17 Agustus 2012

Pertama Kali Seks Tanpa Kondom dengan PSK



Tanya-Jawab AIDS No  004/Agustus 2012

Pengantar. Tanya-Jawab AIDS ini adalah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dikirim melalui surat, telepon, fax, SMS, dan e-mail. Jawaban disebarluaskan tanpa menyebut identitas yang bertanya, dimaksudkan agar bisa berbagi informasi yang akurat tentang HIV/AIDS. Yang ingin bertanya, silakan kirim pertanyaan melalui: surat ke LSM ”InfoKespro”, PO Box 1244/JAT, Jakarta 13012, e-mail infokespro@yahoo.com dan SMS 08129092017. Redaksi.

*****
 Tanya: Sekitar tiga minggu yang lalu. saya melakukan hubungan seksual dengan pekerja seks komersial (PSK) tanpa kondom. Itu baru satu kali saya lakukan. Dua minggu kemudian saya demam dan batuk, Dua hari kemudian saya tes HIV di salah satu klinik di Jakarta Timur. Hasilnya nonreaktif (negatif). Tapi, saya disuruh tes lagi tiga bulan yang akan datang. (1) Apakah demam yang saya alami karena tertular HIV atau virus lain? (2) Berapa persen kemungkinannya saya tertular HIV, karena itu baru pertama kali saya lakukan? Kalau batuk memang saya sering lama sembuhnya. Demamnya sudah sembuh hanya dengan minum obat batuk. Deman tidak lama. Saya tidak berobat ke dokter. Aku takut sekali.

Mr ”Q”, Jakarta Barat, via SMS 17/8-2012

Di Kab Merauke, Papua: 222 Ibu Rumah Tangga Terdeteksi Mengidap HIV/AIDS



Tanggapan Berita. “Penularan kasus HIV dan AIDS di Kabupaten Merauke, Papua, terus meningkat sejak beberapa tahun terakhir hingga Juni 2012 telah mencapai 1.464 kasus.” In lead di berita “Kasus HIV/AIDS di Merauke Capai 1.464 Kasus” (rri.co.id, 13/8-2012).  

Data di Bidang Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan, Dinas Kesehatan Kab Merauke, pada Juni 2012 menunjukkan kasus HIV/AIDS terdeteksi 713 pada perempuan atau 48,5 persen dan laki-laki 705 (48,2%), tidak diketahui 46 atau 3,3 persen. Sedangkan kasus HIV/AIDS pada balita tercatat 38.

Pernyataan pada lead ini menunjukkan pemahaman yang tidak akurat terkait dengan HIV/AIDS.

Pertama, yang meningkat atau bertambah bukan penularan HIV, tapi jumlah kasus HIV/AIDS yang terdeteksi.

Kedua, jumlah kasus yang dilaporkan akan terus meningat atau bertambah karena pelaporan kasus HIV/AIDS di Indonesia dilakukan dengan cara kumulatif yaitu kasus lama ditambah kasus baru. Begitu seterusnya sehingga jumlah kasus yang dilaporkan tidak akan pernah turun biar pun banyak pengidap HIV/AIDS yang meninggal.

16 Agustus 2012

PSK Mudik Lebaran: Ada yang Bawa AIDS sebagai Oleh-oleh

Batam, Magnet bagi PSK dari Jawa
Salah satu bentuk mobilitas pekerja seks komersil (PSK) adalah ‘praktek’ di luar daerahnya. Maka, sebagian besar PSK yang ‘beroperasi’ di satu kota berasal dari kota atau daerah lain. Maka, mereka pun akan ikut arus mudik lebaran. Bahkan, di beberapa daerah sejak awal puasa sudah ‘dipaksa’ pulang kampung.

suasana sebuah tempat
hiburan malam di Batam
Bekerja sebagai PSK merupakan pekerjaan yang berisiko tertular HIV karena banyak laki-laki ‘hidung belang’ yang tidak mau memakai kondom ketika sanggama dengan mereka.

