Berita (26/12-2012) – Ditjen
PP & PL, Kemenkes RI, melaporkan kasus HIV/AIDS terbaru (30/11-2012) dalam
triwulan Juli s.d. September 2012 ada tambahan kasus HIV dan AIDS sebanyak
6.806 yang terdiri atas 5.489 HIV dan 1.317 AIDS.
Persentase kasus baru pada kasus
HIV terbanyak dilaporkan pada kelompok umur 25-49 tahun (73,7%), kelompok umur
20-24 tahun (15,0%) dan kelompok umur ≥50 tahun (4,5%).
Perbandingan antara laki-laki dan
perempuan pada kasus HIV yang terdeteksi pada rentang waktu Juli-September 2012
adalah 1:1.
Sedangkan faktor risiko (media
penularan) HIV tertinggi adalah melalui hubungan seksual yang tidak aman pada
heteroseksual yaitu laki-laki ke perempuan dan sebaliknya (50,8%), penggunaan
jarum suntik tidak steril pada penyalahguna narkoba (9,4%), dan LSL/lelaki suka
seks lelaki (7%).
Kasus HIV yang terdeteksi pada
masa AIDS di priode Juli sampai September 2012 dilaporkan 1.317. Persentase
kasus AIDS terbanyak pada kelompok umur 30-39 tahun (40,7%), kelompok umur
20-29 tahun (29,0%) dan kelompok umur 40-49 tahun (17,3%).
Perbandingan kasus AIDS pada
laki-laki dan perempuan adalah adalah 2:1. Kasus AIDS terbanyak dilaporkan dari Prov Jakarta (648), Jawa Tengah (140),
Bali (102), Jawa Barat (80), dan Kepulauan Riau (78).
Persentase faktor risiko terbanyak pada kasus AIDS adalah hubungan seksual
yang tidak aman pada heteroseksual (81,9%), penggunaan jarum suntik pada
penyalahguna narkoba (7,2%), dari ibu (positif HIV) ke anak (4,6%) dan LSL/lelaki
suka seks lelaki (2,8%).
Jumlah pengidap HIV/AIDS yang meminum obat antiretroviral (ARV) sampai
bulan September 2012 tercatat 28.383, dengan rincian 27.155 (96%) dewasa dan 1.228 anak-anak (4%). Dari
jumlah ini yang memakai obat ARV lini 1 27.134 (95,6%), dan lini 2 1.249 (4,5%).
Dengan tambahan kasus baru itu, maka jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS sejak
1 April 1987 s.d. 30 September 2012 adalah 131.685 yang terdiri atas 92.251 HIV dan 39.434 AIDS dengan 7.293 kematian.
Pada Gambar 1 dapat dilihat jumlah kasus AIDS berdasarkan jenis kelamin.
Sedangkan jumlah kasus AIDS berdasarkan faktor risiko (perkiraan cara
penularan) dapat dilihat pada Gambar 2.
Di Gambar 3 dapat dilihat jumlah kasus AIDS berdasarkan kelompok umur.
Pertambahan kasus baru tersebut mempengaruhi peringkat provinsi berdasarkan
jumlah kasus AIDS yang dapat dilihat di Gambar 4.
Peringkat provinsi secara nasional berdasarkan jumlah kumulatif kasus
HIV/AIDS dapat disimak di Gambar 5.
Biar pun kasus HIV dan AIDS terus bertambah, tapi pemerintah belum juga
membuat program penanggulangan, terutama menurunkan insiden infeksi HIV baru
pada laki-laki yang melacur, yang konkret. Maka, tidaklah mengherankan
kalau kemudian kasus HIV/AIDS terus terdeteksi pada ibu rumah tangga.
Selama pemerintah menganggap
tidak ada pelacuran hanya karena tidak ada lokalisasi pelacuran ‘resmi’ (yang
ditangani dinas sosial), maka selama itu pula praktek pelacuran akan menjadi
‘ladang penyebaran HIV/AIDS’ dari laki-laki ‘hidung belang’ ke pekerja seks dan
sebaliknya.
Kita hanya bisa berharap semoga
tidak (akan) terjadi ‘ledakan AIDS’. ***[AIDS Watch Indonesia/Syaiful
W. Harahap]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.