15 November 2012

Penyebaran HIV/AIDS di Kaltim Menyalahkan PSK

Tanggapan Berita (16/11-2012) – “Tingginya angka pekerja seks komersial (PSK), di Kalimantan Timur (Kaltim) memberi imbas pada angka penyakit menular, salah satunya HIV/AIDS. Staf Bidang Pelayanan Kesehatan, Dinas Kesehatan (Diskes) Kaltim dr Asauk Pramustyo Hadi mengatakan, salah satu yang mendominasi penularan HIV/AIDS adalah seks bebas.” Ini lead pada berita “Seks Bebas Masih Dominan Penyebab HIV/AIDS. PSK Membludak, Penyakit Seks Menular Tambah Marak” (jpnn.com, 14/11-2012). 

Pernyataan pada lead berita di atas menunjukkan penyangkalan terkait dengan perilaku sebagian laki-laki dewasa di Kaltim yang gemar melacur tanpa kondom dengan PSK.

Kasus kumulatif HIV/AIDS di Kaltim dari tahun 1993 sampai 2012 mencapai  3.336  yang terdiri atas 2.559 HIV dan 777 AIDS.

Kesalahan bukan pada PSK, tapi ada pada laki-laki dewasa ‘hidung belang’ penduduk Kaltim, asli atau pendatang, yang pernah atau sering melacur dengan PSK langsung (PSK di lokasi atau lokalisasi pelacuran) dan PSK tidak langsung (PSK yang ‘menyamar’ sebagai cewek kafe, cewek pemijat, cewek diskotek, cewek pub, cewek kafe, cewek biliar, mahasiswi, pelajar, ibu-ibu, dll.) tanpa memakai kondom.

Terkait dengan HIV/AIDS dan PSK ada dua hal yang diabaikan, yaitu:

(1) Ada kemungkinan PSK yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS terular dari laki-laki dewasa lokal, asli atau pendatang. Laki-laki yang menularkan HIV kepada PSK dalam kehidupan sehari-hari bisa sebagai seorang suami, pacar, selingkuhan, dll.

(2) Ada kemungkinan PSK yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS sudah tertular HIV sebelum ‘praktek’ di Kaltim. Maka, laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan PSK tanpa kondom berisiko tertular HIV. Laki-laki yang tertular HIV dari PSK dalam kehidupan sehari-hari bisa sebagai seorang suami, pacar, selingkuhan, dll.

Laki-laki yang menularkan HIV kepada PSK dan Laki-laki yang tertular HIV dari PSK menjadi mata rantai penyebaran HIV di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Kasus-kasus HIV/AIDS yang terdeteksi pada ibu rumah tangga membuktikan suami mereka pernah atau sering melacur tanpa kondon dengan PSK langsung atau PSK tidak langsung.

Menurut dr Asauk: “Meski pemerintah telah meminta pada semua PSK untuk menggunakan alat yang dapat mencegah menyebarnya virus ini (HIV/AIDS), namun di lapangan tetap saja tidak sesuai yang diharapkan.”

Pernyataan dr Asauk lagi-lagi menunjukkan penyangkalan terkait dengan perilaku laki-laki ‘hidung belang’ di Kaltim.

Yang harus memakai kondom bukan PSK, tapi laki-laki ‘hidung belang’ karena kondom perempuan tidak tersedia secara luas. Selain itu posisi tawar PSK untuk memaksa laki-laki ‘hidung belang’ memakai kondom sangat rendah karena laki-laki ‘hidung belang’ memakai tangan germo untuk memaksa PSK meladeni mereka tanpa kondom.

Lagi pula, mengapa ada laki-laki dewasa penduduk Kaltim yang melacur?

Nah, lagi-lagi persoalan bukan pada PSK. Biar pun di Kaltim banyak PSK kuncinya tetap pada laki-laki. Kalau laki-laki tidak mencari PSK tentulah tidak terjadi pelacuran.

Data KPA Kaltim menunjukkan jumlah PSK langsung di lokasi dan lokalisasi pelcuran di tiga kota ada 3.367, yaitu: Balikpapan (40 lokasi dan lokalisasi Lembah Harapan Baru KM 16,5 serta eks lokalisasi Manggarsari), Samarinda (26 lokasi dan 3 lokalisasi), dan Tarakan (26 lokasi dan 2 lokalisasi). Selain itu ada pula praktek pelacuran di luar lokalisasi, seperti di tempat hiburan malam (THM) hingga praktik prostitusi berlabel indekos.   

Dengan jumlah PSK yang mencapai 3.367 tentulah jumlah laki-laki yang berisiko tertular HIV setiap malam sangat besar, yaitu: 3.367 PSK x 3 laki-laki/malam =

Masih menurut dr Asauk: Penggunaan kondom untuk mencegah penularan HIV/AIDS tidak dapat dipastikan.  Yang jelas, bila tak ingin tertular lebih baik menghindari perilaku seks bebas.

Kondom adalah alat untuk mencegah penularan HIV melalui hubungan seksual. Kalau yang dimaksud dengan ‘seks bebas’ adalah melacur, maka ini mitos (anggapan yang salah) karena penularan HIV bukan karena sifat hubungan seksual (seks bebas), tapi karena kondisi hubungan seksual (salah satu mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom).

Menurut Devi Kartika, pengelola Program Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kaltim, penyebaran HIV/AIDS seratus persen ditularkan oleh PSK.

Pernyataan Devi ini menyesatkan karena yang menularkan HIV kepada PSK adalah laki-laki dewasa penduduk lokal, asli atau pendatang. Laku, ada pula laki-laki dewasa penduduk lokal, asli atau pendatang, yang tertular HIV dari PSK.

Devi lagi-lagi menyangkal dengan menempatkan PSK sebagai ‘kambing hitam’ yang mengabaikan perilaku laki-laki dewasa penduduk Kaltim yang gemar melacur tanpa kondom.

Yang jadi persoalan adalah Pemprov Kaltim tidak mempunyai program yang konkret untuk menurunkan insiden infeksi HIV baru pada laki-laki ‘hidung belang’ melalui hubungan seksual dengan PSK.

Peraturan daerah (perda) tentang pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS yang sudah ada di Kaltim pun sama sekali tidak mewarkan langkah cara yang konkret untuk menanggulangi HIV/AIDS.

Tiga Perda AIDS tsb., yaitu: Perda AIDS Prov Kaltim (http://www.aidsindonesia.com/2012/11/perda-aids-prov-kalimantan-timur.html), Perda AIDS Kota Tarakan, dan Perda AIDS Kota Samarinda.

Selama masih ada laki-laki dewasa penduduk Kaltim yang melacur tanpa kondom, maka selama itu pula penyebaran HIV akan terus terjadi secara horizontal di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah. Pemprov Kaltim tinggal menunggu waktu saja untuk ‘panen AIDS’. ***[AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap]***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.