Memang, PSK berasal dari banyak daerah di Indonesia, tapi ada beberapa daerah yang menjadi asal PSK yang bekerja di kota-kota besar di seluruh Nusantara. Di Batam, misalnya, tahun 2005 dilaporkan oleh Paguyuban Keluarga Besar Indramayu (PKBI) ada 6.300 perempuan asal Indramayu yang bekerja sebagai PSK di Batam (6.300 Wanita Indramayu Jadi PSK di Pulau Batam, Harian “Pikiran Rakyat”, 11 November 2005).

 Maka, tidak mengherankan kalau kemudian Batam disebut sebagai entry point penyebaran HIV/AIDS ke seluruh Nusantara karena PSK yang beroperasi di Batam datang dari berbagai daerah di Indonesia (Syaiful W. Harahap, Batam bisa Jadi ”Pintu Masuk” Epidemi HIV/AIDS Nasional, Harian ”Sinar Harapan”, 3 Agustus 2001).

AIDS di Kota Makassar, Sulsel, Penyebarannya Didorong PSK Tidak Langsung


Tanggapan Berita. “Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Makassar (Prov Sulawesi Selatan-pen.) mencatat kenaikan jumlah pengidap HIV/AIDS yang sangat pesat. Data terakhir, pertambahan jumlah pengidap angkanya bahkan mencapai 31,8 persen.” Ini lead di berita “Pengidap HIV/AIDS Meningkat” (jpnn.com, 10/8-2012)

Angka berupa jumlah kasus HIV/AIDS akan terus meningkat atau bertambah seiring dengan jumlah kasus HIV/AIDS yang baru terdeteksi karena pelaporan kasus HIV/AIDS di Indonesia dilakukan dengan cara kumulatif. Kasus lama ditambah kasus baru. Begitu seterusnya sehingga angka kasus tidak akan pernah tutun biar pun banyak pengidap HIV/AIDS yang meninggal.

Dilaporkan kasus kumulatif HIV/AIDS di Kota Makassar mencapai 4.018.
Sebuah lokasi pusat hiburan
malam di Makassar

Menurut Kepala Dinas Kesahatan Kota Makasar, Naisyah Tun Asikin, dalam kurun lima tahun terakhir peningkatan jumlah pengidap HIV/AIDS angkanya terus menanjak. Hanya saja menurut dia, pertambahan jumlah pengidap HIV/AIDS tersebut, bukanlah gambaran kegagalan program dinas kesehatan.

Dari satu sisi penemuan kasus HIV/AIDS baru merupakan keberhasilan, tapi perlu diingat bahwa itu terjadi di hilir. Artinya, Dinkes Kota Makassar menunggu ada dulu penduduk yang tertular HIV/AIDS baru dideteksi.

Menemukan kasus baru berarti memutus mata rantai penyebaran HIV karena yang terdeteksi HIV/AIDS akan dikonseling agar tidak menularkan HIV kepada orang lain.

Tapi, apakah Pemkot Makassar mempunyai mekanisme yang realistis untuk mendeteksi kasus HIV/AIDS di masyarakat?

15 Agustus 2012

Klungkung, Bali: HIV/AIDS Terdeteksi pada Petani


Tanggapan Berita. Dari Klungkung, Bali, dikabarkan kasus HIV/AIDS terdeteksi di kalangan petani. Kasus kumulatif HIV/AIDS di Kab Klungkung dilaporkan 87 (HIV di Klungkung Menular ke Petani, Bali Post, 11/8-2012).

profil petani Bali
Tentu saja kasus HIV/AIDS yang terdeteksi pada petani bukan sesuatu yang perlu disikapi dengan panik karena risiko seseorang tertular HIV tergantung pada perilaku, terutama perilaku seksual yang bersangkutan.

Apakah mobilitas petani di Kab Klungkung, daerah di timur laut Kota Denpasar yang berbatasan dengan Selat Badung, itu tinggi?

Ternyata risiko tertular HIV pada petani Klungkung bukan karena mobilitas mereka yang tinggi, tapi karena ada kontak langsung dengan kalangan lain yaitu pemborong yang memanen hasil pertanian penduduk. Disebutkan: “ …. di kelompok pemborong itulah diduga terkadang sering menjadi ajang transaksi seks yang berlokasi di gubuk-gubuk sementara yang dibangun oleh pemborong.”

