di Keerom.  Dari jumlah itu 4 HIV dan 30 AIDS (koranfakta.net, 5/2-2012).

Karena disebutkan bahwa ” .... kegiatan pramuka juga dapat menjadi cara untuk mencegah penularan HIV/AIDS khususnya pada generasi muda”, maka perlu penjelasan atau deskripsi tentang cara kegiatan pramuka mencegah penularan HIV pada generasi muda.


24 Agustus 2012

Perda AIDS Prov Papua: Tidak Ada Lokalisasi Pelacuran (di Papua)


* Ada perbuatan melawan hukum dan pelanggaran berat terhadap HAM di Perda AIDS Papua
 
Kasus demi kasus HIV/AIDS terus terdeteksi di wilayah Prov Papua. Data terakhir menunjukkan jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS yang terdeteksi sudah mencapai 12.187.  

Angka yang dilaporkan itu sendiri tidak menggambarkan kasus HIV/AIDS di masyarakat karena banyak kasus yang belum atau tidak terdeteksi. 

Ketika penyebaran HIV terus terjadi, pemerintah provinsi, kabupaten dan kota di Papua seakan tak gentar. Buktinya,  tidak ada program penanggulangan HIV/AIDS yang konkret. Yang dilakukan di Papua hanya membuat peraturan daerah (perda) untuk menanggulangi penyebaran IMS (infeksi menular seksual, al. sifilis, GO, hepatitis B, dll.) dan HIV/AIDS.

Setelah tujuh daerah yaitu kabupaten (Nabire, Merauke, Jayapura, Puncak Jaya, Biak Numfor, dan Mimika) dan kota (Jayapura) menelurkan perda, terakhir Pemprov Papua pun membuat perda yaitu Perda Prov Papua No 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS.

Batam bisa Jadi ”Pintu Masuk” Epidemi HIV/AIDS Nasional


Catatan: Naskah ini dimuat di Harian ”Sinar Harapan”, Jakarta, 3 Agustus 2001

LiputanBig jump in anonymous HIV tests in Singapore”. Judul berita di Harian The Nation, Bangkok, edisi 16 April 2001 ini seakan-akan tidak ada kaitanya dengan Indonesia karena berita itu berisi kabar tentang lonjakan permintaan tes HIV sukarela di Singapura. Namun Anda pasti terkejut jika mengetahui tes itu terkait dengan hubungan seks yang mereka lakukan dengan pekerja seks di Batam dan tempat-tempat wisata lain di Provinsi Riau.

Sampai akhir Maret 2001, kasus kumulatif HIV/AIDS di Batam mencapai 73 yang terdiri dari 67 HIV dan sembilan AIDS (enam di antaranya sudah meninggal). Sedangkan untuk Riau sampai 31 Mei 2001 tercatat 197 kasus HIV/AIDS yang terdiri atas 183 HIV dan 14 AIDS (enam meninggal).

Angka kasus HIV yang kecil di Batam itu bisa terjadi karena surveilans tes HIV yang dilakukan tidak sistematis dan tidak konsisten. Sehingga angka yang muncul tidak realistis. Surveilans hanya dilakukan secara sporadis terhadap pekerja seks. Padahal surveilans tes yang sistematis diperlukan untuk mendapatkan angka realistis karena epidemi HIV bagaikan fenomena gunung es (iceberg phenomenon). Angka yang tercatat hanya bagian kecil dari angka yang tidak terdeteksi.


23 Agustus 2012

Mengapa Stok Darah di PMI Bisa “Habis”?


* Korban kecelakaan pada arus mudik dan balik lebaran memerlukan transfusi darah

Tanggapan Berita. Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono mengatakan: “Palang Merah Indonesia (PMI) khususnya Cabang Jakarta mengalami defisit stok darah karena berkurangnya pendonor selama bulan puasa.” Ini lead pada berita “Menko Kesra: PMI Defisit Stok Darah” (antara, 23/8-2012).

Persediaan darah sangat diperlukan pada masa-masa mudik lebaran karena terkait dengan kebutuhan transfusi darah untuk korban kecelakaan lalu lintas. Laporan polisi menyebutkan sampai H+2 lebaran sudah terjadi 3.927 kecelakan yang merenggut 686 nyawa, mengakibatkan 1.093 luka berat dan 3.750 luka ringan (detikNews.com, 23/8-2012).

