Tanggapan Berita
(15/11-2012) – "Jumlah penderita HIV/AIDS saat
ini sangat memprihatinkan." Ini pernyataan Kepala Dinkes Jember,Jawa Timur
(Jatim), Bambang Suwartono, tentang jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS di Jember
yang mencapai 780 yang terdata dari tahun 2003 sampai 2012 (780 Warga
Jember Terinfeksi HIV/AIDS, metrotvnews.com, 13/11-2012).
Kalau
saja wartawan yang menulis berita ini memahami HIV/AIDS sebagai fakta medis,
maka yang memprihatinkan adalah Pemkab Jember, dalam hal ini Dinkes Jember,
tidak mempunyai program yang konkret untuk menanggulangi penyebaran HIV/AIDS.
Berita
ini juga tidak menjelaskan berapa kasus HIV dan AIDS serta jumlah kematian dan
penyakit penyebab kematian.
Menurut
Bambang, Ironisnya, penyebaran HIV/AIDS paling tinggi didominasi golongan
non-risiko tinggi, seperti ibu rumah tangga, pelajar, dan mahasiswa.
Risiko
tinggi tertular dan menularkan HIV bukan terletak pada kelompok atau kalangan
tertentu, tapi erat kaitannya dengan perilaku seks orang per orang.
Pelajar
dan mahasiswa bisa saja perilakunya berisiko tinggi tertular HIV kalau mereka
pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di
luar nikah, dengan pasangan yang berganti-ganti atau dengan yang sering
berganti-ganti pasangan.
Sedangkan
ibu rumah tangga perilakunya tidajk berisiko, tapi suami mereka berperilaku
yang berisiko tertular HIV, al. berzina dengan perempuan yang berganti-ganti
atau melacur dengan pekerja seks tanpa kondom.
Maka,
yang ironis adalah banyak suami di Kab Jember yang menularkan HIV kepada
istrinya.
Masih menurut Bambang: "Ini pekerjaan rumah yang harus diselesaikan."
Pertanyaan
untuk Bambang: Apa program konkret yang Anda jalankan untuk menanggulangi
penyebaran HIV/AIDS di Kab Jember?
Sayang,
wartawan tidak bertanya sehingga dalam berita tidak ada penjelasan tentang
program yang konkret untuk menanggulangi penyebaran HIV/AIDS di Kab Jember.
Disebutkan
bahwa Bambang mengimbau masyarakat peduli dengan memberikan pemahaman bagi yang
lain agar tidak melakukan perilaku seks bebas, serta ikut mengawasi peredaran
narkoba pada anak-anak muda karena hal itu memudahkan penyebaran HIV/AIDS.
Lagi-lagi
Bambang menyebarkan mitos (anggapan yang salah) yaitu ‘seks bebas’. Kalau ‘seks
bebas’ diartikan sebagai melacur, maka tidak ada kaitan langsung antara melacur
dan penularan HIV. Penularan HIV melalui hubungan seksual bisa terjadi di dalam
dan di luar nikah (sifat hubungan seksual), jika salah satu dari pasangan
tsb.mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom setiap kali sanggama
(kondisi hubungan seksual).
Ini
juga pernyataan Bambang: "Kami mengimbau kepada warga yang berpotensi
tinggi tertular HIV/AIDS, agar memeriksakan diri ke klinik VCT yang berada di
Rumah Sakit Daerah (RSD) dr Soebandi Jember, RSD Balung, dan Puskesmas Puger."
Celakanya,
dalam berita tidak dijelaskan siapa ” warga yang berpotensi tinggi tertular
HIV/AIDS”. Maka, himbauan itu pun tidak tepat sasaran.
Kalau
saja Bambang menjelaskannya dan wartawan bertanya tentulah dalam berita ada
penjelasan tentang siapa saja warga yang berpotensi tinggi tertular HIV/AIDS.
Dan, mengapa mereka harus tes HIV?
Dikatakan
lagi oleh Bambang: Permasalahan yang banyak muncul saat ini, keengganan
penderita untuk memeriksakan diri di klinik VCT karena dipengaruhi oleh
perasaan malu dan sebagian besar mereka berobat pada saat stadium lanjut atau
sudah parah.
Orang-orang
yang sudah terdeteksi HIV/AIDS melalui tes HIV yang sesuai dengan standar
prosedur operasi tes HIV yang baku akan terus berhubungan dengan klinik VCT
karena mereka memerlukan konseling dan pengobatan jika sudah sampai pada tahap
tertentu, yaitu obat antiretroviral (ARV).
Berita
ini menunjukkan Dinkes Jember menanggulangi HIV/AIDS di hilir, al. anjuran tes
HIV. Yang diperlukan adalah penanggulangan di hulu.
Pertanyaan
untuk Dinkes Jember: Apakah di wilayah Kab Jember ada praktek pelacuran?
Kalau
jawabannya tidak ada, maka di Jember tidak ada penyebaran HIV/AIDS dengan
faktor risiko hubungan seksual.
Tapi,
kalau jawabannya ada, maka diperlukan langkah konkret berupa intertensi
terhadap laki-laki yang melacur agar memakai kondom ketika melakukan hubungan
seksual dengan pekerja seks.
Jika
tidak ada intervensi, maka penyebaran HIV/AIDS akan terus terjadi di Kab Jember
yang kelak bermuara pada ‘ledakan AIDS’. ***[AIDS Watch Indonesia/Syaiful
W. Harahap]***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.