Manado, HIV/AIDS Terbanyak di Sulawesi Utara


suasana kemeriahan sebuah tempat hiburan malam di Manado
Tanggapan Berita. Dikabarkan bahwa kasus kumulatif HIV/AIDS di Kota Manado terbanyak di Prov Sulawesi Utara (Sulut). Di Manado dilaporkan 412 kasus HIV/AIDS yang terdiri atas 130 HIV dan 282 AIDS. Sedangkan kasus kumulatif HIV/AIDS di Sulut tercatat 1.033 yang terdiri atas 365 HIV dan 646 AIDS. Itu artinya, kasus HIV/AIDS yang terdeteksi di Kota Manado 39,9 persen dari kasus Sulut (Astaga temuan kasus HIV/AIDS terbanyak di Manado,  Antara Sulut, 19/6-2012).

Tapi, tunggu dulu. Tidak semua kasus HIV/AIDS yang tercatat di Kota Manado terdeteksi pada penduduk Kota Manado. Sayang, hal ini tidak dikembangkan oleh wartawan yang menulis berita ini.

Sebelum klinik VCT (tempat tes HIV gratis secara sukarela dengan konseling) dijalankan di beberapa kabupaten dan kota, tempat tes HIV hanya ada di Kota Manado. Maka, tidak mengherankan kalau ada penduduk luar Kota Manado yang tes HIV di Manado dan dicatat sebagai kasus di Manado.

14 Agustus 2012

Takut Kena AIDS Karena Dua Tahun Melakukan Seks Berisiko


Tanya-Jawab AIDS No 003 /Agustus 2012

Pengantar. Tanya-Jawab ini adalah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dikirim melalui surat, telepon, fax, SMS, dan e-mail. Jawaban disebarluaskan tanpa menyebut identitas yang bertanya dimaksudkan agar bisa berbagi informasi yang akurat tentang HIV/AIDS. Yang ingin bertanya, silakan kirim pertanyaan melalui: surat ke LSM ”InfoKespro”, PO Box 1244/JAT, Jakarta 13012, e-mail infokespro@yahoo.com dan SMS 08129092017. Redaksi.

*****

Tanya: Saya pria, 35 tahun, melakoni perilaku beresiko sejak tahun 2010. Pada bulan November 2011 saya terjangkit GO (gonorrhea yang lebih dikenal sebagai kencing nanah). Saya berobat di dokter umum sejak Bulan November 2011 sampai Februari 2012. Dokter menyuntik saya  pada hari ke-3 setelah tertular GO. Saya diberi obat minum (saya rasa antibiotik dan aciclovir). Sejak itu saya bolak-balik ke dokter karena keluhan-keluhan setelah tertular penyakit tersebut. Selama tiga minggu pengobatan pertama saya mengalami rasa takut karena seluruh badan lemas, linu-linu, sakit kepala dan terbangun di malam hari. Saya mengalami kandiasis di dinding kiri kanan mulut, tapi tidak menyebar. Pada bulan Februari 2012 saya tes darah dan semua hasil normal termasuk anti-HIV hasilnya nonreaktif,

Namun, keluhan penyakit saya masih ada saja ada, suhu badan meningkat (lebih hangat dibanding sebelum terserang GO), sakit pundak sebelah kanan dan kemudian menyebar ke seluruh punggung, kandiasis baru di bulan ini saya obati dengan obat (miconazol cream) yang saya beli di apotek tanpa konsultasi dengan dokter. Saya juga sering kesemutan, kulit  kering dan pori-pori  kulit  di wajah membesar. Saya ingin bertanya: (1) Apakah ini gejala-gejala tsb. termasuk fase HIV atau bawaan penyakit GO yang belum sembuh? (2) Ke mana semestinya saya berobat lebih dulu untuk memastikan penyakit saya? (3) Apakah jika saya tes HIV lagi bisa ketahuan juga penyakit lainnya? Mohon jawaban. Terima kasih.