Sebagian dari korban, terutama yang luka berat, mereka memerlukan transfusi darah. Jika persediaan darah tidak ada tentulah masalah besar bagi korban.

Kondisi persediaan darah di bank darah PMI tsb. merupakan ironi karena secara teoritis persediaan darah di unit-unit transfusi darah (UTD) PMI tidak akan pernah habis kalau filosofi transfusi diberlakukan secara konsekuen.

Hak Bebas HIV melalui Transfusi Darah



Oleh SYAIFUL W. HARAHAP*

Catatan: Naskah ini dimuat di Harian ”Suara Pembaruan”, Jakarta, 1 Desember 2000

Risiko tertular HIV melalui darah yang terkontaminasi HIV lebih dari 90 persen. Oleh sebabitu setiap orang yang menerima transfusi darah berhak mendapatkan darah yang bebas dari HIV. Pedoman internasional dan Resolusi IPU (Inter-Parliamentary Union) Tahun 1998 juga menghargai undang-undang tentang kesehatan masyarakat yang mengharuskan darah untuk transfusi bebas dari HIV dan penyakit-penyakit yang di bawa darah. Ditinjau dari aspek hak asasi manusia (HAM) pun hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan merupakan hak asasi.

Laporan UNAIDS (1997) menunjukkan lebih dari empat juta darah donor setiap tahun di seluruh dunia tidak dites HIV dan penyakit-penyakit infeksi lain. Dari 34,3 juta kasus HIV/AIDS global 5-10 persen di antaranya tertular melalui transfusi darah yang tidak diskrining HIV. Bahkan di India 7 persen kasus HIV/AIDS tertular melalui transfusi darah (Strategies for Safe Blood Transfusion, WHO, Regional Office for South-East Asia, New Delhi, 1998).

Penularan HIV melalui darah bukan hanya terjadi di negara berkembang, tetapi juga di negara maju. Di Eropa, misalnya, tercatat 6.000 kasus, sedangkan di AS antara 1983 dan 1993 tercatat 8.000 kasus penularan HIV melalui transfusi darah.

Kematian Odha Terkait HIV/AIDS di NTT


Tanggapan Berita. “ …. praktek seks bebas dan gonta-ganti pasangan sedang menjadi tren pergaulan di kalangan remaja dan pemuda di kota Ruteng [Prov. Nusa Tenggara Timur (NTT)-pen.]” Ini pernyataan Ketua GMNI Manggarai, Ardianus Nompidura (Penderita HIV/AIDS di NTT Mencapai 1.491 Orang, www.floresbangkit.com, 14/8-2012).

Pernyataan Ardianus tsb. menunjukkan pemahaman yang tidak akurat terkait dengan mata rantai penyebaran HIV/AIDS khususnya di NTT.

Dalam berita disebutkan: “Kasus HIV/AIDS pada ibu rumah tangga yang mencapai 268 ….”

Tentu saja ibu-ibu rumah tangga itu tertular HIV dari suaminya bukan remaja. Maka, paling tidak ada 268 laki-laki dewasa yang mengidap HIV/AIDS.

Pertanyaannya adalah: Apakah suami 268 ibu rumah tangga itu sudah menjalani tes HIV?

22 Agustus 2012

Perda AIDS Provinsi NTT


Mengukur Peran Perda Penanggulangan AIDS NTT

Catatan: Tulisan ini dimuat sebagai artikel Opini di Harian “Pos Kupang”, 21 Agustus 2008.

SAMPAI Juni 2008 kasus HIV/AIDS di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dilaporkan 378 kasus, 103 orang di antaranya telah meninggal dunia. Angka ini hanya bagian kecil dari kasus yang sebenarnya di masyarakat. Pemprop NTT menelurkan Perda No. 3/2007 tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS. Apakah perda ini efektif menanggulangi epidemi HIV di NTT?

