Tanya-Jawab AIDS No 24/Desember 2012
Pengantar. Tanya-Jawab ini adalah
jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan melalui telepon, SMS, dan e-mail.
Jawaban disebarluaskan tanpa menyebut identitas yang bertanya dimaksudkan agar
bisa berbagi informasi yang akurat tentang HIV/AIDS. Yang ingin bertanya,
silakan kirim pertanyaan melalui: (1) Surat
ke LSM “InfoKespro” PO Box 1244/JAT Jakarta 13012, (2) e-mail aidsindonesia@gmail.com, (3) Telepon
(021) 4756146, atau (4) SMS 08129092017. Redaksi.
*****
Tanya: (1) Kalau tes HIV di klinik VCT rumah sakit
umum (RSU) pemerintah apakah hasilnya
akurat jika sudah lewat masa jendela? Tanggal 7 April 2012 saya tes HIV di
klinik VCT RSU di Bali. Hasilnya nonreaktif. Saya
melalukan perilaku berisko 13 tahun yang lalu. Yang membuat saya bingung
konselornya tidak kompak. Ada yang menyuruh saya tes lagi, ada pula yang
mengatakan tidak perlu tes lagi. Waktu tes saya tidak diberitahu soal masa
jendela. Saya mencari sendiri. Saya terpaksa belajar internet hanya untuk
mencari informasi tentang masa jendela. Ketika konselor mengambil darah saya,
ada yang mengatakan: ”Awas darahnya tertukar.” Saya jadi stres. Yang ngotot
menyuruh saya tes lagi adalah konselor dari sebuah yayasan yang ada di klinik
tsb., dengan alasan tergantung daya tahuan tubuh biar pun perilaku berisiko
sudah terjadi di waktu yang lalu. Akhirnya saya tes lagi di sebuah yayasan
tanggal 21 Agustus 2012. Hasilnya nonreaktif. Nah, dari kejadian tsb. saya jadi
khawatir terus. Soalnya, berat badan saya menyusut.
”Zz”, Bali, via SMS 8/12-2012
Jawab: (1) Kalau Anda memang jujur bahwa perilaku berisiko tertular HIV yang
terakhir Anda lakukan terjadi 13 tahun yang lalu, maka hasil tes itu akurat. Cuma, tidak jelas reagent apa yang dipakai untuk tes HIV. Soalnya, setiap
tes HIV, nonreaktif dan reaktif, harus dikonfirmasi dengan tes lain. Biasanya,
tes pertama dengan ELISA dan konfirmasi dengan tes Western blot. Tapi, karena
tes Western blot hanya ada di RSCM Jakarta dan harganya mahal, maka ada cara
yang direkomendasikan WHO (Badan Kesehatan Dunia) yaitu tes ELISA tiga kali
dengan reagent dan cara yang berbeda. Nah, kalau ini yang dilakukan di klinik
VCT itu maka tes Anda akurat, dengan catatan Anda jujur.
Kalau ada salah satu dari konselor yang
menyuruh Anda tes lagi mungkin dia ragu-ragu Anda jujur. Dia melakukan standar
operasi yang baku karena setiap tes diminta tes lagi tiga bulan berikutnya,
tapi dengan catatan tidak lagi melakukan perilaku berisiko tertular HIV. Alasan
daya tahan tubuh tidak ada kaitannya karena jika seseorang tertular HIV, maka
tubuh otomatis akan memproduksi antibody HIV. Nah, tes HIV dengan ELISA mencari
antibody HIV yang sudah terbentuk minimal tiga bulan setelah tertular (dalam
kaitan ini tiga bulan setelah perilaku berisiko tertular HIV yang terakhir
dilakukan).
Tidak ada kaitan langsung antara berat
badan yang turun dengan HIV/AIDS selama Anda tidak pernah melakukan perilaku
berisiko tertular HIV.
Tes terakhir yang juga menunjukkan
hasil nonreaktif akan akurat kalau Anda jujur. Artinya, Anda hanya melakukan
perilaku berisiko tiga belas tahun yang lalu.
Tapi, maaf, kalau Anda menikah perlu
juga diperhatikan perilaku istri Anda. Apakah dia pernah melakukan perilaku
berisiko, seperti transfusi darah, memakai jarum suntik berganti-ganti, atau
pernah menikah sebelumnya?
Kalau ada jawaban ya dari salah satu
perilaku di atas, maka bisa saja Anda berisiko tertular dari istri. Kalau
jawabannya tidak untuk semua perilaku tsb. maka Anda tidak berisiko tertular
HIV dari istri Anda. ***[AIDS Watch
Indonesia/Syaiful W. Harahap]***
setiap ada yang menanyakan tempat tes hiv anda menunjuk klinik vct rumah sakit pemerintah, tapi sekarang anda sendiri meragukan tempat yang anda tunjukkan, wah aneh anda ini....
BalasHapusPertama di tes hiv hasilnya reaktip tpi pas di ts r3 dua kali hasilnya non reaktip tolong penjelasanya
BalasHapus