Tn ”Z” (via e-mail, 12/8-2012)

HIV/AIDS di Kab Sintang, Kalbar, Dicegah dengan Perilaku Hidup Sehat


Tanggapan Berita. “Pemerintah Kabupaten Sintang (Prov Kalimantan Barat-pen.) menemukan setidaknya 18 kasus HIV/AIDS setiap tahun. Dimana dalam rentang 2006 hingga Maret 2012 telah tercatat 102 kasus. Karena itu sebagai upaya pencegahan diharapkan semua kalangan masyarakat menumbuhkan perilaku hidup sehat dan menjauhkan diri dari hubungan bebas.” Ini lead di berita “18 Kasus HIV/AIDS Setiap Tahun” (www.pontianakpost.com, 8/8-2012). 

Kasus HIV/AIDS yang terdeteksi pada setiap tahun belum tentu insiden penularan terjadi pada tahun tsb.

Pertama, kalau kasus HIV/AIDS terdeteksi pada masa AIDS, suatu kondisi orang yang sudah tertular HIV, berarti ybs. Sudah tertular HIV antara 5 – 15 tahun sebelumnya.

Kedua, kalau kasus HIV/AIDS terdeteksi belum pada masa AIDS, maka yang bersangkutan minimal sudah tertular tiga bulan sebelumnya.

Ketiga, pernyataan “upaya pencegahan diharapkan semua kalangan masyarakat menumbuhkan perilaku hidup sehat dan menjauhkan diri dari hubungan bebas” tidak akurat karena tidak ada kaitan langsung antara hidup tak sehat dan hubungan bebas dengan penularan HIV.

13 Agustus 2012

HIV/AIDS di Sumut, Penanggulangan Berupa Layanan kepada Odha


Tanggapan Berita.  “Pemerintah terus meningkatkan layanan pengobatan, perawatan, dukungan dan kepedulian bagi orang dengan HIV/AIDS (ODHA), yang dimulai dari rujukan di rumah sakit untuk terapi ARV, kemudian dikembangkan ke tingkat pelayanan sekunder dan primer seperti puskesmas.” Ini pernyataan pada lead berita “Pemerintah tingkatkan layanan bagi ODHA” (www.waspada.co.id, 7/8-2012).

Kasus kumulatif HIV/AIDS di Prov Sumatera Utara (Sumut) sampai Juni 2012 dilaporkan 3.422.

Layanan pemerintah yang dimaksud pada lead berita itu merupakan penanggulangan di hilir. Layanan tsb, yaitu pengobatan, perawatan, dukungan dan kepedulian bagi Odha (Orang dengan HIV/AIDS) baru bisa dilakukan kalau ada yang sudah tertular HIV atau mengidap HIV/AIDS. Itu artinya pemerintah menunggu sampai ada penduduk yang tertular HIV (di hulu) baru ditangani dengan layanan pengobatan, perawatan, dukungan dan kepedulian.

Lebih jauh Plt Kabid Penanggulangan Masalah Kesehatan (PMK), Dinas Kesehatan Sumut, Sukarni, mengatakan: "Untuk itu diperlukan pembentukan lima layanan komprehensif di lima puskesmas di Kota Medan agar sistim efisien efektif serta membangun jejaring yang saling mengisi dan mendukung guna keberhasilan program penanggulangan HIV/AIDS." 

Langkah dinas kesehatan itu lagi-lagi menunjukkan yang dilakukan adalah penanganan di hilir. Lima puskesmas di Kota Medan itu hanya akan menunggu penduduk yang sudah mengidap HIV/AIDS.

HIV/AIDS di Jawa Timur Terbanyak pada Ibu Rumah Tangga



Tanggapan Berita. “Jumlah penderita AIDS di Jawa Timur mengalami peningkatan tajam. Bahkan penderita AIDS bukan didominasi kaum laki-laki, tapi terbanyak adalah ibu rumah tangga.” Ini lead di berita “Penderita AIDS di Jatim Terbanyak Kedua, Terbanyak Ibu Rumah Tangga” (surabaya.detik.com, 08/8-2012).