Kasus AIDS yang terdeteksi pada seorang wisatawan Belanda yang meninggal di Bali (1987) dijadikan pemerintah sebagai kasus pertama di Indonesia. Padahal, jauh sebelumnya ada kasus AIDS di Jakarta tapi pemerintah menyebutnya sebagai ARC (AIDS related complex). Selain itu tahun 1988 ada seorang penduduk Indonesia asli yang juga meninggal di Bali dengan indikasi terkait AIDS.

Penetapan kasus pertama ini mengadung mitos (anggapan yang salah) terhadap HIV/AIDS. Soalnya, sejak kasus AIDS dipublikasikan, bahkan sampai sekarang, ada anggapan bahwa HIV/AIDS penyakit orang bule. Kemudian AIDS terjadi pada kalangan homoseksual. Dua mitos inilah antara lain yang membuat banyak orang terlena sehingga kasus HIV/AIDS terus bertambah di negeri ini.


Mencuci Penis dengan Sabun dan Pasta Gigi


Tanya-Jawab AIDS No  005/Agustus 2012

Pengantar. Tanya-Jawab ini adalah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dikirim melalui surat, telepon, fax, SMS, dan e-mail. Jawaban disebarluaskan tanpa menyebut identitas yang bertanya dimaksudkan agar bisa berbagi informasi yang akurat tentang HIV/AIDS. Yang ingin bertanya, silakan kirim pertanyaan melalui: surat ke LSM ”InfoKespro”, PO Box 1244/JAT, Jakarta 13012, e-mail infokespro@yahoo.com dan SMS 08129092017. Redaksi.

*****

Tanya:  Beberapa hari yang lalu saya melakukan hubungan seksual dengan PSK yang positif HIV, namun saya memakai kondom saat melakukan hal tersebut melalui vagina. Tapi, kejadian tsb. tidak berlangsung lama cuma 1-3 menit sebelum (air mani) saya ke luar saya tarik penis saya ke luar dari vaginanya. Dan langsung saya bersihkan dengan sabun dan pasta gigi berulang kali,,dan saya juga sempat menelan keringatnya. Apakah saya berpotensi tertular HIV?

Tn ”Z” (via e-mail 17/8-2012)

AIDS di Indonesia Menjadi Sorotan


Catatan Redaksi. Naskah ini dimuat di Harian "SUARA PEMBARUAN", Jakarta, 6 Oktober 2001, yang merupakan liputan ICAAP VI di Melbourne, Australia, al. berupa peringatan dari Dr Peter Piot, waktu itu Direktur Eksekutif UNAIDS (Badan PBB untuk HIV/AIDS), tentang percepatan penyebaran HIV/AIDS di Indonesia, terutama dengan faktor risiko jarum suntik pada penyalahguna narkoba.***


PENGANTAR. KONGRES Internasional AIDS Asia Pasifik VI (The Sixth International Congress on AIDS in Asia and the Pacific/ICAAP ) dibuka Jum’at (5/10), di Royal Exhibition Buildings, Carlton, Melbourne,Australia. Kongres akan berlangsung sampai 10 Oktober 2001 yang diikuti lebih 3.500 peserta dari seluruh dunia. Sebagai peserta yang mendapat bea siswa dari Ford Foundation, Syaiful W. Harahap, yang mengkhususkan diri pada penulisan HIV/AIDS, mengirimkan laporannya. Redaksi

MELBOURNE - Kalau di beberapa kawasan, seperti Eropa Barat, Amerika Utara, Australia, dan Selandia Baru serta Afrika angka infeksi HIV baru di kalangan penduduk dewasa sudah mulai menunjukkan grafik yang mendatar sejak awal 1990-an, tetapi di kawasan Asia Pasifik yang terjadi justru sebaliknya. Angka infeksi baru di kalangan penduduk dewasa terus bertambah.

Penurunan kasus infeksi HIV baru tersebut bukan karena sudah ada obat AIDS atau vaksin HIV, tetapi masyarakat di kawasan tersebut sudah menerapkan cara-cara pencegahan HIV yang realistis yaitu menghindarkan diri dari kegiatan-kegiatan yang berisiko tinggi tertular HIV.

Dari 34,3 juta kasus HIV/AIDS secara global 6,4 juta tercatat di kawasan Asia Pasifik. Namun, karena penduduk di Asia Pasifik lebih dari separuh populasi dunia sehingga penyebaran HIV di kawasan ini sangat potensial menjadi ledakan epidemi.

