04 November 2012

Petuah Seks kepada Generasi Muda Hanya Sebatas Jargon Moral dan Retorika



Tanggapan Berita (5/11-2012) – “Dari total kasus HIV/AIDS di Indonesia yang dilaporkan pada 1 Januari-30 Juni 2012 tercatat sebanyak 9.883 kasus HIV dan 2.224 kasus AIDS, 45 persen di antaranya diidap oleh generasi muda.” Ini lead pada berita “45 persen generasi muda Indonesia terjangkit HIV/AIDS” (ANTARA News, 4/11-2012).

Ada beberapa fakta yang luput dari pernyataan pada lead berita tsb. yang bertolak dari pertanyaan, yaitu:

(1) Pada kalangan generasi muda mana banyak kasus HIV/AIDS terdeteksi?

(2) Apa faktor risiko (cara penularan) HIV/AIDS pada generasi muda yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS tsb.?

(3) Bagaimana generasi muda tsb. terdeteksi HIV/AIDS?

Karena tidak ada jawaban dari tiga pertanyaan ini, maka tidak ada gambaran nyata tentang risiko tertular HIV pada generasi muda. Gambaran tsb. menyudutkan dan memojokkan remaja.

Menurut Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN DR Sudibyo Alimoeso, MA: "Jumlah ini cukup besar dan memprihatinkan sekaligus mengancam hancurnya program investasi sumber daya manusia untuk mendukung pembangunan."

Yang lebih memprihatinkan adalah kian banyak suami yang menularkan HIV kepada istrinya sehingga anak yang dilahirkan istrinya berisiko tertular HIV/AIDS.

Remaja yang tertular HIV sudah ada pada terminal terakhir karena mereka tidak mempunyai pasangan tetap, terutama istri. Sedangkan laki-laki dewasa jika tertular  HIV akan menjadi mata rantai penyebaran HIV kepada pasangannya, seperti istri, bahkan ada yang beristri lebih dari satu. Bisa juga ke selingkuhan, pacar atau pekerja seks komersial (PSK).

Kalau saja wartawan mengajukan tiga pertanyaan di atas kepada Sudibyo, maka gambaran ril akan muncul dalam berita sehingga remaja tidak terpojok.

Jawaban pertanyaan nomor 1 adalah: kasus HIV/AIDS banyak terdeteksi pada kalangan generasi muda penyalahguna narkoba (narkotik dan bahan-bahan berbahaya).

Jawaban pertanyaan nomor 2 adalah: faktor risiko penularan HIV/AIDS pada kalangan generasi muda yang terdeteksi HIV/AIDS pada penyalahguna narkoba adalah penggunaan jarum suntik secara bersama-sama dengan bergantian ketika menyuntikkan narkoba.

Jawaban pertanyaan nomor 3 adalah: kalangan generasi muda  penyalahguna narkoba wajib tes HIV ketika mereka mau menjalani rehabilitasi.

Nah, kalau tiga jawaban ini muncul dalam berita maka data tentang HIV/AIDS pada generasi muda itu tidak sensasional dan tidak mengkhawatirkan.

Soalnya, pada kalangan dewasa, terutama laki-laki dewasa, penyalahguna narkoba, pezina, dan ‘hidung belang’ tidak ada tes HIV wajib. Akibatnya, kasus HIV/AIDS pada laki-laki dewasa beristri tidak bisa dideteksi secara sistematis. Maka, kasus HIV/AIDS justru banyak terdeteksi pada ibu-ibu rumah tangga yang kemudian mengarah kepada suami mereka yaitu laki-laki pezina dan ‘hidung belang’.

Disebutkan bahwa sebanyak 27 persen generasi muda Indonesia terlibat narkoba dan pergaulan seks bebas tercatat sebesar 20,9 persen.

Jargon ‘seks bebas’ ngawur bin ngawo karena tidak jelas juntrungannya. Kalau ‘seks bebas’ yang dimaksud wartawan dalam berita ini adalah zina atau melacur, maka tidak ada kaitan langsung antara zina dan melacur dengan penularan HIV. Penularan HIV melalui hubungan seksual (bisa) terjadi di dalam dan di luar nikah (sifat hubungan seksual) kalau salah satu dari pasangan yang melakukan hubungan seksual mengidap HIV/AIDS dan suami atau laki-laki tidak memakai kondom setitap kali sanggama (kondisi hubungan seksual).

Sejak remaja, khususnya remaja putra, ‘mimpi basah’ maka dorongan hasrat seksnya mulai membara. Celakanya, dorongan seks tidak bisa diganti dengan kegiatan lain.

Nah, kalau saja Sudibyo ingin menyelamatkan 20,9 persen remaja Indonesia yang melakukan hubungan seksual berisiko, maka berikan, dong, cara yang konkret bagi remaja bagaimana menyalurkan dorongan seksual yang aman.

Paling tidak, pengalaman Sudibyo ketika remaja untuk mengendalikan dorongan seks sehingga tidak pernah berzina atau melacur. Ini realistis sehingga bisa mejadi pegangan hidup bagi remaja Indonesia.

Kalau yang disampaikan oleh para pejabat, tokoh dan pakar hanya sebatas retorika yang justru bertolak belakang dengan kelakuan sebagian dari mereka ketika remaja maka itu tidak aka nada hasilnya. Semua yang dilakukan  oleh sebagian pejabat, tokoh dan pakar di masa remajanya akan terulang pada remaja sekarang. ***[AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap]***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.