Pernyataan “jumlah penderita AIDS di Jawa Timur mengalami peningkatan tajam” menggambarkan wartawan atau redaktur yang membuat lead berita ini tidak memahami cara pelaporan kasus HIV/AIDS di Indonesia. Tapi, ternyata narasumber berita ini pun sama saja. Coba simak pertanyaan Kepala BKKBN Perwakilan Provinsi Jawa Timur ini: "Penderita AIDS di Jatim mengalami peningkatan tajam. Bahkan penderita AIDS di Jatim terbanyak nomor 2 setelah DKI Jakarta."

Karena pelaporan kasus HIV/AIDS di Indonesia dilakukan dengan cara kumulatif, maka angka kasus yang dilaporkan akan terus meningkat atau bertambah karena kasus lama ditambah kasus baru. Begitu seterusnya. Biar pun pengidap HIV/AIDS banyak yang meninggal, angka laporan kasus HIV/AIDS tidak akan turun.

12 Agustus 2012

Seks Oral Siswa SMU

Tanya-Jawab AIDS No  002/Agustus 2012

Pengantar. Tanya-Jawab ini adalah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dikirim melalui surat, telepon, fax, SMS, dan e-mail. Jawaban disebarluaskan tanpa menyebut identitas yang bertanya dimaksudkan agar bisa berbagi informasi yang akurat tentang HIV/AIDS. Bagi Anda yang ingin bertanya, silakan kirim pertanyaan melalui: surat ke LSM ”InfoKespro”, PO Box 1244/JAT, Jakarta 13012, e-mail infokespro@yahoo.com dan SMS 08129092017. Redaksi.
 *****
Tanya: Saya, siswa kelas 2 SMA, pernah melakukan hal yang berisiko. Nah, saya takut banget. Saya ceritakan dari awal. Ini pertama kali. Awalnya saya ciuman dengan pasangan saya. Kemudian jari saya masukkan ke vaginanya. Penis saya dilumat (seks oral-pengasuh). Tapi, semua tidak lebih dari 20 menit. Bagaimana risiko penularannya? 

Saya sudah tes seminggu setelah kejadian itu dengan hasil negatif. Saya disuruh lagi datang tiga bulan lagi. Cewek saya itu sering melakukan hubungan seksual dengan laki-laki lain, tapi waktu itu saya tidak ML (making love, melakukan hubungan seksual-pengasuh). Kami  cuma seks oral. Tapi, biar pun hasil tes negatif saya terus dihantui ketakutan tertular. Demi Allah saya jujur. Saya tidak pernah ML. Perbuatan berisiko hanya seks oral itu saja. Saya takut tertular. Ibu saya lemah jantung. Saya nangis terus. Saya tidak tahu masa depan saya kalau saya tertular HIV. Saya ingin membahagiakan orang tua saya. Tapi, saya takut sudah tertular  HIV. Ada yang bilang dalam tiga bulan hasil tes bisa berubah, ada juga yang bilang tidak berubah asalkan tidak melakukan perilaku berisiko lagi.

Adi (nama samaran), Jakarta Utara (via SMS, 25/7-2012)

Kasus Baru HIV/AIDS di Indonesia Terus Bertambah

Tanggapan Berita. “Data dari berbagai negara menujukkan infeksi baru untuk HIV menurun. Namun kondisi ini berbanding terbalik dengan di Indonesia yang justru meningkat.” Ini pernyataan di lead berita “Infeksi Baru HIV di Banyak Negara Menurun, Indonesia Malah Meningkat” (detikHealth, 3/8-2012).

Di banyak negara di Afrika, Eropa Barat, serta AS, dan Australia sejak awal tahun 2000 penemuan kasus HIV/AIDS baru sudah menunjukkan statistik yang mendatar.  Sebaliknya, di kawasan Asia Pasifik statistik penemuan kasus baru justru meroket.

Kondisi itu terjadi bukan karena sudah ada obat atau vaksih HIV/AIDS, tapi penduduk di sana sudah mengetahui cara-cara penularan dan pencegahan yang akurat. Sebaliknya, di kawasan Asia Pasifik, terutama Indonesia, cara pencegahan dengan kondom pada hubungan seksual yang berisiko tertular HIV justru ditentang dan ditolak habis-habisan.