28 November 2012

Di Banda Aceh Hanya Pelajar Diminta Mewaspadai HIV/AIDS

Tanggapan Berita (28/11-2012) – “Pelajar Aceh Diminta Waspadai HIV/AIDS” Ini judul berita di beritasore.com (

Komisi Penanggulangan AIDS Kota Banda Aceh yang menyebutkan kasus kumulatif HIV/AIDS di Provinsi Aceh mencapai 150, delapan di antaranya di Kota Banda Aceh.

Lalu, untuk apa pelajar diminta waspada? Ini alasannya: Pemerintah Kota Banda Aceh meminta pelajar untuk mewaspadai dan berperan aktif mensosialisasikan pencegahan virus HIV/AIDS yang masih menjadi ancaman di wilayah paling ujung barat Sumatera itu.

Kepada siapa mereka sosialisasikan pencegahan HIV/AIDS?

Ternyata sasarannya adalah: Program ini untuk meningkatkan pengetahuan yang benar dan komprehensif tentang HIV dan AIDS dikalangan remaja berusia 15 hingga 24 tahun agar mereka dapat menjaga diri dan terhindar dari virus tersebut.

Disebutkan bahwa: “Peran pelajar sangat penting dan efektif dalam upaya mencegah penularan virus mematikan itu, mereka kita ajak untuk mengkampanyekan program Aku Bangga Aku Tahu.”

Pertama, HIV/AIDS bukan virus yang mematikan karena belum ada laporan kasus kematian pada pengidap HIV/AIDS karena HIV atau AIDS.

Kedua, materi yang ada dalam ”Aku Bangga Aku Tahu” (ABAT) sama sekali tidak akurat. Bahkan, program itu mendorong stigma (cap buruk) dan diskriminasi (perbedaan perlakuan).

Lihat saja pernyataan yang ada dalam ”ABAT” ini: Apakah Pengidap HIV Bisa Dibedakan dengan Orang Normal?

Pernyataan ini mengesankan bahwa pengidap HIV orang tidak normal (Lihat:

Menurut Wakil Walikota Banda Aceh, Hj Illiza Sa’aduddin Djamal: “Pelajar terutama di Kota Banda Aceh harus ikut serta dalam mensosialisasikan bahaya HIV/AIDS, apalagi setiap tahun jumlah penderita HIV/AIDS terus meningkat.”

Yang penting justru remaja diberitahu cara mencegah penularan HIV yang konkret karena mereka sendiri berada pada masa dorongan hasrat seksual yang tinggi.

Karena pelaporan kasus HIV/AIDS di Indonesia dilakukan secara kumulatif, artinya kasus lama ditambah kasus baru maka jumlah kasus atau penderita HIV/AIDS akan terus meningkat biar pun banyak pengidap HIV/AIDS yang meninggal.

Disebutkan: “Penularan virus HIV/AIDS di Aceh dan seluruh dunia mayoritas melalui hubungan seksual dan penggunaan narkotika serta jarum suntik.”

Lalu, apa langkah Pemkot Banda Aceh untuk mencegah penularan HIV melalui hubungan seksual?

Penanggulangan yang penting justru ada pada laki-laki dewasa karena ada di antara mereka yang perilakunya berisiko tertular HIV, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah di Aceh atau di luar Aceh.

Karena tidak ada langkah yang konkret untuk menanggulangi HIV/AIDS, maka insiden infeksi HIV baru akan terus terjadi yang kelak bermuara pada ’ledakan AIDS’. ***[AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap]***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.