21 Agustus 2012

AIDS di Kab Pelalawan, Riau: Menyebar karena ‘Pergaulan Bebas’

Tanggapan Berita. “Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Pelalawan (Prov Riau-pen) sebelumnya telah melakukan berbagai upaya pencegahan agar penyakit yang mematikan itu tidak sampai menular di negeri amanah ini.” Ini pernyataan Sekretaris KPA Kab Palalawan, Asril, SKm, MKes (69 Orang Terjangkit HIV/AIDS, www.riaupos.co, 16/8-2012).

Ada beberapa hal terkait dengan pernyataan di atas yang tidak muncul dalam berita dan tidak akurat.

Pertama, pernyataan ‘penyakit mematikan’ tidak akurat karena belum ada kasus kematian karena HIV atau AIDS. Kematian pada Odha (Orang dengan HIV/AIDS) yang terjadi di masa AIDS, secara statistik setelah tertular antara 5 – 15 tahun, terjadi karena penyakit yang disebut infeksi oportunistik, seperti diare dan TBC.

Kedua, dalam berita tidak ada penjelasan tentang upaya pencegahan yang sudah dilakukan KPA Pelalawan.

Ketiga, disebutkan ‘agar penyakit yang mematikan itu tidak sampai menular di negeri amanah ini’ juga tidak akurat karena HIV/AIDS tidak ada di udara atau air. HIV dalam jumlah yang dapat ditularkan hanya terdepat dalam daerah, air mani, cairan vagina, dan air susu ibu (ASI).

20 Agustus 2012

AIDS di Papua, Perusahan Tambang Jadi ‘Kambing Hitam’

Tanggapan Berita. “Eksploitasi lingkungan dengan hadirnya perusahaan-perusahan mengakibatkan penyakit HIV-AIDS menyerang beberapa  daerah di Papua. Daerah-daerah itu masing-masing Asmat, Degeuwo dan Mimika.” Ini lead di berita “Akibat Kehadiran Perusahaan, HIV-AIDS Menyerang Bebeapa Daerah” (tabloidjubi.com, 24/7-2012).

Pernyataan dalam lead berita itu merupakan mitos (anggapan yang salah) tentang penyebaran HIV/AIDS. Sebagai virus HIV/AIDS tidak menyerang karena virus ini ada di dalam darah sehingga penularannya pun harus melalui kontak cairan tubuh yang mengandung HIV dalam jumlah yang bisa ditularkan.

Yang jadi persoalan besar adalah perilaku seks, terutama laki-laki dewasa, yang tidak memakai kondom jika melakukan hubungan seksual dengan pekerja seks komersial (PSK).

Lalu, apa kaitan antara perusahaan dengan HIV/AIDS?

Rupanya, kehadiran perusahaan pertambangan di Papua mendorong praktek pelacuran dengan PSK.


19 Agustus 2012

Di Kota Surabaya, Jawa Timur, HIV/AIDS Banyak Terdeteksi pada ‘Usia Produktif’

Tanggapan Berita. “62,7% Pengidap HIV/AIDS Usia Produktif.” Ini judul berita di www.surabayapost.co.id (20/7-2012).

Judul berita ini mengesankan risiko tertular HIV ada pada usia produktif. Celakanya, dalam berita tidak ada penjelasan yang rinci tentang mengapa banyak kasus HIV/AIDS pada usia produktif.

Karena tidak penjelasan itulah kemudian yang membuat judul berita sensasional.

Dikabarkan kasus kumulatif HIV/AIDS di Kota Surabaya, Jatim, terus meningkat. Dari tahun 2007 - 2011 tercatat 5.576. Angka tersebut belum termasuk kasus baru yang terdeteksi tahun 2012 sebanyak 287.

Kemungkinan besar kasus HIV/AIDS banyak terdeteksi pada penyalahguna narkoba karena mereka wajib tes HIV jika hendak menjalani rehabilitasi. Fakta ini yang tidak muncul dalam berita sehingga terkesan usia produktif sebagai ‘sasaran AIDS’.

Terminologi AIDS