Tanggapan Berita (26/12-2012)
– “ …. perlu usaha melindungi hak perempuan dan anak untuk mendapatkan
pendidikan seluas-luasnya termasuk kesehatan seksual dan reproduksi serta
keterampilan hidup. Perlu perbaikan pengelolaan pelayanan berbasis masyarakat
untuk mengurangi beban perempuan untuk merawat keluarga yang menderita AIDS.”
Ini pernyataan anggota DPRD Sumut, Richard Eddy M Lingga, SE, dalam acara di
Kab Tanah Karo, Sumut, dalam berita “Generasi Muda Harus Diselamatkan dari
Ancaman HIV/ AIDS” di harianandalas.com (21/12-
2012).
Kasus
kumulatih HIV/AIDS di Tanah Karo dilaporkan 295 yang terdeteksi pada priode
2006-2011 (analisa.com, 2/11-2011).
Celakanya,
dalam berita tidak ada penjelasan yang rinci tentang cara berupa program yang
konkret untuk melindungi perempuan dan anak-anak. Lagi-lagi ini hanya
jargon moral sebagai bahan retorika politik.
Sama halnya dengan teman Hari AIDS Sedunia
1 Desember 2012 ”Lindungi Perempuan dan Anak dari HIV/AIDS” pemerintah sama
sekali tidak mempunyai program yang konkret untuk mewujudkan tema ini. Semua
hanya jargon-jargon bak ’bahasa dewa’ moral yang tidak membumi.
Disebutkan: ” .... dari depan pentas salah seorang perempuan yang mengaku
sebagai penderita HIV/AIDS, mengajak seluruh hadirin untuk tidak
segan-segan memeriksakan darahnya paling tidak setahun sekali.”
Pernyataan perempan yang mengaku penderita HIV/AIDS ini tidak akurat karena
tidak semua orang harus menjalani tes HIV. Soalnya, tidak semua orang
perilakunya berisiko tertular HIV. Perilaku berisiko tertular HIV, al.
melakukan hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah dengan
pasangan yang berganti-ganti atau dengan yang sering berganti-ganti pasangan,
seperti pekerja seks komersial (PSK) baik PSK langsung (PSK di lokasi
pelacuran, di jalanan) dan PSK tidak langsung (PSK yang menyamar sebagai cewek
kafe, cewek bar, pelajar, mahasiswi, dll.).
Anggota DPRD Sumut itu pun berujar: ” ....
sebagai wakil rakyat
di DPRD Sumut merasa bertanggungjawab untuk datang ke daerah ini mengampanyekan
bahaya HIV/AIDS.”
Yang diperlukan bukan mengkampanyekan bahaya HIV/AIDS, tapi membuat program
penanggulangan yang konkret dan sistematis. Tanpa ada program yang konkret
kampanye hanya bagaikan angin lalu di telinga masyarakat.
Disebutkan: ”Perempuan dan anak sebagai fokus kampanye AIDS tahun ini
semestinya bisa lebih diperhatikan dan didukung karena sangat rentan.”
Pertanyaan untuk anggota DPRD Sumut itu: Mengapa perempuan dan anak rentang
tertular HIV?
Kalau saja anggota DPRD Sumut itu memamai perspektif gender, maka akan
muncul jawaban dari pertanyaan di atas yang pada gilirannya akan bisa
memberikan langkah yang konkret.
Tanpa program yang konkret penyebaran HIV/AIDS di Tanah Karo akan terus
terjadi yang kelak bermuara pada ’ledakan AIDS’. ***[AIDS Watch Indonesia/Syaiful
W. Harahap]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.