Tanggapan Berita (16/11-2012)
– “Tingginya angka pekerja seks komersial (PSK), di Kalimantan Timur (Kaltim)
memberi imbas pada angka penyakit menular, salah satunya HIV/AIDS. Staf Bidang
Pelayanan Kesehatan, Dinas Kesehatan (Diskes) Kaltim dr Asauk Pramustyo Hadi
mengatakan, salah satu yang mendominasi penularan HIV/AIDS adalah seks bebas.”
Ini lead pada berita “Seks Bebas Masih Dominan Penyebab HIV/AIDS. PSK
Membludak, Penyakit Seks Menular Tambah Marak” (jpnn.com, 14/11-2012).
Pernyataan pada lead berita di atas menunjukkan
penyangkalan terkait dengan perilaku sebagian laki-laki dewasa di Kaltim yang
gemar melacur tanpa kondom dengan PSK.
Kasus kumulatif HIV/AIDS di
Kaltim dari tahun 1993 sampai 2012 mencapai
3.336 yang terdiri atas 2.559 HIV
dan 777 AIDS.
Kesalahan bukan pada PSK, tapi ada pada laki-laki dewasa ‘hidung
belang’ penduduk Kaltim, asli atau pendatang, yang pernah atau sering melacur
dengan PSK langsung (PSK di lokasi atau lokalisasi pelacuran) dan PSK tidak
langsung (PSK yang ‘menyamar’ sebagai cewek kafe, cewek pemijat, cewek
diskotek, cewek pub, cewek kafe, cewek biliar, mahasiswi, pelajar, ibu-ibu,
dll.) tanpa memakai kondom.
Terkait dengan HIV/AIDS dan PSK ada dua hal yang diabaikan, yaitu:
(1) Ada kemungkinan PSK yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS terular dari
laki-laki dewasa lokal, asli atau pendatang. Laki-laki yang menularkan HIV
kepada PSK dalam kehidupan sehari-hari bisa sebagai seorang suami, pacar,
selingkuhan, dll.
(2) Ada kemungkinan PSK yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS sudah
tertular HIV sebelum ‘praktek’ di Kaltim. Maka, laki-laki yang melakukan
hubungan seksual dengan PSK tanpa kondom berisiko tertular HIV. Laki-laki yang
tertular HIV dari PSK dalam kehidupan sehari-hari bisa sebagai seorang suami,
pacar, selingkuhan, dll.
Laki-laki yang menularkan HIV kepada PSK dan Laki-laki yang tertular
HIV dari PSK menjadi mata rantai penyebaran HIV di masyarakat, terutama melalui
hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.
Kasus-kasus HIV/AIDS yang terdeteksi pada ibu rumah tangga membuktikan
suami mereka pernah atau sering melacur tanpa kondon dengan PSK langsung atau
PSK tidak langsung.
Menurut dr Asauk: “Meski
pemerintah telah meminta pada semua PSK untuk menggunakan alat yang dapat
mencegah menyebarnya virus ini (HIV/AIDS), namun di lapangan tetap saja tidak
sesuai yang diharapkan.”
Pernyataan dr Asauk lagi-lagi
menunjukkan penyangkalan terkait dengan perilaku laki-laki ‘hidung belang’ di
Kaltim.
Yang harus memakai kondom bukan
PSK, tapi laki-laki ‘hidung belang’ karena kondom perempuan tidak tersedia
secara luas. Selain itu posisi tawar PSK untuk memaksa laki-laki ‘hidung
belang’ memakai kondom sangat rendah karena laki-laki ‘hidung belang’ memakai
tangan germo untuk memaksa PSK meladeni mereka tanpa kondom.
Lagi pula, mengapa ada laki-laki
dewasa penduduk Kaltim yang melacur?
Nah, lagi-lagi persoalan bukan
pada PSK. Biar pun di Kaltim banyak PSK kuncinya tetap pada laki-laki. Kalau
laki-laki tidak mencari PSK tentulah tidak terjadi pelacuran.
Data KPA Kaltim menunjukkan
jumlah PSK langsung di lokasi dan lokalisasi pelcuran di tiga kota ada 3.367,
yaitu: Balikpapan (40 lokasi dan lokalisasi Lembah Harapan Baru KM 16,5 serta
eks lokalisasi Manggarsari), Samarinda (26 lokasi dan 3 lokalisasi), dan
Tarakan (26 lokasi dan 2 lokalisasi). Selain itu ada pula praktek pelacuran di
luar lokalisasi, seperti di tempat hiburan malam (THM) hingga praktik
prostitusi berlabel indekos.
Dengan jumlah PSK yang mencapai 3.367 tentulah jumlah laki-laki yang berisiko tertular HIV setiap malam sangat besar, yaitu: 3.367 PSK x 3 laki-laki/malam =
Dengan jumlah PSK yang mencapai 3.367 tentulah jumlah laki-laki yang berisiko tertular HIV setiap malam sangat besar, yaitu: 3.367 PSK x 3 laki-laki/malam =
Masih menurut dr Asauk: Penggunaan
kondom untuk mencegah penularan HIV/AIDS tidak dapat dipastikan. Yang
jelas, bila tak ingin tertular lebih baik menghindari perilaku seks bebas.
Kondom adalah alat untuk mencegah
penularan HIV melalui hubungan seksual. Kalau yang dimaksud dengan ‘seks bebas’
adalah melacur, maka ini mitos (anggapan yang salah) karena penularan HIV bukan
karena sifat hubungan seksual (seks bebas), tapi karena kondisi hubungan
seksual (salah satu mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom).
Menurut Devi Kartika, pengelola
Program Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kaltim, penyebaran HIV/AIDS seratus
persen ditularkan oleh PSK.
Pernyataan Devi ini menyesatkan
karena yang menularkan HIV kepada PSK adalah laki-laki dewasa penduduk lokal,
asli atau pendatang. Laku, ada pula laki-laki dewasa penduduk lokal, asli atau
pendatang, yang tertular HIV dari PSK.
Devi lagi-lagi menyangkal dengan
menempatkan PSK sebagai ‘kambing hitam’ yang mengabaikan perilaku laki-laki
dewasa penduduk Kaltim yang gemar melacur tanpa kondom.
Yang jadi persoalan adalah
Pemprov Kaltim tidak mempunyai program yang konkret untuk menurunkan insiden
infeksi HIV baru pada laki-laki ‘hidung belang’ melalui hubungan seksual dengan
PSK.
Peraturan daerah (perda) tentang
pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS yang sudah ada di Kaltim pun sama sekali
tidak mewarkan langkah cara yang konkret untuk menanggulangi HIV/AIDS.
Tiga Perda AIDS tsb., yaitu:
Perda AIDS Prov Kaltim (http://www.aidsindonesia.com/2012/11/perda-aids-prov-kalimantan-timur.html),
Perda AIDS Kota Tarakan, dan Perda AIDS Kota Samarinda.
Selama masih ada laki-laki dewasa
penduduk Kaltim yang melacur tanpa kondom, maka selama itu pula penyebaran HIV
akan terus terjadi secara horizontal di masyarakat, terutama melalui hubungan
seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah. Pemprov Kaltim tinggal
menunggu waktu saja untuk ‘panen AIDS’. ***[AIDS Watch Indonesia/Syaiful
W. Harahap]***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.