Tanggapan Berita (28/12-2012) –"Berdasarkan data Dinas
Kesehatan (Dinkes) selama tahun ini terdapat enam warga yang terserang HIV/AIDS
yang tersebar di lima kecamatan di Kabupaten Solok." Ini pernyataan Bupati
Solok, Prov Sumatera Barat, Syamsu Rahim, dalam berita “Enam Warga Solok
Tertular HIV/AIDS” di metrotvnews.com (16/12- 2012).
Pernyataan Pak Bupati ini
menunjukkan pamahaman yang tidak akurat terhadap HIV/AIDS sebagai fakta medis. Sebagai virus, HIV
tidak menyerang karena HIV tidak ada di alam bebas.
Dalam jumlah yang bisa
ditularkan HIV hanya terhadap dalam tubuh pengidap HIV/AIDS di darah, air mani,
cairan vagina dan air susu ibu (ASI). Penularan HIV terjadi jika salah satu
cairan tsb. mengidap HIV/AIDS dan masuk ke tubuh orang lain, misalnya, melalui
hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah, transfusi darah,
jarum suntik, dan menyusui.
Disebutkan oleh bupati: "Dari
segi jumlahnya Solok masih di bawah, namun ke depannya akan tetap menjadi
prioritas dalam upaya pencegahan menularnya virus mematikan tersebut."
Lagi-lagi Pak Bupati menyampaikan pernyataan yang ngawur. HIV dan AIDS atau
HIV/AIDS tidak mematikan. Belum
ada laporan kematian pengidap HIV/AIDS karena HIV atau AIDS.
Kematian pada pengidap HIV/AIDS terjadi di masa AIDS, yaitu masa yang
terjadi pada rentang waktu antara 5-15 tahun setelah tertular HIV. Pada masa
AIDS penyakit mudah menyerang pengidap HIV/AIDS. Penyakit-penyakit yang ada
pada masa AIDS, disebut infeksi oportunistik, seperti diare dan TBC menyebabkan
kematian pada pengidap HIV/AIDS.
Disebutkan bahwa pihaknya bertekad terus berupaya memberikan pemahaman
kepada masyarakat tentang bahaya dari virus yang belum ditemukan obatnya itu.
Yang diperlukan bukan informasi tentang HIV/AIDS, tapi langkah konkret
untuk menanggulangi penyebaran HIV.
Di bagian lain Pak Bupati mengatakan: "Kita sudah sama-sama mengetahui
penularan virus berbahaya tersebut berasal dari hubungan seks bebas, dan
narkotik obat berbahaya (narkoba), dan kita akan upayakan memberikan
sosialisasi yang intensif kepada masyarakat."
Lagi-lagi informasi yang menyesatkan. Kalau ’seks bebas’ diartikan sebagai
zina atau melacur, maka tidak ada kaitan langsung antara zina dan melacur
dengan penularan HIV. Penularan HIV melalui hubungan seksual bisa terjadi kalau
salah satu mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom setiap kali
sanggama (kondisi hubungan seksual) bukan karena zina atau melacur (sifat
hubungan seksual).
Apakan Pak Bupati bisa menjamin tidak ada laki-laki dewasa penduduk Solok yang melacur tanpa kondom di Solok atau di luar Solok?
Kalau jawaban Pak Bupati mengatakan bisa, maka tidak ada yang perlu
dirisaukan karena tidak ada penyebaran HIV dengan faktor risiko hubungan
seksual.
Tapia, kalau jawaban Pak Bupati mengatakan tidak bisa, maka ada persoalan
besar terkait penyebaran HIV di Solok yaitu dilakukan oleh laki-laki yang
tertular HIV di masyarakat secara horizontal al. melalui hubungan seksual tanpa
kondom di dalam dan di luar nikah.
Pak Bupati dikabarkan mengimbaua agar orang tua di Solok memberikan pemahaman kepada anaknya tentang
bahaya virus HIV/AIDS tersebut, serta mengontrol pergaulan anak.
Ini merupakan penyangkalah terhadpa perilaku laki-laki dewasa. Yang terjadi
di banyak daerah saat ini adalah kasus HIV/AIDS terdeteksi pada ibu rumah
tangga. Ini terjadi karena suami yang mengidap HIV/AIDS. Istri-istri tertular
HIV dari suami.
Maka, yang diperlukan sekarang adalah mengajak laki-laki dewasa agar tidak
melacur tanpa kondom di Solok atau di luar Solok baik dengan pekerja seks
komersial (PSK) langsung (PSK di lokasi pelacurna, warung remang-reman, dll.)
maupun dengan PSK tidak langsung (cewek kafe, cewek biliar, cewek pemijat, anak
sekolah, mahasiswi, ibu-ibu, cewek panggilan, dll.).
Pak Bupati boleh-boleh saja menepuk dada sambil berujar lantang: Di Solok
tidak ada pelacuran!
Dari satu sisi Pak Bupati benar. Tapi, dari sisi lain yang tidak ada adalah
lokalisasi pelacuran ’remsi’ yang ditangani oleh dinas sosial. Sedangkan
prakrek pelacuran terjadi di sembarang tempat dan sembarang waktu.
Selama ada laki-laki dewasa penduduk Solok yang melacur tanpa kondom dengan
PSK langsung atau PSK tidak langsung di Solok atau di luar Solok, maka selama
itu pula penyebaran HIV/AIDS akan terus terjadi di Solok. Kelak akan bermuara
pada ’ledakan AIDS’. ***[AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap]***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.