Tanggapan Berita (2/12-2012) – ”Pemerintah Kota Jakarta Barat menargetkan wilayahnya bebas
dari HIV/AIDS (Getting To Zero) pada
tahun 2015. Bersama dengan Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, Bali, Jakarta
Barat menjadi target monitoring dan evaluasi pelaksanaan Getting To Zero
2012-2015.” Ini lead pada berita ”Sukarno
targetkan Jakarta Barat bebas HIV/AIDS tahun 2015” di www.merdeka.com
(29/11-2012).
Adalah hal yang mustahil
wilayah Jakarta Barat akan ’bebas HIV/AIDS’ pada tahun 2015. Ada beberapa hal
yang diabaikan, yaitu:
(1) Penularan HIV antar
penduduk pada rentang waktu tahun 2012-2015 akan terus terjadi karena tidak
semua penduduk Jakarta Barat menjalani tes HIV sehingga masih ada penduduk yang
mengidap HIV/AIDS yang tidak terdeteksi.
(2) Tidak bisa dijamin sebagian
laki-laki dewasa penduduk Jakarta Barat tidak akan ada yang melakukan hubungan
seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah dengan pasangan yang
berganti-ganti di wilayah Jakarta Barat atau di luar wilayah Jakarta Barat.
(3) Tidak bisa dijamin sebagian
laki-laki dewasa penduduk Jakarta Barat tidak akan ada yang melakukan hubungan
seksual tanpa kondom dengan pasangan pekerja seks komersial (PSK) di wilayah
Jakarta Barat atau di luar wilayah Jakarta Barat.
(4) Tidak bisa dijamin tidak
akan ada penduduk Jakarta Barat yang tertular HIV melalui transfusi darah
dan jarum suntik pada penyalahguna
narkoba (narkotika dan bahan-bahan berbahaya).
(5) Tidak ada program yang
konkret di Jakarta Barat untuk menurunkan insiden infeksi HIV baru pada
laki-laki dewasa melalui hubungan seksual dengan PSK.
Lima hal di atas merupakan batu
ganjalan terhadap rencana ’bebas HIV/AIDS’.
Maka harapan Wakil Wali Kota
Jakarta Barat, Sukarno, nanti pada 2015 Jakarta Barat benar-benar tidak ada
penularan HIV/AIDS adalah mimpi di siang bolong yang menggambarkan ’bak punguk
merindukan bulan’. Suatu hal yang mustahil.
Dikabarkan Pemkot Jakarta Barat
dan para pengusaha menjalin komitmen bersama untuk mencegah penularan HIV/
AIDS. Menurutnya, Jakarta Barat dipilih sebagai target monitoring karena
banyaknya tempat hiburan malam di wilayah itu.
Pertanyaannya: Apa langkah
konkret yang dilakukan oleh Pemkot Jakarta Barat dan pengusaha tempat hiburan
untuk mencegah insiden infeksi HIV baru pada laki-laki yang melacur di tempat
hiburan malam di Jakarta Barat?
Tidak ada. Maka, tidak ada
jaminan dari tahun 2012-2015 tidak akan ada lagi insiden infeksi HIV baru.
Seperti disampaikan oleh Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS DKI Jakarta, Rohana Manggala, sampai September 2012 tercatat 6.299 kasus kumulatif HIV/AIDS di Jakarta. Dari jumlah ini 13 persen terdeteksi pada penduduk Jakarta Barat.
Menurut Rohana, angka tersebut
diperkirakan bisa lebih, mengingat masih banyak orang dengan HIV/ AIDS yang
belum didata.
Maka, penduduk Jakarta Barat
yang mengidap HIV/AIDS tapi belum terdeteksi akan menjadi mata rantai
penyebaran HIV/AIDS di masyarakat tanpa mereka sadari.
Selain penularan oleh penduduk
Jakarta Barat yang mengidap HIV/AIDS tapi tidak terdeteksi, perilaku sebagian
laki-laki dewasa penduduk Jakarta Barat yang melacur dengan pekerja hiburan
malam akan menambah jumlah insiden infeksi HIV baru.
Jika Pemkot Jakarta Barat tidak
mempunyai program yang konkret berupa intervensi terhadap lima faktor pendorong
di atas, maka harapan ’bebas HIV/AIDS’ hanyalah isapan jempol belaka. Pepesan
kosong. ***[AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap]***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.