25 November 2012

Di Bireuen, Aceh, Odha Ingin Menulari Orang Lain


Tanggapan Berita (26/11-2012) – “Dari pemaparan materi Yosiani Rulita terungkap bahwa pencegahan penularan HIV-AIDS kunci besarnya ada ditangan orang yang sudah hidup dengan HIV-AIDS (ODHA).” Ini pernyataan dalam berita “Seminar Nasional HIV-AIDS di Universitas Al Muslim Berlangsung Meriah” di www.theglobejournal.com (25/11-2012).

Tidak jelas apakah pernyataan itu disampaikan oleh Yosiani Rulita, Staff Outreach YPAP dan Focal Point JOTHI untuk Aceh, atau kesimpulan wartawan yang menulis berita ini.

Paling tidak pernyataan itu ngawur karena kunci penanggulangan HIV/AIDS adalah pada laki-laki, terutama laki-laki dewasa yang gemar melacur.

Lebih dari 90 persen kasus penyebaran HIV/AIDS terjadi terjadi tanpa disadari. Ini terjadi karena orang-orang yang sudah tertular HIV tidak menyadari dirinya sudah mengidap HIV/AIDS sehingga mereka menularkannya kepada orang lain, al. melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Lagi pula orang-orang yang sudah terdeteksi mengidap HIV/AIDS sudah berjanji akan menghentikan penyebaran HIV mulai dari dirinya.

Yang menjadi persoalan besar adalah apakah Yosiani bisa menjamin tidak ada laki-laki dewasa di Bireuen yang melacur tanpa kondom di Aceh atau di luar Aceh?

Kalau Yosiani mengatakan bisa, maka tidak ada penyebaran HIV yang dilakukan oleh laki-laki dewasa. Tapi, kalau jawabannya tidak bisa, maka yang menjadi persoalan besar adalah penyebaran HIV/AIDS yang dilakukan oleh laki-laki dewasa yang tertular HIV melalui pelacuran di Aceh atau di luar Aceh, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Pernyataan Yosiani ini benar-benar tidak menggambarkan dirinya sebagai penjangkau: " .... Karena pada dasarnya ODHA itu juga manusia, yang bisa tertekan, sehingga tidak stabil pemikirannya, selanjutnya timbul rasa ingin menulari orang lain. Hal ini timbul karena rasa dendam tadi, yang dihina dan di stigma buruk padanya, sehingga dia beranggapan biar saja semua orang tertular dan sama-sama menderita."

Pernyataan Yosiana itu benar-benar menyuburkan stigma (cap buruk) dan diskriminasi (perlakuan berbeda) terhadap Odha (Orang dengan HIV/AIDS).  Odha yang meninggal sama sekali tidak menyadari bahwa mereka menularkan HIV kepada orang lain.

Banyak kasus HIV/AIDS yang terdeteksi pada masa AIDS. Artinya, mereka sudah tertular HIV antara 5-15 tahun sebelum terdeteksi. Pada rentang waktu itu mereka tidak menyadari sudah tertular HIV karena tidak ada gejala-gejala yang khas AIDS pada fisik mereka.

Kasus kumulatif HIV/AIDS yang sudah dilaporkan di Aceh mencapai 120. Sedangkan upaya penanggulangan hanya mengedepankan moral tanpa langkah yang konkret. ***[AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap]***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.